Bab 6 Tebaran Mosaik oleh Kinanthi

9 2 0
                                    


Bab VI Tebaran Mosaik, oleh Kinanthi

        Rumah kos tersebut memang semula rumah tinggal sehingga ruang tamu, ruang tengah yang menyatu dengan ruang makan pun berdekatan. Ruang yang memiliki empat ruang tidur tersebut dihuni oleh tujuh orang. Dua ruang tidur di lantai atas. Sebuah kamar di ditempati Terry dan Metta. Kamar berikutnya ditempati mbak Sasa sendirian. Untuk kamar di lantai bawah, satu kamar kutempati dengan Puspa. Satu kamar berikutnya semula ditempati Syka dengan Mala tapi ia tidak lagi kos karena selalu homesick.

"Bagiku, lelaki yang suka dekat perempuan-perempuan itu ada bakat don yuan. Playboy. Males ah."

"Ceritakan pengalaman, La. Bukan opini tentang lelaki,"sergah Syka yang diam-diam mendengar juga ucapan Clara meskipun ia telah berpindah duduk di kursi makan.

"Ok. Aku pernah kenal dengan lelaki di media sosial. Foto dan prestasinya memang menarik tapi...

"Bohong?" potong Puspa. Clara tertawa.

"Tidak bohong. Sungguhan!"sahut Clara.

"Lalu, ia banyak penggemar? Lalu kausimpulkan dirinya playboy?" lanjut Puspa dari ruang tamu.

"Ia banyak penggemar, ia play boy, tapi yang bikin kesal adalah,"Clara mengambil napas,"Ia belum ingin berkomitmen dengan satu pun di antara kami. Karena itu ia selalu memilih berkenalan dengan...

"Dengan Kamu, yang suka unggah foto-foto menantang?"sergah Syka.

"Mungkin,"jawab Clara dengan ekspresi kesal mendengar nada sinis Syka.

"Tapi, demi ketidaksanggupan berkomitmen dan ingin sekadar berpacaran dengan kami, para korbannya, ia seakan mengadu domba,"lanjutnya yang membuat Syka kian penasaran.

"Adu domba bagaimana?"

"Ia selalu mengaku sudah punya pacar tapi sedang bermasalah, begitulah yang dikatakannya setiap mendekati korban-korbannya...

"Kamu korban ke berapa?" goda Metta yang telah selesai mencuci peralatan makan dan memasak kemudian meletakkan di rak di atas wastafel. Sebelum akhirnya ia memasukkan ke kitchen set setelah peralatan tersebut mengering, airnya telah tuntas masuk ke wastafel.

"Entahlah. Mungkin yang pertama,"sahut Clara menghela napas,"Ketika mendekati korban kedua, ia mengatakan aku pacarnya tapi ada masalah. Aku yang dikatain selingkuhlah, cemburuanlah. Dengan demikian ia bebas memacari korban kedua tanpa dituntut berkomitmen, hanya sekadar TTM, karena ia mengaku sebagai pacarku."

"Bagaimana sikapnya terhadap Kamu?"

"Kepadaku juga cuek tidak menganggap pacar. Ia asyik mencari korban lagi dan lagi dan semuanya hanya diajak TTM."

"Hm...mengapa si perempuan mau?"

"Ganteng kali ya? Gak memalukan untuk dipamerkan sebagai pacar ke kampung halaman, ke teman-teman kerja maupun kuliah?"sahut Puspa dengan ekspresi cemas.

"Mengapa ekspresimu cemas begitu? Teringat pacarmu yang sedang jauh ya?

Puspa terdiam tidak segera menjawab tidak menanggapi gurauan Clara. Ada terbersit kecemasan andaikan pacarnya yang berjauhan dengannya tergoda. Tetapi ia segera menepisnya.

"Mengapa juga ada cewek yang suka pamer foto bareng lelaki yang bukan pacarnya?"gumamnya.

"Lumayan untuk dipamerkan di media sosial bahwa ia telah punya pacar, bahwa ia pun bisa berperan sebagai playgirl, bukan hanya lelaki yang bisa bangga menjadi play boy,"jawab mengambang seolah tak yakin dengan simpulannya.

Tebaran MozaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang