21 - Volunteer

5 3 0
                                    

Garuda Indonesia mendarat dengan selamat di Bandara Komodo. Kini para relawan itu tiba di Kampung Bendoro.

Shenina sudah rapi dengan memakai rompi hitam dan topi putih kesayangannya, walaupun mudah kotor, tetapi itu bukan masalah. Dia kini bersebelahan dengan gadis berkerudung pashmina hitam dengan pakaian modis yang memeluk tubuhnya, Melody, teman baru yang Shenina dapatkan saat berada di kabin pesawat.

Suara seorang laki-laki menggelegar dari balik toa, beberapa menit setelahnya, mereka diharuskan berkumpul. Para senior itu mengumumkan oh, lebih tepatnya mengingatkan agar mereka melakukan tugasnya dengan baik. Shenina mendengarkan sembari kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri menelisik mencari sosok yang beberapa hari lalu telah mendapat siraman rohani olehnya. Tetapi, nihil.

Setelah beberapa menit Shenina memikirkan keberadaan seorang Zafran, para senior kemudian memberi tahu bahwa salah satu rekan mereka, yang tidak lain dan tidak bukan ialah Zafran, tidak bisa hadir dikarenakan mengundurkan diri, yang sekarang diganti oleh Khansa, cowok berkulit putih, dengan rambut pendek lurus mirip landak.

Shenina terus memikirkan apa alasan Zafran malah membatalkan kegiatannya. Apakah karena kejadian waktu itu? Ah, tetapi dia kemudian berubah pikiran untuk tidak memikirkannya saja, karena untuk apa?

Shenina kemudian lebih memilih mendatangi kelompok divisinya, sekaligus berdiskusi. Terlihat, di sana terdapat Habibie yang sedang berlagak menjadi pemimpin dalam kelompoknya, ya bagaimana tidak, Habibie memang ketua di kelompok ini. Sepertinya, Shenina akan kalah lagi darinya.

Kegiatan volunteer ini terus berjalan dari hari ke hari dengan semangat membara. Anak-anak yang antusias, pun warga yang sangat welcome kepada mereka.

Kegiatan banyak dilakukan, tak luput kegiatan yang sering dilakukan para relawan dan anak KKN yaitu mengajar dan belajar, terlebih lagi program volunteer ini adalah pendidikan.

Para relawan itu juga jika di malam hari, mereka membuat kegiatan MAMEBAR, Mari Mengaji Bareng untuk anak-anak muslim, Shenina mendapat mandat untuk menjadi dominasi di kegiatan itu, bersama Habibie. Lihat saja, bahkan di bidang religi, Habibie sungguh begitu fasih.

Siangnya mereka juga berusaha untuk menanamkan minat baca kepada anak-anak di sana, dengan membuat perpustakaan mini.

Buku-buku dengan variasi gambar di dalamnya, buku cerita, dongeng, fabel, serta Majalah Bobo juga dibawa untuk anak-anak itu. Jika saja boleh membawa buku berat, Shenina akan membawa Atomic Habits dan The Phsychology of Money miliknya untuk mereka, tetapi sayang, semua harus sesuai dengan kapasitas.

Hari ketiga mereka melanjutkan kegiatan menjelajah ke Labuan Bajo. Ini saat yang paling dinanti oleh Shenina. Tempat impiannya. Hijau. Ah, Shenina tidak luput untuk mengabadikan momentum ini, bahkan sedari tadi dia dengan Melody berganti peran untuk menjadi fotografer dadakan.

Di sana mereka tak hanya menikmati keindahan saja, tetapi juga mengajari mereka, anak-anak di sana tentang pentingnya menjaga alam, jangan dikotori, harus dirawat. Kemudian tak luput, beberapa relawan ini melakukan snorkeling, bahkan beberapa anak-anak asal sana, sudah mahir melakukannya.

Shenina yang hanya bisa gaya katak itu, alhasil menjadi penonton saja sembari mengabadikan momen yang ada di sekitarnya.

"Gak ikutan?" Suara khas laki-laki tiba-tiba muncul di samping Shenina, dia yang tengah fokus dengan kamera milik Melody, kemudian menoleh, ditemukannya pemuda berkacamata dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Kamu sendiri?" tanya Shenina kepada Habibie. Shenina tidak akan memakai kata lo-gue karena Habibie tidak melakukan itu.

"Pengen sih, sayang, gak terlalu bisa renang," jawabnya sembari melihat ke arah para relawan dan anak-anak yang asyik melakukan snorkeling. Shenina tertawa mendengarnya.

"Alasan kamu itu alasan aku juga. Cuma bisa gaya katak doang nih." Habibie menoleh mendengar perkataan Shenina. Dia kemudian ikut tertawa.

Shenina kemudian melanjutkan kegiatannya sebelumnya. Dia asyik sendiri, walaupun Habibie masih berdiri di sampingnya. Shenina mengamati pemandangan yang jarang dilihatnya secara langsung. Saat asyik memotret, tiba-tiba saja melalui lensa kameranya, dia menemukan seorang pemuda yang tengah berada di speadboat yang menuju ke arah daratan, Shenina lantas menurunkan lensanya. Saat sampai, pemuda itu bersalaman dengan para senior di sana.

"Itu siapa?" tanya Shenina kepada Habibie. Orang yang ditanya lantas mengikuti arah pandang Shenina.

"Oh, itu tuh -" ucapan Habibie terpotong oleh sebuah suara yang amat melengking.

"Gila, keren banget, Shen, terumbu karangnya!" Melody berteriak bagai toa, dia sudah selesai melakukan snorkeling, lantas dia kemudian melakukan pose, Shenina yang paham akan hal itu langsung saja mengambil foto teman barunya itu.

Habibie hanya menggeleng sembari tersenyum tipis melihat itu, dia kemudian menoleh ke arah Shenina.

"Itu salah satu senior kita. Sudah di sini sejak beberapa minggu yang lalu, soalnya ada project, tugas kuliah. Dia sama kayak siapa itu? Teman kita siapa sih namanya? Zafran ya? Dia cuma mampir, katanya dia tuh berkontribusi banget di volunteer ini," jelas Habibie yang pertanyaannya sempat terpotong. Shenina hanya mengangguk saja.

"Katanya berteman sama dia tuh enak. Relasinya banyak," sahut Melody.

Shenina lantas berpikir, sepertinya hanya dirinya saja tidak mengetahui berita akan orang tersebut.

Shenina kemudian mengacuhkan tokoh utama dalam pembahasan mereka, lagi pula, dirinya tidak bisa melihatnya secara jelas dan orang itu tidak cukup penting.

Malam ini, mereka akan beristirahat di salah satu tempat perburuan turis, ya, menginap secara premium di Kapal Pinisi. Kapan lagi mereka bisa menginap di sana secara gratis. Shenina akan berusaha untuk tidur senyenyak mungkin.

Hari ke lima mereka kemudian menyusuri Pulau Komodo. Benar-benar besar hewan hitam tersebut. Mereka, para relawan mengajarkan, memberi tahu kepada anak-anak mengenai sejarah Komodo, walaupun mungkin mereka lebih tahu. Mereka menjelaskan sembari berjalan. Sungguh, Shenina tidak luput untuk mengabadikan momen bersejarah ini.

"Shen, ini temannya Kodomo gak sih? Teman baikmu?" Melody berucap di sela-sela mendengarkan salah satu rekan relawan yang sedang berbicara.

"Iya, teman baikku," jawab Shenina menggelengkan kepala. Sudah tidak habis pikir lagi dengan Melody.

Malamnya mereka ikut mengunjungi kajian yang diadakan oleh rekan-rekan relawan, mendatangkan salah satu Ustad kondang dari pulau Jawa. Shenina sangat antusias dalam acara tersebut. Sudah lama dia tidak mendatangi acara kajian seperti ini. Dia pernah merasakan vibe ini saat berada di rumah Neneknya di Banyuwangi, namun saat di Jakarta, Shenina tidak pernah lagi mengikuti kajian seperti ini.

Shenina duduk seorang diri, dia kemudian berdiri sebentar untuk mencari Melody, tetapi netranya malah tak sengaja menatap netra seorang laki-laki yang berada di seberangnya, mereka terpisah oleh jarak dan orang-orang yang tengah berlalu lalang.

Shenina langsung menutup kontak mata itu, tetapi dia kemudian mencoba meliriknya lagi, karena entah mengapa dia merasa pernah bertemu laki-laki tersebut. Dan ternyata, netra itu masih menatapnya.

Shenina langsung mengalihkannya lagi. Cukup lama, sampai Shenina yakin semua sudah aman. Dilihatnya lagi, ternyata laki-laki itu sudah tidak ada. Siapa dia? Cukup mirip seseorang.

Esoknya, pagi telah tiba, hore-hore! Suara itu dinyanyikan oleh salah satu rekan relawan mereka. Jujur, kurang lebih satu minggu bersama mereka, Shenina mulai mengenal sifat mereka satu persatu.

Ada yang bobrok, kalem seperti Habibie, aktif seperti Melody, ada yang mudah terpancing emosi tetapi tidak sedikit pun ditunjukkan kepada anak-anak, ada yang sangat penyayang, sabar, bermacam-macam. Pengalaman ini sangat menyenangkan bagi Shenina. Seperti sekarang, mereka tengah memberikan pendidikan ekonomi kreatif kepada anak-anak itu sekaligus warga sekitar. Memasak makanan dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar juga sekaligus para relawan tersebut bergantian belajar kepada warga asli desa tersebut, yaitu belajar bagaimana cara membuat kain songke.

Sungguh, rasanya Shenina tidak ingin berpisah dengan mereka. Segala hal yang mereka lewati bersama-sama di sini, sangat begitu berharga.

🌻🌻🌻

Happy fridayyyy. Uhuyyy, maap ya dikit, next bakal panjang guysss

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang