Mereka pun tiba di tempat tinggal Merry sore hari menjelang suaminya pulang. Selepas magrib seperti yang telah dijanjikan, para tamu diajak makan malam di luar.
"Bagaimana kabar teman-teman kos kita? Sudah menyebar ke mana saja?"tanya Merry sambil menikmati jus jagung manis.
"Setelah wisuda, sudah jarang bertemu, meskipun komunikasi masih tetap terjalin,"jawab Syka.
"Ada yang menikah seperti Kamu, adapula yang masih mencari-cari pekerjaan, ada pula yang mencoba berwira usaha. Begitu-begitulah kabarnya. Tidak ada yang luar biasa. Semua telah berusaha semampunya. Kita tinggal menunggu hasilnya."
"Devita pernah mencoba membuka kafe sih."
"Teman sekamarmu yang baru?"tanya Merry.
"Iya,"jawab Syka,
"Sudah kuingatkan mengapa harus patungan? Bukankah orangtuanya sanggup memberinya modal? Tapi ia tidak dilakukan?"
"Bukan kafe yang patungan. Ia patungan membeli mobil untuk ojek online."
"Bermasalah?"
"Semula uang pemberian orangtuanya untuk modal akan digunakan sebagai pembayar asuransi dan garasi. Tapi teman patungannya baginya terlalu mengatur harus begini-begitu. Kebanyakan syarat baginya. Akhirnya uang untuk asuransi dan garasi malah digunakan patungan dengan pacarnya untuk membuka kafe."
"Lalu, ada masalah apa?"
"Mobil untuk gojek online ketika diparkir di pinggir jalan, tertimpa pohon."
"Remuk nggak?"
"Enggak sih, tapi kan nggak diasuransikan. Akhirnya teman patungannya sedih deh. Modal belum balik, mobil sudah mengalami bencana."
"Yakh...risiko berusaha. Berapa biaya perbaikan?"
"Sepuluh jutaan mungkin. Mana masih harus nyicil pula, karena dana patungan mereka hanya untuk uang muka."
"Bagaimana perkembangan kafenya?"
"Kafe awal-awal berjalan seakan kembang kempis. Tapi menginjak tahun ketiga, ide-ide Devita mulai bermunculan. Akhirnya kafe pun berkembang."
"Mungkin hatinya senang karena gabungnya sama pacarnya."
"Mungkin. Meskipun pacarnya juga ada kesibukan lain."
"Kini mereka malah menyewa lahan di dekat persawahan, kafe didesain ala tempo dulu. pengunjung selain makan juga bisa berfoto-foto seolah tengah berada di pedesaan tempo dulu lengkap dengan pawon. Nama kafenya pun Pawon."
"Pawon itu bukannya candi?"sahut Merry menggoda
"Pawon itu kompor zaman purba. Dibuat dari tumpukan bata merah, kadang disemen kadang ditumpuk begitu saja, disisakan lubang di tengah untuk tempat kayu bakar. Tapi bisa juga dimaknai sebagai dapur dengan segala fungsinya."
"Bakar-bakar? Duh...penyebab polusi nih,"lanjutnya,""Kabut asapnya juga berbahaya. dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir di hidung, mulut dan tenggorokan alergi, peradangan dan mungkin juga infeksi , mulai ISPA dan bila berat bisa sampai ke pneumonia."
"Karena itu, ia memilih tempat di tepi persawahan. Lagipula pawon tersebut hanya untuk hiasan, untuk pemberi kesan zaman tempo dulu saja, bukan untuk memanaskan makanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebaran Mozaik
Ficción GeneralSuka duka para gadis (mahasiswa maupun yang sudah bekerja) di tempat yang sama, sebuah tempat kos. Tempat bak kawah candradimuka, arena penggemblengan diri, karena dari kawah itulah akan muncul perempuan-perempuan dengan kemandirian dan kepribadi...