38. Mati Pun Percuma - Kilas Balik Ketujuh

791 93 12
                                    

⚠️ TW: self harm, suicide attempt

Nomor Nadia tidak bisa dihubungi. Berkali-kali Alden mencoba menelepon balik wanita itu, tetapi pesan operator selalu berbunyi sama. Ia mulai khawatir, apakah kekasihnya baik-baik saja?

Lantas, pria itu memutuskan untuk menghubungi Linda, hendak meminta sang ibu memeriksa keadaan Nadia.

"Ma, Mama ketemu Nadia hari ini?" sambarnya langsung begitu telepon diangkat.

Sambil menelan saliva dengan gugup, wanita itu balas bertanya, "Memang kenapa?"

"Dia sempet telepon aku, tapi nggak keangkat karena aku lupa aktifin nada dering. Pas aku telepon balik, nomornya nggak aktif. Udah berjam-jam aku coba telepon, tapi nggak bisa. Mama bisa tolong cek keadaaan dia? Aku takut dia—"

"Mulai sekarang, lebih baik kamu lupain Nadia, Den," potong Linda.

Alden mendesah panjang. "Kenapa omongan itu keluar lagi sih, Ma?" keluhnya.

"Karena sekarang kamu udah nggak punya alasan untuk bertahan sama Nadia. Fokus aja sama kuliah kamu di sana."

"Nggak punya alasan gimana? Nadia lagi mengandung anak aku, Ma."

"Anak kamu udah nggak ada."

Bagai petir di siang bolong, pernyataan Linda membuat Alden terperangah. "M-maksud Mama?"

"Nadia keguguran. Dokter pun nggak tau apa penyebabnya. Yang pasti setelah itu, Nadia bilang, dia nggak mau ketemu kamu lagi."

Pria itu menggeleng, meskipun tidak bisa dilihat oleh lawan bicaranya. "Nggak, nggak mungkin. Mama bohong 'kan?"

"Buktinya udah ada di depan mata, Alden. Dia nggak mau dihubungi sama kamu. Masih kurang jelas?" pekik Linda marah.

Alden memejamkan mata sambil memijat pangkal hidungnya. "Oke, aku bakal pulang sekarang."

"Nggak boleh. Kamu—"

Telepon terputus sepihak. Tanpa memikirkan hal lain, Alden mengemasi barangnya tergesa-gesa, lalu mencari jadwal penerbangan internasional tercepat yang bisa ia ambil. Pria itu tidak peduli dengan kondisi dirinya yang masih jet lag karena belum terbiasa dengan zona waktu yang berbeda dengan Indonesia. Yang lebih penting sekarang, ia harus tahu alasan dibalik keadaan yang langsung berubah total saat ia baru meninggalkan Jakarta. Ia tidak ingin kehilangan anaknya, apalagi kehilangan Nadia.

***

Histerektomi subtotal merupakan operasi pengangkatan bagian atas rahim. Dikarenakan tidak mengganggu serviks, indung telur, dan saluran tuba, maka hormon dalam tubuh juga tidak akan terganggu. Jadi, pengangkatan rahim jenis ini, biasanya tidak mengganggu kemampuan dan hasrat seksual. Menstruasi juga tetap terjadi, meskipun mungkin hanya berupa flek dan berlangsung dalam jangka waktu yang pendek karena masih ada sisa rahim. Di kebanyakan kasus, bahkan terjadi menopause dini setelah operasi. Sangat kecil kemungkinannya bagi wanita yang melakukan histerektomi subtotal, untuk hamil. Meskipun ada, risikonya sangat tinggi.

Sederet informasi itu Nadia temukan di internet setelah melihat nama operasi pada surat persetujuan tindakan medis. Surat persetujuan yang sama sekali tidak mendapat persetujuan darinya, karena yang bertanda tangan di sana adalah Linda, bertanggung jawab sebagai ibu dari Nadia, sementara ia tidak sadarkan diri.

Calon bayinya telah tiada. Ia juga mustahil untuk menjadi seorang ibu kandung tanpa rahim. Orang yang sangat ia percaya, telah berkhianat dan menusuk dari belakang. Oh, bukan hanya menusuk, Linda telah mencabik-cabik seluruh jiwanya sampai tidak ada lagi yang bisa Nadia pertahankan, termasuk Alden, kekasih yang amat ia cintai.

Hearts Intertwined [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang