35. Solusi Terbaik - Kilas Balik Keempat

793 63 5
                                    

Mata Linda memicing. Firasatnya tidak enak saat melihat Alden pulang ke rumah membawa Nadia. Bukannya menurut untuk meninggalkan wanita itu, Alden justru mempertemukan mereka.

Kecurigaannya semakin besar ketika Alden berkata dengan ragu, "Ma, bisa bicara sebentar?"

Nadia sudah duduk lebih dulu. Menundukkan kepala, tidak berani bertemu tatap dengan Linda.

Setelah mengiyakan, kini Linda duduk berhadapan dengan pasangan yang tampak gugup. Ia melipat tangan di depan dada, menunggu salah satu dari mereka membuka pembicaraan.

Kedua orang itu saling menoleh sekilas. Kemudian dengan satu helaan napas, Alden berkata tanpa memandang ibunya, "Nadia hamil, Ma."

Tubuh Linda membatu. Matanya mulai berkedut. Pandangannya berpindah-pindah dari Alden ke Nadia. Lalu, ia berdeham singkat. "Sudah periksa ke dokter?"

"Belum," sahut Nadia pelan.

"Terus, kenapa kalian bisa yakin kalo Nadia hamil?" Nada bicara Linda mulai tinggi.

"Dari test pack, hasilnya positif, I," jawab wanita itu lagi.

Linda bisa merasakan dadanya bergemuruh saat ini. Ia bangkit berdiri. "Alden, ikut Mama," perintahnya, buru-buru masuk ke dalam kamar.

Alden melirik kekasihnya sekilas, sebelum mengikuti Linda. Ketika ia selesai menutup pintu, wajahnya sudah dihantam, tanpa sempat ia mengelak.

PLAK!

Bunyi yang cukup keras itu, terdengar oleh Nadia. Ia terkesiap, menatap pintu kamar dengan pandangan nanar. Sekujur tubuhnya merinding. Penglihatannya pun mulai kabur oleh air mata.

Tangan Linda langsung kebas setelah memberikan sebuah tamparan di pipi anak sulungnya. Darahnya terasa mendidih begitu mendengar pengakuan Alden. Maka, seluruh tenaga ia kerahkan untuk memukul anak itu, sebagai pelampiasan amarahnya yang meluap-luap.

"Anak kurang ajar! Berani-beraninya kamu menghamili anak orang!"

Linda mendesah frustrasi. Alden bisa memaklumi, menerima amukan sang ibu, tanpa melakukan perlawanan. Dirinya memang bersalah. Sudah sepantasnya ia diperlakukan seperti itu.

"Maaf, Ma," ucapnya lirih.

Sambil memijat kening, Linda mengesah keras. "Kamu harus tetap pergi bulan depan. Nggak ada alasan."

Pratama mendaftarkan Alden untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, untuk meningkatkan kemampuan pria itu. Harapannya, setelah lulus dari sana, semua ilmu yang telah ia pelajari, bisa menunjang Alden dalam menjalani bisnis yang sedang dikelola Pratama. Maka dari itu, Linda seperti orang kebakaran jenggot saat ia tahu, anak yang sedang ia siapkan sebaik mungkin agar layak masuk ke dalam keluarga terkemuka, justru membuat cela, yang tidak pernah ia harapkan.

Alden mengangkat wajah dengan sekali sentakan. "Nggak bisa, Ma. Aku nggak mungkin tinggalin Nadia yang lagi hamil."

Setelah itu, kepala Linda terasa berputar. Ia berjalan mencari tempat duduk untuk mengistirahatkan tubuhnya yang tidak muda lagi.

"Aku juga harus segera menikah dengan Nadia, sebelum perutnya semakin besar."

"Nggak mungkin, Den!" sahut Linda garang. "Nggak bisa secepat itu. Yang harus kamu pikirin adalah gimana caranya papa kamu bisa melihat kamu memang berpotensi jadi penerus dia. Perluas pergaulan, bangun koneksi, bukannya menjadi kepala keluarga di usia muda."

Suara Linda yang keras dan lantang, tertangkap jelas di telinga Nadia, membuat wanita itu semakin tersedu-sedu. Apakah keadaannya sekarang memperumit posisi Alden? Kekasihnya sudah cukup terguncang tentang fakta yang baru saja diketahuinya. Nadia yang tengah mengandung, justru menambah beban pria itu.

Hearts Intertwined [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang