07. Not Usually

147 21 5
                                    

03.00 KST (Sore)

Di ruang makan, suasana sangat sunyi. Tidak ada suara obrolan, hanya kesunyian yang menemani empat belas orang tersebut. Meja makan kosong tanpa makanan yang tersaji, memberikan kesan hampa yang aneh. Mereka duduk di sekeliling meja, seolah menunggu sesuatu yang tidak kunjung tiba. Kami saling bertukar pandang, namun tidak ada yang berkata-kata, membiarkan kesunyian menguasai ruangan.

"Hari ini makanannya telat, ya?" Yuna menyeletuk dengan heran. "Biasanya tidak pernah telat begini, apa ada sesuatu yang terjadi?" gumam Minjeong sembari memegangi perutnya yang menahan lapar.

"Terlepas dari semua itu, aku ingin memberitahukan sesuatu." Soobin menginterupsi, memecah fokus orang-orang di dalam ruangan tersebut.

Semua mata tertuju pada Soobin.

"Aku tidak tahu kalian sudah mendengar berita ini atau belum. Tapi aku harus tetap memberi tahu kalian."

"Ni-ki meninggal dunia. Baru saja tadi pagi, ketika ia telah divonis sembuh dari covid."

Para gadis yang duduk berhadapan dengan Soobin, Yeonjun, Beomgyu, Taehyun, dan Kai itu terkejut. Mereka saling bertukar pandang pada temannya masing-masing.

"Apa penyebab kematiannya?" Karina bertanya dengam rasa penasarannya. "Kami menduga terjadinya pembunuhan." Sekarang giliran Taehyun yang berbicara.

"Mereka, tidak akan membiarkan kita keluar dari tempat ini." Tangannya menunjuk ke atas, bagian pojok atap. Mata mereka pun menhikuti arah tunjuk jari Taehyun.

"Mereka sedang melihat kita, mengawasi kita setiap waktu. Dan semoga saja mereka tidak bisa mendengar semua pembicaraan kita hati ini."

"Mungkin saja keberadaan kita di sini bukan sekedar sebagai pasien, tapi alat uji coba yang mungkin kapan saja akan meregang nyawa. Meski kita belum tahu pasti apa yang akan mereka lakukan," jelas Taehyun panjang lebar.

Sekumpulan gadis itu mendadak merasakan kengerian menerjang tubuh mereka masing-masing. "Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Ryujin seraya membersitkan hidungnya menggunakan tisu.

"Yang pastinya kita lakukan adalah keluar dari tempat aneh ini. Tapi sebelum itu, kita harus menyusun strategi dan juga mengumpulkan informasi tempat ini," usul Soobin.

Di tengah keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara angin yang berdesir di luar jendela, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu.

Setelah suara ketukan telah berhenti, namun ketegangannya masih menggantung di udara. Pintu terbuka dengan berderit, memperlihatkan sosok seseorang wanita ber-APD berdiri di ambang pintu. Wajahnya datar, tanpa ekspresi, seperti topeng yang tak memperlihatkan perasaan apa pun. Mata yang kosong menyapu ruangan, membuat udara terasa lebih dingin dan berat.

Ia melangkah untuk masuk, kemudian berdiri di depan menghadap ke arah empat belas orang tersebut.

"Hari ini terjadi sebuah kendala. Jadi tidak ada makanan yang bisa di masak. Silakan kembali ke kamar kalian masing-masing."

Minjeong kesal. Dia lapar setengah mati. Perlahan, alisnya menukik ke bawah, menggambarkan amarah yang membara di dalam dadanya. Garis wajahnya yang tadinya datar kini berubah tegang, memberi isyarat bahwa emosi yang terpendam mulai meletup. "Sialan, apa saja yang kalian lakukan di dapur! Aku mati-matian menahan lapar tapi malah di suruh kembali kekamar!?"

"Kalian serius melakukan ini kepada seorang pasien?!" Minjeong marah besar.

Tetapi wanita itu lebih memilih untuk tidak menjawab, wajahnya masih sama dataranya. Dan pada akhirnya ia berbalik lalu pergi.

Suasana di dalam ruang makan itu kacau, Minjeong kelaparan, Yeonjun juga kelaparan, Yuna bahkan mengamuk karena lapar.

"Sudah-sudah. Tahan saja sampai besok pagi," usul Soobin.

"Enak sekali mulutmu berkata seperti itu," sungut Yeonjun seraya meremat jari-jarinya yang gemetar.

Soobin menoleh, menatap Yeonjun dengan tatapan tajam. "Kau pikir aku tidak lapar? Aku juga lapar, sialan. Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak bisa melakukan apa-apa!" Soobin berucap dengan murka. Akibat suaranya ruangan yang gaduh itu mendadak sunyi.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang ritmis dari luar ruangan. Bunyi sepatu yang menyentuh lantai menciptakan gema yang samar di sepanjang koridor, "Bukannya wanita itu sudah pergi?" Beomgyu melontarkan pertanyaan dengan bingung.

"Mungkin orang lain." Kai berusaha untuk berpikir jernih.

"Tidak-tidak. Seharusnya hanya ada kita yang berada di luar kamar. Penghuni yang lain, 'kan tidak diperbolehkan keluar kamar sebelum sesi makan kita berakhir," jelas Beomgyu. Dia semakin terheran-heran.

"Mungkin petugas keamanan. Sebaiknya kita kembali saja ke kamar kita masing-masing," ucap Taehyun menengahi.

Mereka semua beranjak pergi dari ruangan tersebut.

***

Tok! Tok! Tok! Tok!

Tok! Tok! Tok!

"Tolong buka pintunya!"

Kai membuka pintu setelah meminta persetujuan dari keempat orang lainnya, setelah terbuka mengungkapkan sosok yang berdiri terhuyung di ambang pintu. Wajahnya pucat dan napasnya tersengal-sengal, menandakan betapa lelahnya ia. Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan itu, "Ada apa—"

"Ada yang terbunuh!" Lelaki iyu memandang Kai dengan perasaan takut.

"Tempat ini .. adalah tempat di mana uang para pejabat di hasilkan! Lari!" Begitu selesai dengan ucapannya. Keempat orang yang berada di dalam kamar mengerubungi pintu, memandangi lelaki dengan wajah kotor tersebut.

"Siapa namamu?" tanya Soobin.

"Yoon Jaehyuk."

"Baiklah kau boleh masuk dulu."

Jaehyuk tersenyum, namun baru saja melangkah masuk entah kenapa kepalanya langsung dirajam rasa sakit yang amat hebat.

"Hei?"

"Jaehyuk-ssi? Kau tak apa?"

Ia mendengar suara itu namun terasa sangat jauh dari telinganya.

"Yoon Jaehyuk?"

"Apa yang terjadi?"

Ia mulai merasakan pijakannya goyah, mencoba mempertahankan keseimbangan. Matanya berputar, dunia di sekitarnya tampak berputar-putar. Perlahan-lahan, tubuhnya mulai melemah, lututnya menyerah dan akhirnya ia ambruk ke tanah. Hembusan napas terakhir terdengar pelan sebelum segalanya menjadi gelap dan ia tak sadarkan diri, tergeletak tak berdaya di lantai.
















Drop ur theory, guys 😁

Drop ur theory, guys 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang