Bab XVI Tebaran Mosaik
"Kamu mengapa mikirin harta warisan mbak Sasa?"godaku.
"Lho, bukannya ia anak konglomerat? Pabriknya ada beberapa. Kalau tidak waspada kan kasihan. Dari sekian pemburu, tentu ada yang tidak tulus...
"Tapi nggak begitu anggapan orang di negara patriarki. Orang nggak mau tahu mbak Sasa banyak warisan atau bukan? Mbak Sasa itu cantik atau tidak? Yang mereka cari hanya kelemahannya, yaitu ia telah berumur lebih dari 35 tahun. Begitu ia banyak yang naksir, keusilan orang adalah, 'Kok banyak yang naksir padahal sudah tua? Kok pacarnya tampan? Jangan-jangan ia main guna-guna? Bayangkan. Betapa banyak pahala wanita patriarki andaikan bisa sabar, cuma ngelus dada."
"Padahal mbak Sasa meskipun sudah berumur masih tampak cantik. Ia pun pekerja keras. Wajar andaikan banyak yang suka."jawab Melia.
"Memang pacar mbak Sasa tampan?"lanjutnya.
"Tentulah. Bukan tipe pemalas pula. Mereka memang saling tertarik karena pengaruh chemistry,"sahut Puspa.
Kami pun berhenti di tempat sepatu dan tas. Melia segera menuju tempat sepatu dan mencoba aneka jenis sepatu tanpa hak yang beraneka model serta tampak manis-manis dilihat, beraneka warna pula.
Pukul 23.00 besok hari Minggu pula. Kami masih belum tidur di kamar kos Melia yang luas, meskipun sudah berbaring. Seperti biasa, banyak hal yang kami ceritakan, dari A sampai ke Z, kemudian dari Z kembali ke A lagi.
"Kalau misalnya kelak ibu mbak Sasa melatih pacar anak lelakinya untuk meneruskan perusahaannya. Begitu si gadis sudah memiliki ilmunya, lalu mereka putus bagaimana ya?"tanya Puspa.
"Mengapa pusing? Kalau putus mau bagaimana lagi? Memang nggak jodoh. Akan halnya rezeki, kita boleh meniru cara berbisnis orang lain, bahkan kita bisa berjualan bersama di tempat yang sama, berderet-deret semua menjual bakso. Namun, rezeki tetap berbeda bukan? Artinya kita bisa meniru cara kerja orang lain, tapi rezeki tetaplah berbeda satu sama lain."
"Lagipula nggak nyaman juga jadi menantu orang kaya kalau kita nggak menunjukkan potensi dapat diandalkan...
"Tapi Melia bisa diandalkan lho. Kan ia cantik dan bodinya goals seperti super model,"lanjutku menoleh ke arah Melia, masih ingin menggodanya.
"Hm...Berkaitan dengan minat lelaki terhadap harta,tahta, dan wanita, meliputi ketiga hal itukah kebanggaan lelaki akan wanita pilihannya?"Melia malah bertanya dengan ekspresi bersungguh-sungguh.
"Sepertinya begitu. Ada lelaki yang bangga memiliki wanita cantik bak supermodel. Adapula yang bangga karena si wanitanya potensial mencari uang. Adapula yang bangga karena wanitanya keturunan orang tertentu, sehingga diharapkan bakal memperlancar kariernya."
"Jadi tidak melulu bangga karena bisa pamer yang cantik-cantik?" sahut Puspa.
"Kan tidak semua lelaki suka pamer."
"Eh...saat mbak Sasa kembali ke tempat kos dianter abangnya...
"Kalau dianter begitu, ia nggak pakai mobil? Lalu sehari-harinya ia naik motor?''sahut Melia yang segera dijawab Puspa dengan anggukan.
"Saat ia diantar abangnya, kutanya abangnya tampan lebih tampan dari adiknya lho. Mengapa nggak pernah ajak cewek sih?"
"Katanya sih lagi ngambek sama ibunya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebaran Mozaik
قصص عامةSuka duka para gadis (mahasiswa maupun yang sudah bekerja) di tempat yang sama, sebuah tempat kos. Tempat bak kawah candradimuka, arena penggemblengan diri, karena dari kawah itulah akan muncul perempuan-perempuan dengan kemandirian dan kepribadi...