05 - Eligible

15 3 0
                                        

Istirahat hari ini berbeda dengan hari-haru yang telah berlalu. Mading sekolah begitu sesak dipenuhi oleh kerumunan manusia yang saling penasaran. Desak-desakkan tentu saja tidak dapat dihindarkan.

Terlihat dari lantai atas, bersama Adine dan Kinanthi, Shenina tengah melihat kumpulan para murid kelas dua belas yang tidak sabar untuk melihat siapa saja pelajar yang mendapat tiket masuk ke perguruan tinggi negeri.

Mereka bertiga adalah contoh nyata dari murid yang lebih suka hal mudah. Tidak mau bersusah payah berdesakkan, karena apa? Salah satu alasannya karena mereka punya privilege. Senyata itu wujud dari sebuah privilege.

Saat sedang asyik menyimak dari lantai atas, tak lama, notifikasi aneh muncul dari ponsel Kinanthi. Ternyata dari Fateen, mengirimkan daftar siswa dan siswi eligible yang dia dapat dari grup chat alumni osis.

"Nah, VVIP nih kita," celetuk Kinanthi sambil memperlihatkan layar ponselnya kepada kedua temannya, menampilkan roomchatnya dengan Fateen. Kalau saja tidak dalam momen menunggu kepastian seperti ini, dapat dipastikan bahwa Shenina akan lebih memilih menanyakan perihal suara notifikasi dari ponsel Kinanthi yang bersuara sapi.

"Widih ... buka deh, penasaran banget!" ucap Adine tidak sabar. Kinanthi mengangguk dan mulai mengunduh foto yang dikirim oleh Fateen. Sedangkan Shenina terus berdoa dalam hati di tengah foto yang sedang diunduh itu masih berputar-putar tanpa kejelasan di layar ponsel milik Kinanthi.

"Aaa!!" teriak Kinanthi sedikit histeris. Shenina dan Adine menjadi bingung, mengapa temannya itu berteriak? Apakah hasilnya tidak sesuai ekspektasi? Tetapi tidak mungkin juga, karena raut wajah Kinanthi memperlihatkan kebahagiaan bukan kesengsaraan.

"Apa sih?!" tanya Shenina sambil mengambil alih ponsel milik Kinanthi.

Shenina melihat foto tersebut dengan Adine di sampingnya. Terpampang jelas di sana, urutan lima besar diraih oleh kelas 12 IPS 1 semua, dari yang kelima, Fateen Az Zahwa, Kinanthi Alesha, Mazaya Nadine, dan yang pertama Shafira Adeera. Shenina mendapat urutan kedua di angkatannya, mereka langsung menangkupkan tangannya ke wajah tanda bersyukur kepada sang pencipta.

"Congratulations buat kita, duh gak nyangka banget gue," ucap Kinanthi sambil mengusap air mata bahagianya, dengan senyum yang begitu merekah terpampang jelas di wajahnya.

Wajah mereka sudah seperti mendapat nilai sempurna di ulangan matematika. Walaupun di lubuk hati paling dalam ada penyusup bernama kecewa di hati Shenina karena dia tidak bisa menjadi yang pertama, tetapi dia kemudian sadar, bahwa wajar saja jika dia menjadi yang kedua, nilai matematikanya tidak sesempurna sang juara pertama. Lagi pula, dia yakin bahwa itu adalah yang terbaik.

Di tengah-tengah kebahagiaan itu, tak lengkap rasanya jika salah satu anggota tidak hadir, mereka pun merasa ada yang kurang, janggal di hati, sampai tak disangka, dari arah lain, Fateen tengah berlari menuju teman-temannya.

"Aaa ... selamat sayang-sayangku, peluk dulu dong terhura gue tuh!" celetuk Fateen begitu antusias. Mereka pun benar-benar berpelukan, dengan tangis haru. Tak disangka pengorbanan mereka yang tidak sampai tiga tahun itu membuahkan hasil.

"Kita ke basecamp yuk, sekalian ngobrol tentang jurusan," ajak Adine dan dijawab anggukan oleh ketiganya.

🌻🌻🌻

Aula menjadi basecamp Shenina, Adine, Kinanthi dan Fateen. Lumayan sepi, walaupun masih ada satu, dua atau enam orang yang berlalu lalang. Dipilih sebagai baseacamp dikarenakan beberapa alasan, yang pertama sebab tempatnya luas, jadi obrolan yang bersifat sangat rahasia tidak akan ada yang mendengar, selagi ngobrolnya tidak sambil teriak.

Kedua, aula adalah tempat di mana wifi sekolah bekerja secara maksimal. Benar-benar seperti jalan tol. Yang ketiga yaitu bebas untuk membawa makanan masuk, bahkan kucing boleh masuk.

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang