Covid-19 telah bermutasi menjadi Covid-35 sejak ditemukannya gejala aneh pada anak berusia 10 tahun yang sedang bermain di taman bermain beraama teman-temannya.
Ternyata setelah dibawa ke labolatorium, anak ini menyimpan virus yang telah bermutasi dengan sangat ganas di dalam tubuhnya hanya saja tidak ada yang menyadarinya termasuk si anak sendiri. Anak-anak yang sempat berkontak dengan anak berusia 10 tahun itu terpaksa harus diisolasi atau dikarantina di tempat khusus.
Nyatanya virus itu bukan hanya berasal dari tubuh anak berusia 10 tahun itu, tapi juga dua orang lainnya yang tubuhnya menjadi sarang untuk si virus berkembang biak. Virus itu menyebar dengan sangat cepat melalui udara. Sejauh ini ada 500 orang yang terinveksi dan harus di karantina di tempat yang sudah disediakan disetiap kota.
Para warga setempat sudah mendapatkan notifikasi peringatan adanya virus yang sedang menyebar keseluruh kota hingga akhirnya lockdown kembali diberlakukan. Bandara ditutup, pelabuhan ditutup, terminal ditutup, stasiun ditutup, bus berhenti beroperasi untuk sementara waktu, pusat perbelanjaan tutup, sekolah dilakukan secara daring, segala pekerjaan pun juga dilakukan secara daring, beberapa pekerja buruh terpaksa diberhentikan.
***
"Ponsel dan laptopmu letakkan di sana," perintah Soobin sembari menunjuk ke sebuah tempat khusus yang telah disediakan. "Kenapa?" bingung Beomgyu.
"Letakkan saja. Kau akan diberi laptop dan ponsel khusus dari tempat ini."
Kepalanya mengangguk, laptop dan ponselnya ia letakkan di tempat tersebut. Uniknya, setelah Beomgyu meletakkan elektroniknua di tempat itu wadah berbahan besi itu bergerak masuk ke sebuah mesin besar lalu wadah berbahan besi lainnya bergerak keluar membawa laptop dan ponselnya yang baru.
"Ambillah," perintah Soobin.
Menuruti perintah Soobin, Beomgyu mengambil lapotop dan ponsel tersebut. "Lalu, berganti pakaianlah mengginakan ini." Matanya memandang piama berwarna hijau tosca tersebut. Piamanya mirip seperti piama permpuan tanpa celana (piama langsung) "Di mana aku berganti pakaian?" tanya Beomgyu.
"Di kamar. Ada kamar mandi."
"Oke ..." Tangan Beomgyu terulur untuk menerima pakaian tersebut.
"Lalu, ini adalah perlatan mandi khusus. Peralatan mandi yang kau bawa sebaiknya dibuang saja," jelas Soobin memberikan satu kantong transparan berisi alat mandi untuknya. "Sabun, shampo, dan pasta gigi yang diberikan sudah diracik khusus bagi orang-orang yang terinfeksi virus. Karena itulah kau harus menggunakannya."
"Sedangkan helm kaca bertabung oksigen ini harus kau pakai jika hendak keluar dari lantai lima. Karena lantai lima adalah satu-satunya lantai yang paling steril dari virus Covid level dua dan tiga."
Beomgyu mengangguk lagi. "Sudah, ayo kita kembali ke kamar."
***
Suasana kamar sangat sunyi, seluruh penghuni berfokus pada kegiatannya masing-masing. Ada yang membaca komik, ada yang menonton televisi, ada yang memilih untuk tidur, dan juga ada yang sibuk menulis jurnal harian. Sedangkan Beomgyu masih berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru ini.
Ponsel dan laptop yang diberikan nyatanya hanya bisa diakses untuk melakukan zoom meeting atau bertukar pesan, selain dari itu ponsel dan laptopnya tidak akan berfungsi. Beomgyu terkadang bingung, kapan nomor kontak, alamat email, dan nomor teleponnya bisa di pindah?
Beomgyu bergerak untuk merebahkan dirinya pada ranjang, lengan kirinya beralih mengambil salah satu boneka yang terpajang kemudian memeluknya. Helaan napasnya terdengan berat, matanya memandang atap kamar. Dia rindu kehidupan lamanya. Belum lama berada di sini, Beomgyu sudah merasa tidak betah dan kurang nyaman. Di tambah rasa sakit di kepalanya yang tak kunjung mereda.
Beomgyu rindu suara cerewet sang ibu bila dirinya terlambat makan, Beomgyu rindu suara kucingnya yang mengeong karena lupa tak diberi makan, Beomgyu rindu candaan ayahnya yang bisa dikatakan cukup receh dan tidak jelas.
Di sini, sangat sepi.
Tok! Tok! Tok!
Pintu terbuka, kepala Beomgyu menoleh untuk melihat siapa yang datang. Ternyata sosok wanita muda yang datang menggunakan helm oksigen serta seragam khas rumah sakit itu datang membawa sesuatu di atas nampan stainlees-nya.
Mulai dari ranjang pertama, dia meletakkan sesuatu di atas meja nakasnya.
Ranjang kedua sampai ranjang ke empat pun sama.
Hingga wanita itu sampai di ranjang Beomgyu, matanya dapat dengan jelas melihat apa yang sebenarnya diletakkan di atas meja nakas. Piringan kecil berisi lima pil dan segelas air mineral.
"Minum ini, dan beristirahatlah," kata wanita iti tersenyum tipis.
"Semua? Pil ini harus aku minum semua?"
Wanita itu mengangguk. Ia segera berbalik dan berjalan keluar dari kamar.
Kepala Beomgyu menoleh ke arah Soobin yang berada di sebrang ranjangnya. Pemuda itu dengan santainya menelan lima pil dengan warna beragam itu ke dalam mulutnya.
"Kenapa?" tanya Soobin bingung karena Beomgyu memandanginya sejak tadi.
"Aku ... ah, tidak jadi."
Kedua lengannya mengambil benda yang diletakkan di atas nakas tersebut. Lengan kirinya yang memegang piringan kecil berisi obat langsung menuangkannya ke dalam mulut kemudian disusul lengan kirinya yang memgang segelas air mineral.
Pahitnya luar biasa, Beomgyu tak pernah merasakan pahit yang seperti ini. Dia menegak habis air tersebut, setelahnya pun rasa pahitnya masih mencekik tenggorokannya. Karena rasa pahitnya, kedua tangab Beomgyu bergetar hebat.
"Dosisnya tinggi. Jadi ini memang pahit, tapi kau akan terbiasa setelah ini," ujar Soobin sebelum kembali menarik selimutnya dan tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
lockdown, txt ✓ [TERBIT]
FanfictionBeomgyu selalu merasa aneh sejak hari pertama dia mulai di karantina di tempat ini. 🏅4 - #soobin (16 Juli 2024) 🏅8 - #choibeomgyu (18 Juli 2024) 🏅1 - #txtff (20 Juli 2024) 🏅1 - #beomgyutxt (3 Oktober 2024) ; bluusoobie, 2024