28. Seperti Sebuah Kesalahan

924 80 6
                                    

Rai
Ci, pulang jam berapa?

Nadia
Hmm
Aku nggak pulang

Rai
Hah?

Nadia
Ujan gede di sini
Jalanan macet parah karena banjir,
sama ada pohon tumbang
Jadi, aku nggak bisa pulang

Rai
Lah
Terus malem ini kamu tidur di mana?

Nadia
Apart Davian

Rai
Hahhh?????
Yang bener aje

Nadia
Rugi dong

Rai
AKU LAGI SERIUS
Davian yang nyuruh?

Nadia
Dia nawarin

Rai
Dia juga tidur di situ?
Atau pulang ke rumah?

Nadia
Ya, iya kali
Di mana2 macet parah,
gimana dia mau pulang?

Rai
Halah, itu mah modus
Kalo dia ngapa2in kamu, bilang aku ya
Aku datengin tuh rumahnya
Biar bokap nyokapnya tau kelakuan anaknya

Nadia
Kalo mau ngapa2in nggak usah jauh2 ke sini
Di rumah juga bisa
Kamunya aja kasih kita kesempatan terus
berduaan di rumah 👀

Rai
Dih apaan sih emotnya begitu?

Nadia
Umm
👉👈

Rai
Heh!

Nadia
Makanya, Rai, punya Cici cuma satu tuh dijaga
Jagain ceweknya mulu sih
Kejadian deh ‘kan…

Rai
Apaan? Ada kejadian apa?
Woy
Balesss
Cii
Woyyyy

Nadia
Lowbatt nih
Bye adikku zheyenk 😚

Tangan Davian bergerak cepat menghidupkan seluruh lampu hingga kemewahan apartemen ini membuat Nadia mengangkat wajah dari ponsel dan berdecak kagum dalam hati. Menganut konsep open-plan, apartemen milik Davian terlihat sangat luas karena tidak ada sekat antara ruang keluarga, ruang kerja, juga ruang makan. Dilengkapi dengan kaca bening besar dan lebar, pemandangan kota Jakarta terlihat sangat jelas dari lantai 40, tempat mereka berada sekarang. Susunan perabotan yang rapi dan tampak terawat, membuat Nadia tidak mampu menebak berapa harga jual apartemen ini.

“Kamarnya cuma ada satu, jadi—”

“Saya bisa tidur di sofa,” sahut Nadia cepat, sambil meletakkan tasnya di meja kaca. Tidak masalah baginya, jika memang tidak ada kamar tidur untuknya. Di sudut ruang mana pun dari unit ini, sepertinya ia bisa tidur nyenyak.

Davian menurunkan dua pasang sandal rumah dari rak. “Saya nggak mungkin biarin perempuan tidur di sofa. Kamu tidur di kamar. Saya yang tidur di sofa,” tegas Davian, tanpa ingin dibantah.

“Emang perempuan nggak boleh tidur di sofa? Kamu tuan rumah. Masa tuan rumah diusir dari kamar sendiri?” Nadia memakai sandal pemberian Davian.

“Ini namanya bukan diusir. Saya kasih kamar saya buat kamu,” sahut Davian sambil berjalan ke arah kamar yang terletak di sudut ruangan.

Nadia mengekori dengan kening berkerut tidak terima. “Jangan dong. Saya mah udah biasa ketiduran di sofa rumah, kamu ‘kan nggak. Nanti kalo kamu nggak bisa tidur karena nggak nyaman gimana? Kamu juga pasti capek nyetir macet-macetan kayak tadi. Kalo kamu kecapekan, ditambah nggak bisa tidur, kamu bisa sakit,” celoteh wanita itu panjang lebar.

Hearts Intertwined [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang