12. Kang Taehyun's Secret

137 22 0
                                    

Lima belas menit berlalu, listrik mati secara otomatis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima belas menit berlalu, listrik mati secara otomatis. Lorong yang tadinya di penuhi cahaya lampu kini gelap gulita.

Di dalam ruangan itu, Soobin sejak tadi menggaruk-garuk kulit putihnya dengan gelisah.

Rasa gatal yang dirasakan semakin menjadi-jadi. Ruam merah mulai menyebar di sekujur tubuhnya, memberikan sensasi panas yang menyengat setiap kali tersentuh. Ia merasakan dorongan tak tertahankan untuk menggaruk kulitnya, dan dengan gelisah, jemarinya mulai bergerak, berusaha meredakan rasa tak nyaman itu. Goresan demi goresan menghiasi kulitnya, namun gatal itu tetap tak kunjung hilang, hanya semakin memperparah kondisi ruam yang ada.

Dia tahu, memang efek covid seperti ini. Tapi dia hanya tak menyangka saja selepas tak meminum obat bukan hanya rasa haus saja yang menimpa dirinya tapi rasa gatal itu muncul kembali setelah sekian lama lenyap.

"Argghh!" Dengan frustrasi, tangannya mulai menggaruk kulitnya tanpa henti.

Soobin hanya berpikir, apakah hanya dia yang merasakan hal serupa? Apa teman-temannya juga merasakan hal yang sama?

Sementara Kai tampak tenang duduk di pojok ruangan seorang diri. Dia menggaruk kaki-kakinya yang gatal bukan main. Meski berada dalam kesunyian dan kegelapan, Kai tak merasa resah sedikit pun. Hanya ada dua hal yang mengganggunya: rasa haus yang mulai mendera dan gatal yang menyebar di tubuhnya. Dia berusaha untuk tetap tenang, meski gatal itu terus-menerus menuntut perhatiannya. Setiap garukan memberi sedikit kelegaan, namun tak cukup untuk benar-benar menghilangkan rasa tak nyaman yang terus hadir.

***

"Kalau kau tidak pernah meminum obatnya .... lalu bagaimana dengan rasa gatalnya?" tanya Beomgyu penasaran.

Taehyun menarik rok piamanya, perlahan memperlihatkan kaki-kakinya yang penuh dengan luka gatal. Beberapa luka tampak sudah mulai mengering, namun ada juga yang masih sangat baru, memerah dan meradang. Kulitnya terlihat tergores-gores akibat garukan yang tak henti-hentinya, seolah tak mampu menahan dorongan untuk meredakan rasa gatal itu. Luka-luka baru tersebut seakan menjadi bukti betapa parah dan mengganggunya rasa gatal yang ia rasakan.

Beomgyu menatap kaki-kaki Taehyun dengan perasaan iba. Luka-luka yang terlihat di sana membuat hatinya terenyuh.

Wajah Beomgyu memancarkan kekhawatiran yang mendalam, ia tidak bisa membayangkan betapa sakit dan gatal yang harus ditahan oleh Taehyun.

"Aku menggaruknya. Sampai seperti ini," ucapnya dengan enteng, kemudian ia kembali menutup kakinya.

"Kau malah menyiksa dirimu sendiri, Kang Taehyun."

"Seharusnya kau minum saja."

Taehyun yang pada awalnya tidak menatap Beomgyu kini mulai menoleh dan tersenyum, "Mau dengar rahasiaku, tidak? Selagi listrik mati dan CCTV tidak menyala."

Pemuda itu seketika merasa bingung ketika Taehyun tiba-tiba ingin menyampaikan sebuah rahasia. Raut wajah Taehyun terlihat serius, seolah ada sesuatu yang berat yang ingin diungkapkan. "Rahasia apa?"

Yang lebih muda menarik napasnya dalam, kepalanya menoleh pada dua petugas yang masih setia berjaga di depan pintu.

"Aku akan bercerita dengan suara yang kecil dan pelan, jadi aku mohon untuk fokus."

Seketika Beomgyu merasa tertekan sekaligus tegang, dia mengangguk saat Taehyun memberikan penjelasan senelum memulai cerita.

"Belum ada yang tahu, bahwa aku adalah anak sambung dari profesor yang ditugaskan bekerja di labolatorium LoCo. Kim Namjoon."

"Awalnya saat aku berusia empat belas tahun, Pak Kim datang ke panti asuhan. Lalu memilihku sebagai anak sambungnya. Saat aku pertama kali di bawa ke rumahnya, aku baru tahu bahwa beliau ternyata sudah memiliki anak kandung yang bernama Kim Rui, dia adalah seorang gadis yang mengidap penyakit skizorenia."

"Pak Kim mengatakan, bahwa dibawanya aku ke dalam keluarganya tidak lain dan tidak bukan untuk menemani gadis kecilnya yang masih berusia sepuluh tahun tersebut."

"Beliau sebelumnya sudah pernah menyewa beberapa orang untuk merawat anaknya, namun itu hanya berujung pada pemecatan."

"Hingga akhirnya dia memilih aku. Sebagai penerus dan sebagai penjaga Kim Rui."

FLASHBACK.

Sudah dua tahun sejak Taehyun di adopsi di keluarga ini, dia mulai bersekolah dan memiliki teman baik bernama Kai.

Setiap hari dia memiliki rutinitas rutin untuk menjaga Kim Rui, mengajaknya bermain, belajar, membuatnya makanan,  dan merawatnya. Selama itu juga, Taehyun memang sangat jarang bertemu dengan ayah sambungnya, Kim Namjoon.

Satu tahun yang lalu, beliau pamit kepada Taehyun dan Rui untuk pergi menegrjakan sebuah projek besar dengan upah yang fantastis. Semenjak beliau pergi dan mengerjakan projek itu, Namjoon hanya bisa pulang ke rumah selama satu kali dalam satu bulan.

Tapi, anehnya beberapa bulan terakhir Namjoon sama sekali tak menampakkan diri, tak memberikan kabar lewat surel atau pun telepon. Taehyun terkadang cemas sebab tampaknya projek yang sedang ayah sambungya kerjakan itu sangat berbahaya.

Hingga pada bulan Januari ada sebuah pengumuman mencengangkan tentang adanya virus yang telah bermutasi di dalam tubuh anak berusia sepuluh tahun bernama lengkap Kim Rui, adik sambung Kang Taehyun.

Tentu sebagai orang yang paling sering berada di sisi Rui, Taehyun amat terkejut. Para aparat mendatangi rumahnya, memisahkan dirinya dan Rui. Lalu dirinya di bawa ke gedung karantina yang kebetulan Kai juga masuk ke gedung yang sama.

Dari sana lah Taehyun memulai penyelidikannya seorang diri, merangkai teka-teki di balik terciptanya virus dan usulan gedung karantina. Sampai pada akhirnya dia menemukan keterkaitan LoCo lab dengan gedung ini.

Yang saat itu Taehyun tahu, LoCo lab adalah tempat ayah sambungnya bekerja.

Terus mengulik, sampai menghabiskan waktu berbulan-bulan. Hingga Taehyun tahu, bahwa sang ayah sambung telah tiada dalam proses pengembangan projek di dalam lab. Yang ternyata ketiadaan sang ayah sambung langsung digantikan oleh adik kandung ayahnya yang bernama, Kim Taehyung sebagai ilmuan yang langsung turun tangan untuk mengembangkan projek.

Tapi, Taehyun belum tahu siapa pemimpin utama yang menjalankan projek tak teridentifikasi tersebut.


Beomgyu tak bisa menyembunyikan perasaanku setelah mendengar cerita Taehyun. Awalnya, ada rasa terkejut yang menyeruak. Bagaimana tidak? Ceritanya begitu memilukan dan di luar dugaannya. Taehyun, yang selama ini selalu tampak kuat dan cerdas, ternyata menyimpan luka yang begitu dalam. Ketika ia berbicara, suaranya bergetar, menandakan betapa berat beban yang ia pikul.

Sebagai teman, hatinya tentu teriris melihatnya seperti itu. Rasa iba menyelinap masuk, menggantikan keterkejutanku. Beomgyu bisa merasakan derita yang ia rasakan, seolah-olah beban itu juga berada di pundaknya.

"Aku tahu kau akan seperti ini, Kak." Taehyun tertawa kecil sambil menghela napas, mencoba untuk memendam kesedihannya yang hampir meluap kala bercerita.

"Bagaimana kau bisa menyembunyikan fakta sebesar ini, Kang Taehyun?"

"Aku tidak suka melihat teman-temanku merasa iba. Aku benci dikasihani."

"Taehyun-ah."

"Kita harus keluar dari sini, Kak. Sudahi sedihmu. Kita harus berpikir."

lockdown, txt ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang