22. Danger : Someone Got Caught

87 13 0
                                    

Beomgyu tak lagi punya kekuatan untuk melawan. Lututnya jatuh ke tanah, bersimpuh tanpa daya, sementara tubuh Lia terbaring tak sadarkan diri di sampingnya. Nafasnya berat, matanya menatap kosong ke depan. "Borgol mereka," suara tegas seorang petugas menggema di telinganya, tapi Beomgyu hanya terdiam, tak ada perlawanan.

"Masukkan mereka ke dalam van," perintah berikutnya datang tanpa henti, dan dengan kasar, mereka menyeret Lia ke arah kendaraan besar itu.

"Ke mana teman-temanmu yang lain?" suara petugas itu terdengar lebih keras kali ini, penuh tekanan. Beomgyu menundukkan kepalanya, diam. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, tapi bibirnya tetap terkatup rapat. Dia tak menjawab, matanya terfokus pada tanah di bawah kakinya.

"Jawab!" bentak petugas itu, nadanya kini tajam, penuh ancaman. Beomgyu tetap tak bergeming. Tenggorokannya tercekat, sementara dadanya berdegup kencang. Ada ketakutan, tapi lebih dari itu, ada keinginan kuat untuk melindungi mereka-teman-temannya yang entah di mana sekarang.

Petugas itu semakin geram. "Kau pikir diam akan menyelamatkanmu?"

"Bawa saja aku." Suara Beomgyu serak, nyaris berbisik. "Aku tidak tahu di mana teman-temanku. Kami berpisah." Mata petugas itu menyipit, mencoba membaca apakah Beomgyu berkata jujur atau tidak. Beomgyu menegakkan tubuhnya sedikit, meski tubuhnya lelah dan penuh luka.

"Benarkah?" tanya petugas dengan nada penuh keraguan, namun tak menunggu jawaban. "Masukkan dia ke dalam van. Kita lihat nanti apakah kau benar-benar tidak tahu."

Pemuda itu hanya bisa pasrah saat tangan kuat petugas menariknya menuju van. Di dalam, suara pintu besi yang berat menutup di belakangnya menggema, menyegel nasibnya di balik jeruji besi. Dia bersandar di dinding kendaraan yang dingin, napasnya masih tersengal, mencoba mengatur detak jantung yang tak menentu. Pandangannya melayang ke arah Lia, yang terbaring tak berdaya di pojok van.

Tatapan matanya kosong, namun di dalam dirinya ada ribuan pertanyaan yang terus berputar. Apa yang terjadi pada teman-temannya? Apakah mereka berhasil lolos?

Van mulai bergerak, membawa mereka entah ke mana. Beomgyu memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

***

Kai berjongkok di balik pepohonan lebat yang tumbuh liar di tepi sungai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kai berjongkok di balik pepohonan lebat yang tumbuh liar di tepi sungai. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena udara pagi yang menusuk kulit, tetapi juga ketakutan yang tak mampu ia sembunyikan.

Dia tidak bisa menahan pikirannya untuk berkelana kembali pada apa yang baru saja terjadi. Beomgyu, temannya, tertangkap dengan Lia di pelukan. Satu momen yang membuat seluruh rencana mereka hancur berantakan. Kai sempat berpikir untuk berlari keluar, mencoba menyelamatkan Beomgyu dan Lia, tapi otaknya segera menyadarkan bahwa itu hanya akan membuat segalanya lebih buruk. Beberapa petugas terlihat jelas sudah bersiaga di sekitar mereka, menunggu saat yang tepat untuk menangkap setiap orang yang terlibat.

Sekarang, Kai hanya bisa menunggu. Pesan singkat dengan Soobin beberapa menit yang lalu memberi sedikit harapan, tetapi tidak cukup untuk mengusir ketakutan yang menyelimuti.

Tiba-tiba, suara berderak dari arah kiri membuat Kai terlonjak sedikit. Mata tajamnya menatap ke arah sumber suara. Sekumpulan petugas berjalan lambat, memeriksa setiap jengkal tanah, memastikan tak ada yang terlewatkan. Kai menahan napas, berharap mereka tak melihatnya. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa kabur, hanya bisa berharap pada nasib baik.

Tangan Kai yang gemetar perlahan merogoh saku jaketnya, merasakan getaran samar dari ponselnya. Ia menahan napas sejenak sebelum dengan hati-hati mengeluarkannya, khawatir suara kecil pun bisa menarik perhatian para petugas yang masih berada di sekitar. Di layar, notifikasi dari Soobin tampak menyala.

Selang beberapa menit setelahnya notifikasi kembali masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selang beberapa menit setelahnya notifikasi kembali masuk.

Pesan itu terasa seperti perintah terakhir sebelum segalanya benar-benar dipertaruhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pesan itu terasa seperti perintah terakhir sebelum segalanya benar-benar dipertaruhkan. Tanpa membuang waktu, Kai menunduk lebih rendah, memastikan dirinya tetap tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Mata tajamnya memindai area sekitar, memastikan tidak ada petugas yang berjaga di rute pelarian yang ditunjukkan Soobin.

Suara gemerisik dedaunan di kejauhan menandakan bahwa pengalihan Soobin berhasil. Beberapa petugas yang tadinya bergerak mendekat kini berbelok ke arah timur, mengikuti jebakan yang telah Soobin siapkan. Namun, tak ada waktu untuk merasa lega. Kai tahu betul, rencana ini hanya memberi mereka sedikit celah sebelum petugas sadar dan kembali memburu mereka.

Dengan tubuh yang masih sedikit gemetar, Kai mulai bergerak. Dia berlari merendah, menahan setiap napas agar tetap tenang. Kakinya berpijak ringan di tanah, mencoba sebisa mungkin untuk tidak membuat suara. Rasa cemas terus menghantui pikirannya-Beomgyu dan Lia, apa mereka masih aman? Berhasilkah mereka menemukan cara untuk meloloskan diri? Tapi saat ini, Kai harus fokus pada satu hal: kabur ke arah barat seperti yang Soobin instruksikan.

lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang