67

5K 280 48
                                    

3 minggu berlalu, chenle semakin rewel akhir akhir ini.

haechan sangat kewalahan, ditambah dengan mark yang sudah kembali bekerja.

bayi itu tidak berhenti nangis sedari tadi.

ia sangat bingung apa yang harus ia lakukan.

"kamu mau apasih sayang" ucap haechan.

jika boleh, haechan akan membuang bayi itu sekarang juga.

namun, ia tak sejahat itu.

mark yang biasanya menghadapi sikap rewelnya, kini ia harus menghadapi sikap rewel  sang bayi.

hari sudah semakin sore, untung saja bayi itu sudah berhenti menangis.

haechan mengajak chenle untuk duduk di halaman rumah menunggu kepulangan sang suami.

ketika sedang mengajak chenle bicara, ada dua ibu ibu komplek yang menghampirinya.

"hei mas!" panggil ibu itu.

"eh iya bu, kenapa" haechan menghampiri ibu ibu itu.

"oh ini anaknya ya" ucap ibu itu sembari mengambil alih anak haechan.

"eh bu.." haechan sangat tidak enak jika harus menegur ibu itu.

ia akhirnya memilih diam melihat anaknya di gendong oleh ibu ibu yang tidak akrab dengannya.

haechan melotot kaget ketika pipi dari anaknya di unyel unyel.

"eh bu, maaf sebelumnya. tapi pipi anak aku itu sensitif, tolong jangan pegang ya" ucap haechan.

"ck! gitu doang aja! pake sensitif sensitif, anak aku dulu aku unyel unyel biasa aja tuh"

"iya bu.. kan tipe kulit bayi beda beda"

"kamu aja yang alay, emang dasarnya kamu gabisa jaga anak"

haechan rasanya seperti dipukul.

ucapan ibu itu membuat dirinya semakin down

"bercanda aja loh mas! jangan dibawa hati, saya permisi" ucap ibu itu sembari berlalu meninggalkan haechan.

haechan membawa bayi itu masuk kedalam rumah.

sesampainya di rumah, haechan dengan segera membersihkan kedua pipi itu dengan tisu basah.

namun tetap saja, tak butuh waktu lebih dari satu jam, ruam serta bintik kemerahan muncul dikedua pipi bulat chenle.

anak itu menangis kejar sembari menggaruk pipinya yang semakin memerah.

haechan berusaha menenangkan bayi itu dengan segala cara.

ia sebenernya ingin segera mengoles ruam itu dengan salep, namun salepnya sudah habis tak bersisa sedikit pun.

haechan semakin frustasi ketika tangis bayi itu semakin kencang hingga memenuhi seluruh penjuru rumah.

"diem! aku capek adek! aku capek!" teriak haechan yang hendak menghampiri bayi nya.

tangis bayi itu semakin kencang ketika mendengar teriakan haechan.

haechan tidak ingin mendekati bayi nya terlebih dahulu.

ia lebih memilih menaruh bayi itu di dalam baby box daripada ia harus menggendongnya terus menerus.

ia takut karna kelelahan, ia akan melukai bayinya.

tak lama dari itu, mark sudah pulang.

ia melihat istrinya terduduk menangis di sofa itu serta mendengar tangisan bayi dari lantai dua.

markhyuck🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang