13 - Jawaban (1)

6 3 0
                                    

Seorang remaja laki-laki tengah pergi meninggalkan toko bunga yang ada di dekat lampu lalu lintas.

Dia berniat untuk secepatnya sampai di rumah. Tetapi, setelah melewati area lampu lalu lintas, dia melihat segerombolan anak-anak kecil, anak jalanan di sebuah tempat yang cukup kumuh.

Dia menghentikan motornya, kemudian dilihatnya anak-anak itu. Mungkin ada dua puluh anak. Dirinya kemudian mulai mendekati mereka.

"Assalamu'alaikum. Hai, semua!" ucapnya dengan ramah sambil menggoyangkan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri.

"Wa'alaikumussalam, hai Kak!" jawab mereka serentak dibarengi senyuman riang.

"Kalian sedang apa di sini?" tanya remaja laki-laki itu, mendekat, lalu berjongkok, berusaha menyejajarkan diri dengan mereka.

"Kami di sini istirahat sebentar, sebelum lanjut dagang," jawab salah satu anak, dengan tubuh kurus. Mendengar hal tersebut, remaja itu baru sadar bahwa di sana terdapat koran, roti, makanan ringan, tisu, minuman, yang sudah pasti akan dijual oleh mereka.

"Kalau boleh Kakak tahu, kalian selama ini sekolah, gak? Terus, kalian tinggal di mana?" tanya remaja itu, lagi.

"Boro-boro, Kak. Buat makan aja, kami susah. Kami tinggal gak jauh dari sini, di apartement bekas yang sudah gak dipakai lagi," jawab anak lain yang bertubuh gempal. Mendengar itu, hati Zafran mencelos rasanya.

Dia tidak tahu harus membantu apa. Namun, sekian menit kemudian, dia memiliki ide cemerlang. Jika Aksa tahu hal ini, mungkin Aksa akan memujinya habis-habisan.

"Kenalin, nama Kakak Zafran. Kakak ada penawaran menarik nih untuk kalian. Bagaimana, kalau, mulai hari Minggu yang berarti minggu depan, kita belajar bareng? Nanti Kakak yang ajarin deh, mau gak? Nanti dibantu teman Kakak yang lain? Bagaimana?" Zafran berkata demikian, yang ternyata, jawaban anak-anak itu sangat amat antusias.

Mereka menjawab setuju secara bersamaan. Kini, yang harus Zafran pikirkan adalah bagaimana caranya dia menjadi seorang guru? Bahkan dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk mencarikan anak-anak tersebut yayasan panti asuhan. Jika ditanya mengapa dia tidak membiayai mereka sekolah, jelas karena ini bukan film atau sinetron, Zafran tidak sekaya itu untuk membiayai mereka semua. Kerja saja belum. Tidak lucu jika dirinya harus bersahabat dengan pinjaman online dan berakhir mengenaskan membusuk di penjara karena tidak bisa membayar utang.

"Nanti kita belajar matematika sama bahasa Inggris, ya! Seru banget loh! Pokoknya kalian harus datang, ya. Tapi, gak gratis," ucap Zafran yang kemudian disambut oleh kekecewaan anak-anak tersebut.

"Ada syaratnya ini," lanjutnya dengan senyum jahilnya yang sangat jarang dia keluarkan di depan umum.

"Apa Kak, syaratnya? Kalau uang, kami gak punya," tanya salah satu anak perempuan berambut boob yang sedang memegang boneka beruang kecil yang terlihat lusuh.

"Syaratnya, panggil Kakak dengan sebutan Pak guru!" Zafran berucap dengan antusias, di mana hal tersebut ternyata bisa secara mudah menyetrum anak-anak jalanan itu untuk ikut semangat. Lihat saja, muka mereka langsung berseri.

"Siap, Pak guru!" ucap mereka serentak.

🌻🌻🌻

Satu jam yang lalu kegiatan Zafran, serta Azeera, Kakaknya yang baru saja pulang dari Bandung, mereka berkumpul bersama kedua orang tua mereka, tak lupa bersua foto berdua ala Zafran dan Zeera. Sedangkan sekarang, sang Bunda tengah asyik menerima telepon dari pelanggannya dan sang Ayah harus pergi ke rumah sakit sebab ada pasien yang membutuhkan pertolongan secara mendadak.

Zafran kemudian melirik Kakaknya yang sesekali tertawa sendiri saat ada adegan komedi di dalam televisi.

Kakaknya itu sangat menyukai acara televisi yang sedang dia tonton itu. Ya, Boboiboy.

"Kak, kok telat? Dan itu tadi isinya apa?" tanyanya penasaran. Sang Kakak langsung menoleh, lalu dia pergi sejenak. Awalnya Zafran kira dia akan ditinggal sendirian dan berpikir sejak kapan Kakaknya itu bertingkah tidak sopan? Tetapi ternyata sang Kakak kembali lagi dengan kedua tangan penuh.

Zeera menyerahkan kedua barang yang ada di tangannya kepada Adiknya. Zafran kemudian beralih menatap Zeera, seakan bertanya tentang isi di dalam paper bag tersebut.

"Dodol," jawab Kakaknya lalu berlanjut menonton televisi, setelah barang yang tadi ada di genggamannya beralih ke tangan Adiknya.

Zafran sangat terkejut, tak biasanya Kakaknya berbicara seperti itu. Dia berpikir, sepertinya pergaulan Kakaknya sedikit toxic.

"Wah, parah banget lo Kak. Kasar kata-katanya. Gue laporin Bunda, ah," celetuk Zafran yang sudah bersiap bangun untuk pergi menemui Bundanya. Namun, hal tersebut tidak terjadi karena bantal yang tadinya dipeluk oleh Zeera kini sudah melayang ke arah muka Zafran dengan mulus. Bahkan, rasanya jika perlu, Zeera ingin merekam kejadian tersebut.

"Memang dodol itu woy! Dodol Bandung!" Geram Zeera yang kemudian membuka dan mengambil isi dari paper bag itu, memperlihatkannya kepada Zafran. Dodol rasa durian, yang hanya disukai oleh Zafran.

"Aku bungkus terpisah karena biar spesial. Kalau yang satunya itu, isinya investasi leher ke atas, aku mau kamu baca buku ini. Biar kamu lebih disiplin lagi ya, Adikku tersayang," lanjut Zeera.

Zafran lantas membuka paper bag berwarna putih dengan motif serat-serat tersebut. Terlihat, ada buku berjudul Atomic Habits di dalamnya. Jelas, Kakaknya ini benar-benar sama seperti Ayahnya, sangat disiplin, bedanya Kakaknya itu sedikit lebih cair, masih lebih enak untuk diajak menggila bersama.

Zafran kemudian memberikan jempolnya ke arah Zeera walaupun sebenarnya dia sedikit tersinggung karena dia merasa habitnya selama ini sudah bagus.

"Itu Kakak ada benih bunga baru, besok jangaan lupa bantu buat nanam," ucap Zeera masih bersemangat untuk menjelaskan. Zeera yang melihat perubahan wajah Zafran, dia langsung tertarik melanjutkan ucapannya lagi.

"Kenapa? Gak mau?" Zafran yang mendengar hal tersebut langsung menoleh ke arah Zeera, sedangkan yang ditoleh kembali asyik ke acara televisi di depannya.

"Toko bunga mana, Kak?" Zafran bertanya dengan ragu.

"Toko favoritku," jawab Zeera dengan menunjuk keresek hitam di laci, yang setelahnya mengambil satu dodol rasa nanas di piring rajutan dari rotan. Deg!

Rasanya pikiran dan hati Zafran membeku. Berarti? Selama ini? Zafran mendadak membisu, tatapannya terlihat memikirkan sesuatu, isi di dalam otaknya saling tumpang tindih layaknya tumpang sari. Apakah mungkin? Dia masih sedikit ragu dengan keputusan yang akan dia buat. Melihat hal tersebut, sang Kakak kemudian mendorong bahu Zafran agar Adiknya itu tidak diam saja. Takut saja kalau tiba-tiba dia hilang kesadaran, kesurupan.

"Kak, toko bunganya di mana?" tanyanya setelah sadar. Zafran harap-harap cemas. Masih belum percaya akan kenyataan ini. What this is? Zafran bahkan tidak tahu harus senang atau sedih.

"Kamu tahu sendiri lah harusnya letak tokonya, masih muda kok pelupa. Ibu-ibu sih, kenapa?" Kini, Kakaknya yang mulai penasaran. Lalu dia menghiraukan acara televisi di depannya kemudian berganti menghadap ke Adiknya itu.

Zafran menggeleng saja. Dia kemudian berdiri sambil membawa dodol rasa durina yang diberikan oleh Zeera.

"Kak, thanks oleh-olehnya," ucapnya seraya pergi menuju kamar. Sedangkan sang Kakak, benar-benar merasa aneh dengan tingkah laku Zafran.

"Gue benar-benar gak nyangka." Pikiran Zafran terus saja berkata demikian.

🌻🌻🌻

SunflowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang