27. Chaos

46 4 2
                                    

mention : blood, violent scenes in the form of mass shootings, rebellion.

Sesampainya di kota, Soobin memarkir van putih tua di sebuah gang sempit yang cukup tersembunyi. Suasana kota tampak normal, orang-orang berlalu-lalang seperti biasa, sama sekali tidak menyadari kejadian aneh yang baru saja mereka alami. Namun, di dalam van, ketegangan masih terasa tebal.

"Aku tidak percaya ini akan berakhir begitu saja," ujar Yeonjun, menatap keluar jendela dengan cemas. "Mereka pasti akan mencoba menemukan kita."

Soobin mengangguk, matanya tajam memandang jalan di luar. "Kita harus melaporkan ini, tapi bukan ke polisi."

Mendengar itu, Taehyun mengernyitkan dahi. "Bukan ke polisi? Kenapa? Bukankah mereka seharusnya membantu kita?" Soobin menggeleng, sorot matanya serius. "Aku tidak pernah mempercayai polisi. Dari semua hal yang sudah terjadi, terlalu banyak kejanggalan. Bisa saja mereka juga terlibat. Siapa yang tahu seberapa dalam jaringan ini? Jika kita pergi ke polisi, mungkin mereka hanya akan menutupi semuanya dan kita akan diincar lebih cepat."

Yeonjun menatap Soobin dengan skeptis, meski sebagian dirinya juga setuju. "Lalu, apa rencanamu?"

Soobin mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita harus membawa ini ke media. Stasiun TV, media besar—tempat di mana cerita ini bisa dipublikasikan dan dilihat banyak orang. Jika kasus ini diekspos ke publik, mereka tidak bisa menutupinya dengan mudah."

Yuna yang masih terdengar lemah, ikut bersuara. "Tapi ... bukankah itu juga berisiko? Kalau mereka tahu kita akan melapor ke media, bisa saja mereka menyerang kita lebih dulu."

Soobin menatap Yuna dengan tenang, lalu berkata, "Itu mungkin, tapi ini satu-satunya cara agar kebenaran bisa terungkap. Jika kita diam, kita hanya akan menjadi korban lain yang hilang tanpa jejak."

Taehyun mengangguk setuju. "Dia benar. Jika kita melaporkan ini ke polisi dan mereka terlibat, kita tidak akan punya kesempatan kedua. Tapi kalau ini masuk ke berita, tekanan dari publik akan memaksa mereka bertindak."

Yeonjun akhirnya menghela napas berat, menyadari bahwa ini adalah langkah terbaik meski berisiko. "Baiklah, jadi apa langkah kita selanjutnya?"

Soobin memandang mereka semua dengan serius. "Kita temukan stasiun TV terdekat, dan kita ungkap semuanya. Setelah itu, kita harus tetap bergerak dan bersembunyi sampai situasi terkendali. Kita tidak bisa terlalu lama berada di satu tempat."

***

Di sisi lain, suasana di gedung isolasi berubah menjadi kekacauan total. Berita bahwa ada beberapa orang yang berhasil melarikan diri telah menyebar dengan cepat di antara para penghuni. Seperti api yang menyulut bahan bakar, semangat pemberontakan mulai berkobar di hati mereka yang selama ini hanya bisa bertahan di bawah kendali ketat penjaga dan peraturan yang tidak manusiawi.

Teriakan kemarahan dan frustrasi menggema di seluruh lorong gedung. Beberapa penghuni mulai menghantam pintu sel mereka, mencoba merusak kunci atau mencari celah untuk melarikan diri. Mereka tahu bahwa jika ada yang berhasil keluar, berarti ada kemungkinan bagi mereka juga. Rasa takut yang selama ini menahan mereka kini tergantikan oleh keberanian yang lahir dari keputusasaan.

Seorang pria muda yang berada di salah satu lantai bawah mulai mengorganisir kelompok kecilnya. "Jika mereka bisa keluar, kita juga bisa! Ini kesempatan kita!" serunya, menarik perhatian para penghuni lain. Mereka berkumpul, saling berbisik penuh harap, mencoba merencanakan pemberontakan mereka sendiri.

Penjaga mulai panik ketika mereka menyadari situasi ini. Mereka berusaha meredam pemberontakan dengan kekerasan, memerintahkan agar penghuni tetap tenang, tapi rasa takut mereka mulai terasa di udara. Situasi yang sebelumnya terkendali dengan ketat kini mulai retak, dan para penjaga tahu bahwa jika mereka tidak cepat bertindak, seluruh gedung bisa runtuh dalam pemberontakan massal.

lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang