Suasana di luar gedung memang jauh berbeda dari dalam. Jalanan sepi, hampir kosong karena lockdown yang diberlakukan, hanya ada beberapa kendaraan yang sesekali melintas. Keheningan ini justru menjadi keuntungan besar bagi Beomgyu.
Dengan alarm masih terngiang dari kejauhan, Beomgyu menekan pedal gas dan mini van melesat dengan kecepatan tinggi melalui jalan yang lengang.
Beomgyu menatap layar GPS dengan alis berkerut. "Jadi, ini arah menuju ke mana sebenarnya?" tanyanya sambil tetap memegang setir.
Taehyun menjawab tanpa ragu, "LoCo Lab. Tapi yang ada di dalam hutan, tempat yang jarang diketahui orang."
Kai dan Soobin saling berpandangan dengan ekspresi bingung. "Tunggu, labnya ada dua?" tanya Kai, keheranan.
Taehyun mengangguk. "Ya, ada dua. Yang satu ada di kota dan lebih dikenal. Tapi lab yang kita tuju ini adalah fasilitas rahasia, yang digunakan untuk proyek-proyek tertentu—jauh dari jangkauan publik."
Soobin terlihat semakin gelisah. "Kenapa kita harus ke lab yang ada di hutan? Apa yang mereka sembunyikan di sana?"
Taehyun menjawab dengan nada serius, "Lab di hutan itu adalah tempat mereka menyimpan hasil penelitian yang lebih sensitif. Kalau kita berhasil sampai ke sana tanpa terdeteksi, kita bisa mendapatkan jawaban yang kita cari ... dan mungkin lebih dari itu."
Beomgyu menelan ludah, suasana dalam van terasa semakin tegang. "Jadi, kita benar-benar menuju tempat yang rahasia dan berbahaya?" tanyanya sambil fokus pada jalan yang semakin sempit dan dipenuhi pepohonan lebat.
Taehyun mengangguk, pandangannya serius. "Ya, lab di hutan itu adalah tempat terakhir yang mungkin mereka curigai. Kita bisa bersembunyi di sana, setidaknya untuk sementara, sambil mencari tahu lebih banyak."
Kai, yang masih bingung, bertanya lagi. "Tapi, kenapa kita menuju tempat yang justru mereka kendalikan? Bukankah itu berisiko?"
"Justru karena itu," jawab Taehyun dengan cepat. "Mereka tidak akan mengira kita akan berani masuk ke tempat yang mereka kuasai. Lagipula, kita butuh akses ke informasi di sana. Ada sesuatu yang mereka sembunyikan di lab itu, dan jika kita bisa menemukannya, kita punya peluang untuk membalikkan keadaan."
Soobin, yang duduk di belakang, mulai memahami rencana Taehyun. "Jadi, kita bukan hanya melarikan diri. Kita akan melawan balik?"
Taehyun tersenyum tipis. "Tepat sekali. Tapi pertama-tama, kita harus sampai ke sana tanpa tertangkap."
Mini van terus melaju, semakin jauh dari peradaban. Pepohonan semakin rapat, dan jalanan berubah menjadi jalan setapak berbatu. Suasana semakin mencekam seiring mereka mendekati tujuan. Suara mesin mini van yang berdentum menjadi satu-satunya yang terdengar di tengah keheningan hutan.
"Siapkan diri kalian," kata Beomgyu sambil menggenggam setir lebih erat. "Kita hampir sampai."
***
Kamar bernomor 12 itu kini sunyi, dengan penjagaan ketat di depan pintunya. Sunghoon dan Sunoo sudah dibawa pergi oleh pihak yang tidak diketahui, meninggalkan suasana mencekam di sekitarnya. Tak ada yang tahu pasti ke mana mereka dibawa, dan kabar tentang mereka masih belum jelas. Hanya sisa jejak kekacauan yang terlihat di kamar itu, seolah menyimpan rahasia gelap yang tak terungkap.
Sunghoon dan Sunoo dibawa ke sebuah ruangan yang remang-remang, suasana di dalamnya terasa dingin dan menegangkan. Begitu pintu terbuka, mata mereka langsung tertuju pada sosok yang duduk di sudut ruangan—Yeonjun. Wajahnya tampak lesu, dengan beberapa luka yang terlihat jelas di wajah dan tubuhnya. Keringat membasahi pelipisnya, dan bibirnya yang kering menunjukkan bahwa ia sudah lama tak minum air. Nafasnya terdengar berat, seolah sudah melalui sesuatu yang berat.
"Kak Yeonjun?"
Yeonjun hanya menatap mereka dengan pandangan lemah, matanya terlihat kosong, seolah sudah kehilangan kekuatan.
Sementara itu, penjaga di ruangan itu hanya mengawasi dengan diam, memastikan tidak ada yang mencoba kabur.
***
Para petugas keamanan akhirnya menemukan siapa saja yang bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi. Setelah meneliti rekaman CCTV dan menghubungkan berbagai bukti, mereka menyadari bahwa Taehyun, Soobin, Beomgyu, Kai, serta kelompok gadis di kamar yang sunyi itu adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Nama-nama mereka kini ada di daftar buronan.
"Segera kirim tim pelacak. Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos," perintah komandan keamanan dengan tegas. Beberapa petugas langsung bergerak, dilengkapi dengan peralatan pelacak dan drone, siap untuk mencari jejak mereka di luar gedung.
Tim pelacak mulai menyisir rute pelarian yang mungkin telah mereka ambil, menggunakan data dari kamera jalanan dan sensor yang tersebar di sekitar kota. Mereka sadar bahwa kelompok ini bukan hanya sekadar melarikan diri; mereka punya tujuan. "Sepertinya mereka menuju ke LoCo Lab di hutan," bisik salah satu petugas yang memantau peta GPS.
Sementara itu, di dalam mini van, Beomgyu masih fokus menyetir, tidak sadar bahwa mereka kini diburu. "Kita harus lebih cepat," ujar Soobin sambil memeriksa peta lagi. "Aku merasa kita tidak punya banyak waktu sebelum mereka menyadari ke mana kita pergi."
Taehyun, yang duduk di belakang, menatap keluar jendela. "Mereka akan tahu cepat atau lambat. Kita harus mencapai lab sebelum mereka menemukan kita."
"Cepat! Mereka tidak akan jauh, kata salah satu petugas keamanan melalui alat komunikasi, pandangannya tertuju pada monitor drone yang memantau area dari atas.
Di dalam mini van, Soobin mulai merasa semakin gelisah. "Apa kita tidak bisa mengambil jalan lain? Mereka mungkin sudah mengawasi rute utama."
Taehyun menggeleng pelan. "Hanya ada satu jalan yang menuju ke lab di hutan ini. Kita harus terus maju. Begitu kita sampai di sana, kita bisa mencari cara untuk bersembunyi atau menghadapi mereka."
Kai, yang duduk di samping Taehyun, menatap ke luar dengan cemas. "Tapi ... bagaimana jika mereka sudah mendekati kita? Kita tak punya banyak tempat untuk lari di sini."
Beomgyu mendengus pelan, mencoba menjaga fokusnya. "Maka kita harus sampai lebih dulu sebelum mereka menemukan kita. Kalau tidak, semua ini sia-sia."
Kecepatan kendaraan terus bertambah, dan pemandangan sekitar berubah menjadi lebih liar dan hutan mulai mendominasi. Mereka semakin mendekati LoCo Lab, tapi rasa takut dikejar dan tertangkap semakin menghantui setiap langkah mereka.
Tak jauh di belakang, tim pelacak mendekati lokasi yang mereka perkirakan. Komandan tim, yang terus memantau, berkata dengan tegas, "Kita akan segera menemukan mereka. Jangan biarkan mereka mencapai lab itu, apa pun yang terjadi."
Suara letupan keras tiba-tiba terdengar, dan mini van yang dikendarai Beomgyu terguncang hebat. Beomgyu dengan cepat memutar setir untuk menjaga kendali, tetapi kendaraan mulai oleng. "Sialan!" teriaknya, merasakan ban depan yang bocor menghambat laju kendaraan.
Mini van mulai melambat, hingga akhirnya berhenti di tengah jalan yang dikelilingi pepohonan lebat. Suasana menjadi hening sejenak, hanya suara desis pelan dari ban yang bocor terdengar. Taehyun memandang ke luar jendela dengan cemas.
"Kita tidak punya waktu untuk ini!" seru Soobin, dengan napas memburu.
Beomgyu memukul setir dengan frustrasi. "Ban depan bocor! Kita tidak akan bisa melanjutkan perjalanan dengan ini."
Kai menatap Beomgyu dengan gelisah. "Apa kita punya ban cadangan?"
Taehyun cepat-cepat keluar dari mobil dan memeriksa bagian belakang kendaraan. "Ya, ada," katanya dengan nada tegas. "Tapi kita harus bergerak cepat. Mereka pasti sudah mendekat."
Soobin dan Beomgyu keluar untuk membantu mengganti ban, sementara Kai berjaga, memantau jalanan sekitar untuk memastikan tidak ada yang mendekat. Di kejauhan, suara deru drone pelacak bisa terdengar samar-samar, memberi sinyal bahwa para petugas keamanan semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
lockdown, txt ✓ [TERBIT]
FanfictionBeomgyu selalu merasa aneh sejak hari pertama dia mulai di karantina di tempat ini. 🏅4 - #soobin (16 Juli 2024) 🏅8 - #choibeomgyu (18 Juli 2024) 🏅1 - #txtff (20 Juli 2024) 🏅1 - #beomgyutxt (3 Oktober 2024) ; bluusoobie, 2024