Bab 23, Tebaran Mosaik oleh Kinanthi (Nanik W.)

5 2 0
                                    

Bab 23

"Bukan cinta ditolak dukun bertindak, kan?" goda Syka sambil tersenyum namun sorot matanya memancarakan prasangka dan kecurigaan.

"Ngawur,"jawab Vina bersungut-sungut,"Yang pernah kubaca dan berterima dalam logika, umat terdahulu memang diizinkan minta bantuan makhluk alam gaib dalam berjuang meraih keberhasilan. Namun, umat Rasulullah saw dilarang. Keberhasilan harus diraih dengan perjuangan yang melibatkan akal. Peran makhluk alam gaib dalam membantu impian manusia akan keberhasilan, meskipun logis bagi fisika kuantum, tetaplah berbayar. Tapi kita beda dimensi, beda alam. Bayarannya tentu bukan uang. Sungguh mengerikan, bukan?"

"Orangtuamu menuruti syarat yang diajukan anak cantiknya ini untuk pasangan hidupnya? Bagaimana caranya, Cantik?" goda Merry memeluk bahu Vina.

Vina sambil mulai berlinangan air mata pun bercerita bahwa ayahnya menuruti kemauannya seperti yang disarankan oleh orang yang dipercayainya, yaitu datang ke orang pintar untuk dicarikan jodoh, sesuai dengan sederet syarat yang diajukannya.

"Hah? Orang pintar? Harus bayar dong,"seru Syka.

"Tentu. Aku kan sadar diri, orang tipikal yang kucari tersebut juga banyak yang mencari. So, aku pun minta orangtuaku mengeluarkan biaya tinggi, gitu loh."

"Berapa biaya yang diminta orang pintar tersebut?"

"ia minta seratus lima puluh juta."

"Ayahmu mau?"

"Harus mau daripada aku selalu mengeluh sendirian tanpa teman. Memang siapa yang sabar dengar keluhanku?"ujarnya masih berlinangan air mata.

"Apalagi ibumu ibu tiri. Bukan ibu tirimu yang mengatur, tapi Kamu. Secerewet apa pun, orang pasti kalah dengan omelan Kamu. Karena omelan Kamu nggak jelas. Debat kusir tiwas isin....

"Lagian ibu tiriku kan masih terkesan terpesona terhadap warisan ayahku. Maka, aku pun dengan leluasa mengeluh, ngomel, menuntut, sampai akhirnya ia mengalah memberiku uang seratus lima puluh juta daripada keluar rumah. Kan malu dilihat tetangga dan masih belum dapat pembagian warisan kok, mengapa hengkang? Rugi kan?"

"Duh, cerdik pula Kamu dalam mengajukan tuntutan, dalam menekan orang."

"Akhirnya dapat? Ia risih juga. Kan malu juga andaikan kamu depresi meskipun pura-pura, demi menekan dirinya"

"Akhirnya dapat. Si orang pintar mempertemukan aku dengan seseorang yang persis sama dengan kriteriaku. Mengapa cepat? Katanya, karena ibu tiriku segera membayar seratus lima puluh juta. Yang seratus untuk si dukun dan yang lima puluh juta untuk si pria."

"Kalian pacaran? Asyik donk. Gimana rasanya pacaran dengan pria selisih umur lima tahun lebih tua dan kumisan? Kalian sudah ciuman?"goda Syka dengan keusilannya yang luar biasa. Aku dan Merry saling pandang kemudian tertawa juga. Merry bahkan tertawa sambil menyemburkan air minum dari gelasnya karena tidak tahan menahan tawa.

"Sebentar lagi kita diundang nih,"godaku.

"Ceritanya belum selesai,"lanjutnya,

"Suatu ketika aku datang ke undangan pesta pernikahan seorang kerabat di sebuah hotel berbintang. Di luar dugaan, aku melihat kelebat pacarku itu tengah bersibuk di situ dengan pakaian seragam yang berbeda dari yang digunakan pada awal berkenalan. Ternyata ia tukang kebun hotel tersebut...

"Lho...gimana nih? Bukannya Kalian sudah pacaran?Nggak Kautanyakan identitasnya? Kartu namanya atau apalah? Sudah langsung kesengsem dengan ketampanannya ya?" goda Merry sambil meletakkan segelas air minum yang telah tandas isinya.

Tebaran MozaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang