Saat Yeonjun berlari menjauh dari ruangan tempat Beomgyu tertinggal, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari dalam. Suara ledakan keras itu bergema di sepanjang koridor, menghantam telinganya dengan keras hingga membuatnya terhenti seketika. Kakinya yang berlari cepat seolah terbekukan, dan hatinya berdegup kencang.
Mata Yeonjun melebar, jantungnya seakan berhenti. Suara tembakan itu seperti menghantam langsung ke dalam jiwanya, membawa perasaan takut dan kehilangan yang tak tertahankan. Tanpa sadar, air mata mulai mengalir deras dari matanya, semakin deras setiap detik yang berlalu. Napasnya tersengal-sengal, terasa berat, dan seketika tenggelam dalam rasa ngeri.
Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, tak mampu melangkah maju maupun mundur. Hatinya ingin berlari kembali ke ruangan itu, untuk memastikan Beomgyu baik-baik saja. Namun, ketakutan yang menghancurkan membuatnya terpaku di tempat, air matanya jatuh tanpa henti.
"Beomgyu ...," bisiknya pelan, penuh duka. Rasa takut, bersalah, dan putus asa bercampur menjadi satu, membuat dadanya terasa begitu sesak. Pikiran buruk mulai menyergap benaknya. Apa yang baru saja terjadi? Apakah Beomgyu ...
Ia jatuh berlutut, tubuhnya bergetar hebat. Tangisnya semakin keras, terisak-isak tanpa henti. Semua kekuatan yang dimilikinya seolah menguap begitu saja. Suara tembakan itu terus terngiang di kepalanya, menghantui setiap detik yang berlalu.
Yeonjun menangis tanpa kendali, isak tangisnya begitu keras hingga menggema di sepanjang lorong yang sunyi. Air mata terus mengalir tanpa henti, membasahi wajahnya yang penuh duka. Tubuhnya gemetar, terisak-isak seolah seluruh beban dunia jatuh di pundaknya. Setiap napas terasa berat, seakan rasa sakit di dadanya tidak mau menghilang.
"Beomgyu ...," suaranya parau, nyaris tak terdengar di antara isakannya yang pecah. Dalam benaknya, ia terus memutar bayangan temannya yang mungkin terluka, atau lebih buruk, telah tiada.
Rasa pedih di dadanya belum hilang, Yeonjun menegakkan tubuhnya dan mulai berlari lagi. Kali ini lebih cepat, lebih kuat, meskipun air mata masih mengalir. Tangisnya sudah berubah menjadi kemarahan-amarah terhadap dirinya sendiri, terhadap keadaan, dan terhadap orang-orang yang telah menghancurkan segalanya.
Kakinya menghantam lantai dengan keras, detak jantungnya berpacu seiring dengan desakan dalam dirinya untuk bertahan. Yeonjun berlari seakan-akan hidupnya bergantung pada setiap langkah yang diambilnya. Napasnya berat, tapi ia menolak untuk berhenti. Pikirannya terus mengulang suara tembakan dan tangisan Beomgyu, membuat hatinya semakin remuk. Namun, di balik semua itu, ada satu pikiran yang terus menggerakkannya: dia tidak boleh menyerah.
"Kak Yeonjun! Kemari!" Suara melengking Kim Sunoo terdengar dari ujung lorong, menghentikan Yeonjun sejenak.
Yeonjun menoleh cepat, melihat sosok Sunoo melambaikan tangan dengan cemas. Tanpa berpikir dua kali, Yeonjun langsung berlari ke arah Sunoo, napasnya semakin berat dan tubuhnya mulai terasa lelah. Namun, ada secercah harapan saat melihat Sunoo di sana-seseorang yang mungkin bisa membantunya.
Sunoo, yang terlihat gelisah, berdiri di dekat pintu besi besar yang sedikit terbuka. Wajahnya tampak penuh kekhawatiran, namun ia berusaha untuk tetap tenang. "Ayo, kita harus segera keluar dari sini sebelum mereka menemukan kita!" desak Sunoo, matanya melirik ke belakang, seolah takut seseorang akan muncul kapan saja.
Ketika Yeonjun dan Sunoo masuk ke ruangan, ia terkejut melihat bukan hanya Sunoo di sana. Heesung, Sunghoon, dan Jungwon juga ada, duduk di lantai dengan napas terengah-engah, wajah mereka tampak tegang dan lelah.
"Kak Yeonjun!" seru Heesung, berdiri cepat begitu melihatnya. "Syukurlah kau selamat. Kami khawatir sesuatu terjadi padamu."
Yeonjun menatap mereka, masih berusaha memahami situasi. "Kalian ... kalian semua di sini?" Napasnya masih tersengal, dan hatinya masih dipenuhi rasa sakit karena Beomgyu. "Aku ... Beomgyu-" suaranya tercekat, tak sanggup menyelesaikan kalimat itu. Namun, dari ekspresinya, mereka semua tahu ada sesuatu yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
lockdown, txt ✓ [TERBIT]
FanfictionBeomgyu selalu merasa aneh sejak hari pertama dia mulai di karantina di tempat ini. 🏅4 - #soobin (16 Juli 2024) 🏅8 - #choibeomgyu (18 Juli 2024) 🏅1 - #txtff (20 Juli 2024) 🏅1 - #beomgyutxt (3 Oktober 2024) ; bluusoobie, 2024