Setelah sarapan, seharian ini, Yessa disibukan memeriksa barang yang akan dibawa. Membuatnya lelah dan kemudian terlelap. Cukup lama, hingga Mak Bin harus membangunkannya ketika jarum jam pendek berada di antara angka tiga dan empat. Dan kini, setelah Mak Bin keluar kamar, dia belum beranjak. Jangankan meninggalkan kasurnya, barang duduk pun belum ia lakakuan.
Tubuhnya masih betah berbaring di bawah selimut yang ia gunakan. Matanya sejenak mengintip layar ponsel yang baru saja ia ketuk agar menyala. Cukup banyak notifikasi dari aplikasi berkirim pesan yang tertera, namun tak satupun ada niatan untuk ia buka. Ia hanya melepas napas dan menyimpan kembali ponselnya di nakas.
Yessa membalikan badan, dari yang tadinya miring, kini terlentang menghadap langit-langit kamar berwarna putih tulang. Ada perasaan aneh yang hinggap di dalam dadanya. Perpisahan yang direncanakan, ternyata tetap menyakitkan. Ia tiba-tiba merasa enggan meninggalkan kamarnya. Enggan meninggalkan tempat ini. Tak ingin pula berpisah dengan Asa dan Reva. Ah, banyak yang tiba-tiba membuat Yessa amat berat untuk pergi.
Tapi ini keputusannya. Ini cita-citanya. Ia tak ingin hancur hanya karena merasakan dingin di bawah atap rumah yang tak lagi hangat. Dia tak ingin menghancurkan hati dan jiwanya dengan berpura-pura kuat menghadapi hasil dari segala rupa keegoisan sang Papi. Jika meninggalkan semua yang ia punya di sini, di tempat ini, di kota ini bayaran paling mahal untuk obat hatinya, ia relakan. Jika hati dan jiwanya telah sembuh, ia akan pulang. Menebus kembali apa yang ia miliki di masa sekarang.
Tidak, Yessa tidak sepercaya diri itu untuk sembuh. Bahkan mungkin, hatinya tak akan pernah sembuh, kecuali ia sendiri yang menyembuhkan dengan lapang dada memberi maaf untuk orang-orang yang menyakitinya. Tapi, apa ia bisa meluaskan maafnya untuk mereka yang telah merenggut banyak bahagianya? Yessa bukan pendendam, tapi ia juga tak punya ladang maaf dan sabar yang luas. Dia hanya manusia, bukan Tuhan yang pemaaf.
"Dek?!" baru saja ingin kembali terpejam, panggilan sang Kakak dan pintu yang terbuka, membuat ia harus menarik paksa kesadarannya.
"Belum bangun juga? Udah setengah empat. Kamu belum makan siang," omel Dira sambil menyingkap selimut yang Yessa pakai.
"Udah sore juga. Kita ke stasiun jam enam lho ya, takut macet. Kamu harus cek sekali lagi barang yang mau di bawa," lanjut Dira.
Tak ada protes dari Yessa. Anak itu langsung bangun untuk menatap sang Kakak yang tengah bersungut-sungut. Lalu tersenyum tipis. Sudah sangat sering ia mendapati omelan Dira, karena memang dirinya cukup lelet untuk bersiap-siap ketika akan pergi.
"Iya, iya, bangun nih bangun," balas Yessa sembari menyingkap selimutnya dan duduk di pinggir ranjang, mendongak menatap malas Dira yang berkacak pinggang.
Ada lepasan napas yang Dira buang cukup berat di sana. Tangan yang tadi berkacak pinggang, kini salah satunya ia tumpukan di atas kepala Yessa. Ia ingin sekali memberi ceramah karena Yessa masih saja susah untuk dibangunkan. Ingin sekali menasehatinya agar kebiasaan ini tak dibawanya nanti. Tapi Dira urung, sebab, kalimat-kalimat itu sudah ia gelontorkan pagi tadi sembari memeriksa semua berkas dan barang yang akan dibawa oleh adiknya. Dira tak ingin Yessa muak dengan segala nasihat yang sudah beberapa kali ia ulang dua hari ini.
"Makan dulu aja. Abis itu mandi. Kamu ada janji 'kan sama Vito?"
Yessa melirik jam dinding kamarnya. Dia mengangguk, Vito akan ke rumahnya jam empat nanti. Ada yang ingin dibicarakan katanya.
"Mau ke mana emang? Jangan jauh-jauh, jangan lama-lama," Dira memperingati.
Yessa hanya terkekeh sambil menyingkirkan tangan sang Kakak dari atas kepalanya.
"Di rumah kok. Gue malas ke mana-mana. Paling ngobrol di tengah atau di—"
"Di tengah aja," sambar Dira.
![](https://img.wattpad.com/cover/354648123-288-k913148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cerita Singkat di Twitter
FanfictionSaking gapteknya, saya pusing pakai aplikasi nulis lain. Susah pakai Medium dan kalau di screenshot narasinya, sering kepanjangan. Jadi, nanti mungkin, setiap saya gabut dan buat AU di Twitter, narasinya saya taruh di sini. Enjoy ya kawan.