20/2 : Experimental trial (Day One)

90 12 0
                                    

"Nishimura Riki, sudah meninggal dunia, Dok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nishimura Riki, sudah meninggal dunia, Dok. Eksperimen vaksin yang pertama resmi dinyatakan gagal," lapor salah satu petugas medis dengan nada putus asa, sambil menatap monitor yang kini menunjukkan garis datar.

Dokter Kim menutup matanya sejenak, tampak sangat terpukul oleh berita itu. Setelah beberapa detik, dia membuka mata dan memerintahkan, "Segera rapatkan tim dan kumpulkan semua data. Kita harus menyelidiki apa yang salah dan memperbaiki kesalahan ini. Tidak ada waktu untuk berlarut-larut."

Petugas medis lainnya dengan cepat mulai mengumpulkan peralatan dan data yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Ruangan itu dipenuhi dengan suasana cemas dan hening, dengan setiap orang menyadari dampak besar dari kegagalan eksperimen ini.

Keberhasilan eksperimen ini sangat penting, dan kegagalan ini menunjukkan tantangan besar yang harus dihadapi tim medis. Semua orang di ruangan berkomitmen untuk mencari tahu penyebab kegagalan dan mencegah kejadian serupa di masa depan.

"Lalu bagaimana dengan jasad pemuda ini, Dok?" tanya salah satu petugas medis dengan nada bingung.

Dokter Kim memikirkan jawaban sejenak sebelum menjawab dengan nada dingin, "Buat saja seolah-olah dia bunuh diri. Di kamar teman-temannya." Petugas medis tampak terkejut, "Kenapa tidak langsung dikremasi saja, Dok?" Dokter Kim menatap petugas itu dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Aku ingin menakut-nakuti mereka."

***

Setelah kejadian yang menggemparkan —di mana sekelompok pemuda menemukan rekan mereka tergantung di langit-langit kamar—Ni-ki, yang sebelumnya menjadi pusat perhatian, kini dianggap tidak lagi memiliki nilai. Uji coba vaksin yang gagal telah menyebabkan komplikasi serius pada seluruh organ tubuhnya, menjadikannya tidak mungkin untuk dijual atau digunakan untuk tujuan lain.

Akhirnya, jasad Ni-ki langsung dikremasi tanpa sepengetahuan pihak keluarga. Proses kremasi dilakukan dengan cepat dan diam-diam, meninggalkan tidak ada jejak yang dapat mengarah pada kejadian tersebut. Semua bukti dan jejak dihilangkan dengan cermat, memastikan bahwa tidak ada yang bisa menghubungkan kejadian ini dengan eksperimen vaksin yang gagal.

Semua langkah ini diambil untuk menutup rapat-rapat insiden yang telah terjadi dan mencegah informasi tersebut bocor ke publik. Situasi ini meninggalkan kesan mendalam dan menimbulkan pertanyaan besar mengenai etika dan transparansi dalam uji coba medis yang melibatkan nyawa manusia.

Satu minggu sebelum vaksin diuji coba, cabang LoCo Lab yang terletak di tengah hutan—tidak jauh dari gedung isolasi—mengalami dua kali ledakan hebat. Ledakan ini, yang terjadi secara berurutan, disebabkan oleh ketidakstabilan dalam proses pembuatan vaksin itu sendiri.

Ya, bahan yang digunakan dalam pembuatan vaksin ternyata sangat tidak stabil dan berbahaya, hingga menyebabkan ledakan. Ketidakstabilan bahan ini menunjukkan bahwa proses formulasi vaksin tidak hanya berisiko tetapi juga sangat cacat.

Kedua ledakan tersebut mengakibatkan kerusakan signifikan pada fasilitas dan mengindikasikan adanya masalah besar dalam formulasi vaksin. Namun, meskipun ledakan tersebut menyebabkan kekacauan dan kerusakan, tindakan untuk memperbaiki dan menstabilkan vaksin terus dilanjutkan dengan cepat, tanpa adanya penundaan yang berarti.

Keputusan untuk tetap melanjutkan eksperimen meskipun ada indikasi masalah serius menyoroti risiko tinggi yang dihadapi. Ledakan tersebut menjadi indikasi awal dari masalah yang lebih besar yang akhirnya muncul pada uji coba vaksin, berujung pada komplikasi fatal pada Ni-ki.

Tujuan pembuatan vaksin tersebut merupakan respons terhadap tuntutan mendesak dari presiden dan legislatif Korea, yang menyadari lonjakan angka kematian yang drastis. Krisis kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah ekstrem untuk mengatasi situasi.

Dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut, LoCo Lab, yang sebelumnya fokus pada produksi narkoba dalam bentuk obat oleh sang pemimpin project, diberi tugas tambahan untuk mengembangkan vaksin. Kebutuhan mendesak untuk vaksin ini didorong oleh situasi darurat kesehatan masyarakat yang memerlukan solusi cepat dan efektif. Namun, tekanan untuk memproduksi vaksin dengan cepat dan efektif tampaknya menyebabkan pengabaian terhadap prosedur keamanan dan kualitas, yang akhirnya berkontribusi pada kegagalan eksperimen dan bencana yang terjadi.

Jadi, apa kesimpulannya dari: jual beli organ illegal, pembuatan narkoba yang diedarkan secara diam diam tanpa diketahui oleh presiden dan lehislatifnya yang dikenal sangat bersih, lalu pengembangan vaksin yang malah memakan korban jiwa?

LoCo Lab benar-benar kacau dan brengsek.








nah udah kejawab kan? SIAPA YANG PAS ITU NEBAK ZOMBIE HAH

nah udah kejawab kan? SIAPA YANG PAS ITU NEBAK ZOMBIE HAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

btw udah mau tamat nih, apakah kalian exited 😋😋😋

lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang