05. Infusion Effects

187 21 1
                                    

Hari infus. Hari di mana tepat pukul delapan malam setiap tanggal dua puluh lima seluruh menghuni di tempat karantina ini akan diinfus menggunakam cairan khusus yang entah kegunaannya untuk apa. Dan dikeesokan harinya adalah proses pemeriksaan kesehatan.

***

08.00 KST (Malam)

Lima perawat, dengan langkah sigap dan tenang, berjalan menuju kamar pasien di lantai lima gedung karantina. Mereka mengenakan seragam putih bersih, dengan wajah datar mereka.

Ketika mereka tiba di kamar nomor seratus tujuh belas, mata mereka langsung dipertemukan dengan kelima pemuda yang salah satunya manatap sisnis ke arah mereka. Mereka berusaha untuk tenang kemudian melangkah masuk.

Para perawat dengan tenang menyiapkan alat-alat infus, termasuk kantong cairan yang digantung pada tiang infus dan selang yang terhubung dengan jarum steril. Setelah membersihkan area di lengan dengan antiseptik, perawat dengan profesional memasukkan jarum infus ke dalam vena di lengan bagian bawah. Beomgyu yang tak terbiasa dengan jarum suntik sedikit meringis saat jarum menusuk kulitnya, tetapi segera mereda setelah jarum terpasang dengan baik.

Mereka kemudian mengamankan jarum dengan plester dan memastikan aliran cairan berjalan lancar melalui selang infus. Cairan bening dari kantong infus perlahan-lahan mengalir masuk ke dalam tubuh, memberikan sensasi dingin yang menenangkan. Dalam beberapa jam, Taehyun sudah merasakan rasa kantuknya mulai tiba.

Setelah tuga mereka selesai, lima perawat itu saling bertukar pandang dan mengangguk tipis. Mereka akhirnya keluar dari kamar dengan langkah ringan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Soobin ke arah Beomgyu yang kelihatannya masih belum terbiasa dengan rasa sakitnya. "Ini agak aneh, kepalaku agak pusing setelah cairan ini masuk."

"Reaksinya memang bisa berbeda-beda. Ada yang merasa langsung mengantuk, ada yang merasakan jantung mereka berdebar-debar, ada yang tidak merasakan apa-apa, dan juga ada yang langsung merasa pusing, juga ada yang merasakan panas," jelas Soobin. "Kalau aku tidak merasakan apa-apa," tambahnya.

Tapi, bukan hanya pusing yang Beomgyu rasakan. Dia juga merasakan panas luar biasa yang datang secara tiba-tiba, kulitnya terasa seperti terbakar dari dalam, seolah-olah suhu tubuhnya naik dengan sangat cepat. Keringat mengalir deras, menetes dari dahinya dan membasahi lehernya. Rasanya sulit untuk bernapas, seolah-olah udara di sekitar semakin tipis.

Soobin berinisiatif bangkit dari ranjangnya sambil mendorong tiang infusnya kemudian duduk di sisi ranjang milik Beomgyu. Soobin dapat pelihat kening pemuda itu berkeringat sangat parah.

Tangannya bergerak untuk menyibak poni Beomgyu, lalu menyentuh keningnya yang penuh keringat. Soobin langsung merasakan denyut panas yang memancar dari tubuhnya.

Segera, Soobin mulai merawatnya dengan sebaik mungkin. Pertama, Soobin mengambil kain basah dan meletakkannya di dahinya yang panas. Kulitnya terasa seperti membara, dan setiap sentuhan seolah memberikan sedikit kelegaan. Soobin terus mengganti kain itu setiap beberapa menit agar tetap dingin dan menyejukkan.

"Apa ini membantu?" tanya Soobin lembut, di sisa-sisa tenaganya Beomgyu mengangguk. Rasa panasnya sudah mulai turun, dia mulai merasakan kantuk.

"Tidurlah, suhunya akan semakin turun saat kau tidur."

Beomgyu menangguk.

Soobin berdiri, membiarkan pemuda itu berkelana pada mimpinya.

"Kenapa dia?" tanya Yeonjun.

"Suhu tubuhnya meningkat karena efek infus."

"Ahhh, begitu~"

"Aku kasihan dengan Beomgyu." Soobin bermonolog sambil duduk di tepi ranjangnya. "Kenapa begitu?" Yeonjun menanggapi.

"Dia menjadi sering sakit semenjak berada di sini. Meski sebenarnya memang sudah sakit karena virus di tubuhnya."

"Benar, imunnya sangat rentan aku juga sedikit khawatir," ucap Yeonjun membenarkan. "Sekarang dia sudah tidur?"

"Sudah. Suhunya sudah sedikit turun."

"Syukurlah."

***

Beomgyu berlari tanpa henti di sepanjang lorong yang gelap dan sempit. Nafasnya tersengal, setiap langkah terasa semakin berat. Langit-langit rendah dan dinding-dinding yang menutup rapat menambah rasa sesak. Entah bagaimana Beomgyu bisa sampai di sini, di lorong yang seakan tidak berujung ini. Tidak ada cahaya, hanya bayangan yang melesat dan suara langkah kakiku sendiri yang menggema.

Pikiran-pikirannya kacau, ia berusaha mencari jalan keluar dari lorong ini. Namun setiap belokan hanya membawa lebih banyak kegelapan. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Di mana ini? Bagaimana aku bisa keluar? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Beomgyu tanpa jawaban.

Tiba-tiba, Beomgyu melihat sesuatu di ujung lorong. Sebuah pintu kayu tua dengan cat yang sudah mengelupas. Beomgyu bergegas menuju pintu itu, berharap menemukan jalan keluar. Dengan penuh harap, ia membuka pintu tersebut dan terperanjat melihat apa yang ada di baliknya.

Di dalam ruangan kecil yang remang-remang, tergeletak seorang pemuda yang amat ia kenali baru-baru ini, Choi Yeonjun. Wajahnya pucat, matanya terpejam, tubuhnya dingin. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Beomgyu mencoba untuk membangunkannya, mengguncang-guncangkan tubuhnya, memanggil namanya berulang kali. Namun semuanya sia-sia.

Kengerian menyelimuti. Bagaimana mungkin ini terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini? Beomgyu mundur perlahan, matanya masih terpaku pada tubuh Yeonjun yang sudah tidak bernyawa itu.

"Beomgyu!"

"Choi Beomgyu!"

"Kak!"

09.00 KST (Pagi)

"Hah!!" Mata Beomgyu terbuka lebar, jantungnya berdesir. Dia langsung bangkit dari tempat tidurnya, pandangannya memeta seisi kamar.

"Ada apa? Kenapa? Kau bermimpi apa?" Taehyun bertanya dengan cemas. "Di mana Kak Yeonjun?" tanya Beomgyu tiba-tiba. "Ke lantai tiga bersama Kai. Kenapa memangnya?"

"Dia masih hidup?"

Taehyun dan Soobin memandang Beomgyu dengan heran. "Tentu, dia masih hidup. Apa yang sebenarnya kau mimpikan semalam, Kak?"

Beomgyu terdiam, tak ingin menjawab.

lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang