Kediaman Pratama Widjaja saat ini diliputi aura yang dingin, sunyi, dan menusuk. Memang seperti itu sejak dulu. Namun, dengan kepergian Davian tentu saja memperkeruh suasana yang ada.
Keluarga ini punya cerita yang rumit. Pratama Widjaja menikah dengan Meita karena kepentingan bisnis. Dua perusahaan properti, digabung menjadi satu perusahaan besar bernama Widjaja Group. Dari pernikahan mereka, lahirlah Davian Pratama.
Katanya, anak adalah buah cinta dari ayah dan ibu. Namun, Davian tidak pernah merasa begitu. Hingga saat ini pun, kedua orang tuanya tidak pernah saling mencintai. Hubungan mereka hanya seputar bisnis. Begitu juga dengan kehadiran Davian yang ibaratnya hanya sebuah formalitas untuk menyempurnakan bisnis keluarga ini. Bahkan sejak sebelum ia ada, ia sudah ditetapkan untuk menjadi penerus perusahaan. Untuk saat ini, Davian menjadi Direktur Utama dari Widjaja Development, anak perusahaan dari Widjaja Group yang berfokus pada pembangunan perumahan dan apartemen.
Sekitar lima tahun lalu, tiba-tiba muncul seorang wanita sebaya dengan Meita yang baru saja ditinggal mati oleh suaminya, dibawa Pratama ke rumah mereka. Namanya Linda. Ia adalah mantan kekasih Pratama sebelum menikah dengan Meita. Dengan berat hati, wanita itu harus menerima orang ketiga dalam pernikahannya karena Linda membawa anak kandung Pratama. Anak itu adalah hasil hubungan gelap mereka, ketika Linda sudah bersuami. Namanya Alden, saat ini berusia 34 tahun, lebih tua lima tahun dari Davian.
Tragisnya, sampai akhir hayat pun, suami yang malang itu tidak pernah tahu bahwa Alden bukanlah anak kandungnya. Linda juga membawa satu anak perempuan bernama Alice, adik Alden, berusia 28 tahun, hasil dari pernikahan pertamanya.
Jangan tanya bagaimana hancurnya hidup seorang Meita. Berumahtangga dengan Pratama Widjaja saja sudah menjadi neraka baginya. Ditambah kehadiran tiga benalu itu, rasanya neraka bisa jadi lebih baik daripada di rumah ini. Sekarang, satu-satunya orang yang ia sayangi, diusir oleh Pratama, si pria brengsek.
"Hari ini ada meeting terkait proyek Greenland Regency." Pratama menghampiri istrinya yang sedang menyesap teh di pinggir kolam renang. Ia menyebutkan salah satu proyek pembangunan perumahan elit yang akan dijalankan.
Meita meletakkan cangkir teh di meja dengan tenang. "Davian juga hadir?"
Tawa penuh cemooh, terdengar dari Pratama. "Menurut kamu?"
"Orang yang seharusnya memegang proyek ini adalah anak saya. Kenapa kamu ikut campur?" balas Meita tanpa memandang wajah suaminya.
"Kamu pikir saya rela melepas proyek sebesar ini, hanya karena anak itu membangkang? Nggak, saya nggak akan membiarkan hal itu terjadi."
Meita bangkit berdiri, menatap Pratama lekat. Tidak terima anaknya disebut seperti itu. "Membangkang? Itu terlalu berlebihan. Davian sudah melakukan hal yang tepat. Melawan orang yang nggak punya hati kayak kamu."
Pratama mendesah berat. "Proyek ini akan mendatangkan keuntungan yang besar. Penggusuran daerah toko-toko lama itu nggak seberapa. Kita tinggal kasih sejumlah uang untuk mereka melanjutkan hidup. Toh, toko mereka juga sepi pelanggan. Padahal ini semua untuk mendukung kesuksesan dia, tapi anak itu malah berpihak ke pemilik-pemilik toko yang menolak pindah."
"Kalo memang Davian nggak mau, Alden bisa bantu kamu kok." Tiba-tiba suara lain ikut menimbrung. Linda tersenyum lebar, menghentikan perdebatan sengit antara suami-istri itu.
Meita melempar tatapan sengit pada wanita ular itu. Ia memang cerdik, pandai mencari kesempatan agar anak-anaknya bisa diberikan tanggung jawab besar seperti Davian. Ia sama saja seperti dua anaknya, hanya pandai menjilat, tetapi otaknya kosong. Merasa berhak menguasai kepunyaan Pratama hanya karena mengandung dan membesarkan Alden. Wanita yang tidak tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts Intertwined [END]
Ficción General[RomansaIndonesia's Reading List - SPOTLIGHT ROMANCE OF NOVEMBER 2024] Bangun pagi, pergi ke pasar, mencuci sayuran, memotong daging, memasak, dan menjajakan makanan di kedai kecil warisan orang tuanya adalah kegiatan seorang Nadia Harianto sehari-h...