CYBER 12

108 13 6
                                    

Trkkk tek....

Sebuah dadu di lempar yang tandanya permainan sudah dimulai. Empat orang wanita yang ada di sebuah apartemen sedang bermain ular tangga untuk mengisi kejenuhan. Tapi tidak hanya sampi di situ saja. Baru saja salah satu pemain hendak menjalankan permainan tiba-tiba saja.

DUAR!!

Jendela apartemen mereka pecah begitu saja di iringi terpentalnya seorang pemuda dengan luka di mana-mana.

"ARGHH!!! TOLONG ADA MONSTER!" Triak Reflek dari Empat gadis remaja tersebut.

"Winter, panggil polisi sekarang" Ucap Karina dengan cepat.

"Apa yang terjadi?" Giselle langsung pingsan di tempat. Mungkin karena terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Kok, ihh.... Jangan pingsan sekarang dong!" Ningning menggoyangkan tubuh Giselle berkali-kali.

"Uhuk!" Pemuda tersebut perlahan membuka matanya dan menatap mereka berempat.

"Tolong" Ucapnya lirih sambil berusaha berdiri. Tapi saat hendak berdiri tiba-tiba dirinya kembar jatuh terbaring tak sadarkan diri.

Winter perlahan menatap orang di depan apartemennya. Lebih tepatnya di gedung perusahaan yang ada di depan apartemen tempat mereka tinggal.

"A... Apa itu?" Winter sedikit meneteskan Air matanya karena takut melihat apa yang ada di depannya. Seorang pria paruh baya bermata biru dengan mulut sobek dan juga kedua tangannya yang tak lain adalah senapan.

"Argh!" Mingi mengerang kesakitan. Luka di perutnya begitu dalam, bahkan sampai dirinya hampir tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Mingi hanya bisa pasrah sekarang. Dirinya di timpa begitu banyak bongkahan dinding yang sudah hancur. Tak ada yang bisa dilakukannya, sekarang hanya kepalanya saja yang terlihat karena seluruh bagian tubuhnya sudah tertimbun.

"Song Mingi, itu namamu bukan? Kau penuh keberanian. Namun, sayangnya kau lemah" Ucap Pria paruh baya yang sedang berjalan kearahnya. Perlahan demi perlahan tubuh mengerikan pria tersebut berubah menjadi normal layaknya manusia biasa.

"Aku, Song Mingi. Tapi aku tidak lemah" Dengan kondisi seperti sekarang. Mingi, masih berusaha untuk berdiri walaupun mustahil.

"Buktikan" 

Mingi berusaha berdiri sekuat tenaga. Tapi tidak budaya, sekarang hanya ada dua pilihan dalam hidupnya. Menunggu bantuan datang atau menunggu ajal datang menjemput dirinya, hanya dua pilihanitu yang ada di dalam pikirannya sekarang.

BRUAK!!

Lantai tempat berdirinya pria paruh baya tersebut tiba-tiba hancur dan seseorang dari dalam lantai tersebut mendorong pria paruh baya itu menembus lapisan dinding yang sangat tebal.

"Kau Baik-baik saja?" Hongjoong jalan menghampiri Mingi yang tak berdaya.  Perlahan Hongjoong mulai melepaskan Mingi dari reruntuhan dengan cara mengangkat satu persatu reruntuhan.

"Trimakasih, Hyung" Ucap Mingi setelahnya dia pingsan tak sadarkan diri.

"Lepaskan aku, Bodoh!" Ucap pria paruh baya yang sekarang terbang tinggi di bawa oleh Yeosang yang sekarang dalam posisi memiliki sayap.

"Baiklah" Yeosang terseyum dan melepas pegangannya pada pria paruh baya itu. Jarak yang cukup tinggi pastinya akan membuat pria itu tidak akan hidup, tapi sepertinya tidak jika dia masih memiliki kekuatan itu.

"PERCUMA SAJA KAU MELEMPARKU! AKU AKAN TERUS HIDUP DAN SEPERTI ITU" Teriakkan itu jelas terdengar di telinga Yeosang. Walaupun seperti itu, Yeosang sama sekali tidak peduli.

"Sekarang aku benar-benar yakin, bahwa orang itu memiliki kristalku" Ucap Monster yang ada di dalam diri Yeosang.

"Ya, aku berfikir hal yang sama"

"Tapi hanya satu kristal" Perkataan itu membuat Yeosang mengangguk paham dengan apa yang di maksud monster yang ada di dalam dirinya.

"Setidaknya, kita sudah menemukan satu dari keenam kristal tersebut" Sahut Yeosang sarkas. Mata birunya perlahan berubah menjadi normal dan sayap di punggungnya juga menghilang.

"Apa yang terjadi?" Monster di dalam diri Yeosang menyadari sesuatu, Bahwa di ketinggian seperti ini oksigen sangatlah mustahil di dapatkan. Dan itulah pengaruh yang membuat Yeosang seperti sekarang alias tak sadarkan diri.

"Ayo lewat sini" Yunho dan San mengarahkan orang-orang yang terperangkap ke arah luar. Setidaknya mereka sudah menghabisi semua penjaga dan itu mempermudah aksi penyelamatan mereka.

"Hati-hati, tidak usah saling mendorong. Semua sudah aman" Ucap San. Mereka berdua terus menggiring dan memastikan tidak ada satupun orang yang tertinggal.

Dan dimana Wooyoung?, dia sekarang sedang berada di sebuah brangkas raksasa yang menjadi tempat dimana orang-orang di sekap. Untuk saja Hongjoong tau bahwa di balik lukis besar itu ada sebuah brangkas. Ntah firasat atau memang Hongjoong pintar.

"Pantas saja aku tidak bisa mencari mendengar suara teriakan para korban. Ya, aku belajar bahwa tidak baik membuat tabungan besar seperti ini. Ditambah aku juga tidak pernah menabung, Ha.. Ha... Ha" Wooyoung tiba-tiba tertawa sendiri layaknya orang aneh. Itulah Wooyoung yang kita ketahui.

"Hey, yang lain sudah menunggu. Ayo keluar dari sini" Wooyoung menolehkan pandangnya. Ternyata itu Hongjoong yang sedang membopong Mingi yang sulit untuk berjalan.

"Baiklah" Wooyoung berjalan menghampiri Hongjoong dan berjalan di belakangnya. Tidak disangka bahwa misi pertama mereka akan seasik ini menurut Wooyoung.

Seonghwa, Yunho dan San sudah menunggu mereka betiga di bawah. Sudah banyak kerumunan orang di sana serta polisi. Bahkan sampai ada ambulan yang sedang membawa Jongho ke dalam Mobil. Jongho tak sadarkan diri saat ini, Mungkin karena adegan dimana dirinya terpental tadi.

"Huh... Ini sangat hebat, luar biasa" Ucapan Wooyoung membuat Mingi menatapnya tak senang.

"Berlebihan" Mingi memutar kedua bola matanya. Masih di bantu oleh Hongjoong untuk masuk kedalam ambulan.

"Nyenye" Wooyoung mengejek Mingi. Mereka berdua sudah seperti musuh bebuyutan saja.

"Trimakasih ya, kalian sudah menelpon ambulan dan polisi" Seonghwa berkata sembari menatap tiga gadis di depanya yang sedang tersenyum malu. Ntah kenapa, mungkin karena ketampanan Seonghwa.

"Tidak apa-apa, jika butuh bantuan lagi telpon saja kami" Winter tak berhenti menggoyang-goyangkan tubuhnya. Sebenernya Seonghwa sedikit takut, tapi ya sudahlah.

"Oh iya, bagaimana temanmu itu?" Seonghwa menunjuk Giselle yang tak sadarkan diri di dalam ambulan.

"Ah tidak apa-apa, sebentar lagi juga sadar" Bukan Winter. Melainkan kali ini Karina yang menjawab.

"Ah.. Haha, baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa" Seonghwa perlahan meninggalkan mereka bertiga Karena sedikit takut. Yah wajar saja, siapa yang tidak terpesona melihat ketampanan Seonghwa.

"Dada.... Semoga kita bisa bertemu lagi" Mereka bertiga melambaikan tangan.

Byur.. Crkrkrk.

Yeosang keluar dari dalam air dengan Terbatuk-batuk. Syukur dia jatuh di air kolam warga setempat. Jika tidak ntah apa yang akan terjadi pada dirinya.

"Kau sudah basah, Ayo masuk dan kita pulang" Yeosang mengalihkan pandangannya melihat sumber suara. Ternyata itu Seonghwa.

"Kau terlambat" Yeosang berjalan dan langsung masuk kedalam mobil dan di susul Seonghwa di belakang.

"Kita tunggu tanggal mainnya, Haha" Woosung tersenyum mengerikan sembari menatap layar TV yang mengambarkan member Ateez. "Akulah musuh kalian yang sesungguhnya"

CYBERPUNK ATEEZ [ TBC ]

Lama banget upnya:) makasih yang udah support author dan makasih yang masih baca sampai sekarang.

Sampai bertemu di Next Part.

CYBERPUNK [ ATEEZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang