15 - Bunga Kedua (1)

6 3 0
                                    

Sabtu pagi Jakarta dirundung mendung, agaknya hari ini sedang akrab dengan awan kumulonimbus. Tak lama setelah itu, hujan datang, ikut berpartisipasi dalam pertemuan itu.

Shenina suka hujan dan itu adalah rezeki dari Tuhan yang diturunkan melalui Malaikat Mikail. Tetapi, Shenina tidak pernah membayangkan dia akan terjebak hujan di Mr. D.I.Y. pada pukul dua sore, tetapi syukurnya dia tidak sendiri, di sampingnya ada Adine yang tengah menenteng buku-buku baru resep masakan Nusantara pesanan Ibunya di rumah.

Mereka tengah berada di tempat parkir, lalu Adine memasukkan barang-barangnya di jok sepeda motor, setelah itu keduanya bergegas masuk ke dalam Mr. D.I.Y..

Saat masuk, mereka langsung disambut oleh pendingin udara yang agaknya terlalu dingin, mungkin sebab bercampur hawa hujan dari luar.

Mereka kemudian mencari barang yang dibutuhkan dan inginkan. Ah, jika sudah begini, Shenina tidak bisa untuk tidak khilaf. Mula-mula dia melihat Mug lucu berwarna hijau muda di rak, dia pun langsung mengambilnya.

Matanya melihat ke sana dan ke sini. Situasi ini sama halnya ketika dia pergi ke Gramedia.

"Eh, bentar!" Adine tiba-tiba panik dan merogoh tasnya.

"Kunci motor gue ketinggalan di depan! Bentar Shen!" lanjutnya lalu bergerak cepat menuju tempat parkir.

Shenina hanya menggelengkan kepala melihat hal tersebut. Kebiasaan! Sudah bukan rahasia umum lagi, sisi gelap Adine adalah sering terlupa mencabut kunci motor. Syukur-syukur jika masih ada di tempat, kalau tiba-tiba raib sekalian motornya bagaimana? Boncos yang ada.

Shenina, sembari menunggu kepulangan Adine, dia kemudian beralih ke rak yang lain. Kasihan jika yang lain tidak didatangi, bisa-bisa cemburu mereka.

Matanya kemudian jatuh kepada jepit rambut dan sejenisnya, tak luput perintilan-perintilan kecil lainnya.

Shenina lalu teringat bahwa tujuan awalnya ke sini adalah membeli alat tulis untuk persiapan kuliahnya, ah, perkara matanya yang lapar, dia jadi melupakan hal itu.

Shenina kemudian pergi ke bagian alat tulis. Netranya tiba-tiba memandang buku diary cokelat, begitu lucu. Lantas Shenina memasukkannya ke dalam keranjang.

Shenina tengah asyik mengambil peralatan ini dan itu. Tidak menghiraukan siapa yang ada di dekatnya. Dan tak sengaja, bahunya menyenggol sosok yang tengah berada di sampingnya. Tetapi sepertinya orang yang tidak sengaja dia senggol juga sedang asyik di dunianya, terbukti Shenina mendengar orang itu juga mengaduh terkejut.

"Eh sorry," ucap Shenina panik, dia kemudian menghadap ke arah pemuda di sampingnya.

Pemuda itu lantas tersenyum kikuk saat netra mereka saling beradu. Shenina terkejut. Tak disangka mereka akan bertemu di sini.

"Zafran?" tanya Shenina kikuk.

Zafran tersenyum sambil mengangguk.

"Oh, h-hai," lanjut Shenina yang tidak disangka oleh Zafran.

Shenina, setelah membaca beberapa novel yang dia lanjutkan setelah malam di mana dia mulai berani kembali menulis, dirinya merasa sifatnya selama ini, terlalu ... berlebihan. Maksudnya, dia terlalu judes dan mungkin angkuh. Setelahnya dia paham, menjaga jarak kepada laki-laki tidak harus bersikap judes, dia mendadak takut kata-katanya bisa menyakiti hati orang lain. Itu sangat buruk jika benar terjadi.

Menjaga jarak wajib, tetapi sifatnya harus dia ubah, lebih baik lagi. Malam itu juga dia tiba-tiba teringat bahwa jika dipikir-pikir selama ini dia terlalu berlebihan kepada teman laki-lakinya, terlebih kepada Zafran, Aksa, dan Ares. Apalagi saat masuk perguruan tinggi nanti, tidak mungkin dia akan terus begitu.

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang