Bab 29 Tebaran Mosaik oleh Nanik W. (Kinanthi)

7 2 0
                                    


bab 29

"Tidak. Itu kan support agar berjuang lebih keras. Yang tidak wajar jika ambisius. Demi menuhankan keinginan dan ambisi, kita menghalalkan segala cara."

"Mengapa kerajaan warisan dari mertuanya pun dikuasai Kurawa sih?"tanya Vina masih penasaran tentang misteri kisah dari Mahabarata tersebut.

"Kurawa menantang mereka, para Pandawa itu, untuk bermain dadu."

"Lalu Pandawa kalah? Kok bisa?"

"Tentu saja. Bukankah Kurawa sejak semula berniat menguasai harta Pandawa? Demi keinginan tersebut, bisa saja mereka menghalalkan segala cara, kan? Dari menghipnotis sampai memanfaatkan makhluk alam gaib untuk memberi guna-guna?"

"Akhirnya sudah dapat tertebak pula. Satu per satu harta Pandawa pun dipertaruhkan. Kerajaan juga bahkan permaisuri Yudhistira, Dewi Drupadi, juga dipertaruhkan."

"Karena itukah, akhirnya Dursasana berani mencoba menelanjangi? Karena Pandawa kalah taruhan?"

"Iya. Bahkan Drupadi dikatai pelacur karena melakukan poliandri. Kemudian ditolong Kresna sehingga tidak jadi dipermalukan."

"Drupadi dendam kepada Dursasana? Tidak marah pada suaminya?"

"Bukankah suaminya tengah dalam pengaruh orang yang ingin merebut harta dan tahtanya? Pandawa pun paham siapa Kurawa. Bisa jadi Yudistira dalam keadaan klepek-klepek terkena hipnotis maupun guna-guna kan? Jadi, amarah Drupadi tertuju kepada Kurawa."

"Ia bersumpah tidak akan keramas sebelum sanggup keramas dengan darah Dursasana. Sumpahnya terbukti berhasil atas dukungan Bima."

"Hm...andaikan suatu ketika, suamimu mengalami hal yang sama, dipengaruhi perempuan lain yang ingin merebut harta dan tahtamu, bagaimana, Ka?" tanya Vina menoleh ke arah Syka.

"Kalau terhipnotis atau terkena guna-guna, harus dilawan dengan hal sejenis dong,"jawab Syka,"Tapi nggak mudah mendeteksi lelaki tersebut kena hipnotis atau guna-gunakah, ketika terperangkap jebakan perempuan lain? Bukankah wanita pun seakan sudah tercipta memiliki magnet yang sanggup menghiptonis lelaki?"

"Tapi ada yang masih bisa sadar. Ada sebuah kisah, lelaki beristeri tergoda perempuan lain. Ketika si selingkuhan menuntut kepastian status, si pria dengan seenaknya mengatakan bahwa dulu ia berkomitmen dengan isterinya bahwa siapa yang mendahului berselingkuh harus berani keluar rumah. Karena ia yang mendahului berselingkuh, sudah seharusnya lelaki tersebutlah yang harus berani keluar rumah. Pertanyaan, apakah si selingkuhan sudah bisa menyediakan rumah untuk ditinggali?"

"Jika tidak? Cemas mbambung gitu ta? Hehehe. Si selingkuhan kok ya mau-maunya diajak selingkuh lelaki nggak beruang. Akhirnya, si lelaki tetaplah berpikir logis."

"Mereka pun mikir-mikir. Kan sudah bisa beli satenya, mengapa harus beli kambing? Ribet amat harus carikan rumput segala. Tiap hari pula berpanas-panas merumput. Hehehe."

"Lalu bagaimana reaksi wanita selingkuhannya?"

"Tentu marah. Ia mengungkit rayuan maut si lelaki yang selalu pamer harta dalam menarik perhatiannya. Bahkan mengatakan ingin memberinya apartemen pula. Maka, si wanita pun tergoda lalu menuruti kemauannya untuk berenangan di alam dosa. Ketika si lelaki mengatakan bahwa isterinya sudah menangkap gelagat perselingkuhan mereka, si lelaki pun ditantang keluar rumah karena semua harta bersama memang diatasnamakan isterinya sebagai pemilik...

"Mengapa?"

"Karena ia sadar kelemahannya sebagai lelaki, mungkin. Yang belum yakin bisa setia tatkala melihat peluang lain menggoda di depan mata. Maka, demi amannya, semua harta bersama diatasnamakan isterinya, toh isterinya juga membantunya mencari nafkah."

Tebaran MozaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang