22 - Kelulusan

8 3 1
                                    

Dekorasi putih dan emas bertebaran di mana-mana. Tema promnight dengan percaya diri menjadi perbincangan. Hotel bintang empat di Jakarta dipilih untuk menjadi latar tempat dalam acara kelulusan SMA Ankaras Wangi. Bukan jas hitam dan gaun yang menjadi tokoh utama, melainkan dress code kali ini mengangkat tema Nusantara Wangi, para siswa laki-laki diperkenankan memakai batik sedangkan para perempuan memakai kebaya. Shenina memandangnya sudah seperti acara kondangan.

Gadis dengan bawahan cokelat muda dan atasan putih berstyle modern diserasikan kerudung pink pastel itu duduk bersama maroon, cokelat muda, dan pink, yang tidak lain dan tidak bukan ialah Adine, Fateen serta Kinanthi. Mereka tengah berfoto ria setelah acara inti selesai.

Malam ini, setelah beberapa minggu lamanya, Shenina baru melihat sosok Zafran, dengan sedikit sifat berbeda. Entah mengapa bisa demikian, bahkan Ares serta Aksa pun sifatnya ikut berubah, ya walaupun tengilnya Ares kepada Fateen masih ada, tetapi benar-benar berbeda, seperti ada jarak yang mereka ciptakan. Tetapi yang sedari tadi terus ada di pikiran Shenina adalah keadaan Zafran ketika berjalan, sedikit ... pincang.

Saat asyik melanglangbuana, tiba-tiba saja dia melihat keluarga Zafran mendatangi empunya, terlihat ada dua perempuan muda di sana, yang satu terlihat sedikit mirip dengan Zafran dan yang satu lagi, tidak mirip sama sekali, bahkan dia memeluk Zafran. Shenina terus saja berpikir, apa itu pacar Zafran? Apa karena ini dia menjaga jarak? Tetapi kenapa Ares serta Aksa ikutan? Tak lama setelah itu Aksa dan Ares mendatangi Shenina dan ketiga temannya, mereka mengucapkan selamat seadanya. Hanya mereka berdua, berbeda dengan Zafran yang menoleh pun tidak sama sekali.

Shenina bingung dengan dirinya sendiri, mengapa dia harus merasa seperti kehilangan? Ah, dirinya semakin tidak jelas. Shenina kemudian menghindar sebentar untuk mengambil minuman, dia mengajak Adine. Diteguknya minuman itu dengan pikiran nyalang ke mana-mana, sedangkan Adine dia sibuk membalas beberapa pesan di ponselnya. Tiba-tiba saja Ares juga mengambil minuman di sebelahnya.

Shenina pun melihat itu, karena sedari tadi rasa penasarannya terus saja mendobrak ingin terbang bebas ke luar, dia pun memberanikan diri untuk bertanya.

“Hai, Res!” sapa Shenina. Ternyata, Ares masih balas menyapanya dengan ramah, pun dia sekalian menyapa Adine yang ada di sana.

“Kalau boleh tahu, kaki Zafran kenapa, ya?” tanya Shenina to the poin, Ares yang baru saja selesai meneguk minumannya, lantas menghadap ke Shenina. Sedangkan Adine hanya mendengarkan saja di samping Shenina.

“Panjang banget nih kalau gue ceritakan," balas Ares sambil mengambil kue sus di sebelahnya.

"Pendekkan," ucap Shenina. Mendengar itu, Ares tiba-tiba tersedak kue sus yang dia makan, dia pun menegak satu gelas minuman kembali, selesai itu, dia menatap Shenina.

"Kecanduan lihat Boboiboy, ya?" tanya Ares masih mengatur ritme pernapasannya. Shenina hanya menghela napas, Ares yang memahami hal tersebut, dia pun akhirnya hanya bisa ikutan menghela napas.

Zafran mematung. Isi kepalanya saling kontra, dia benar-benar merasa, salah. Apa yang selama ini dirinya lakukan? Kepalanya benar-benar berkecamuk.

Semua perkataan Shenina mengelilingi dirinya, seolah-olah menerornya. Zafran rasanya ingin berteriak sekarang juga. Lo salah pemahaman, Zaf. Kata-kata Shenina seolah menyalahkannya walaupun di akhir Shenina mengatakan bahwa dirinya tidak sepenuhnya salah.

Zafran memegang kepalanya. Pusing sekali, dia memukul-mukul kepalanya. Bodoh, bodoh, bodoh. Zafran merutuki apa yang telah dia lakukan selama ini. Dia merasa benar-benar kecil di hadapan Shenina.

“Apa gue benar-benar sejauh itu sama Allah? Sampai gue bisa melakukan semua hal bodoh ini?” tanyanya pada diri sendiri.

Anak-anak jalanan di belakangnya memanggil dirinya berkali-kali tetapi tidak ada satu sahutan pun yang keluar dari mulut Zafran.

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang