Setelah mengantar Asa dan Reva pulang, ia memilih untuk berdiam diri barang sepuluh menit di teras rumah. Duduk melamun, melayangkan pikiran ke sana ke mari agar isi kepalanya tak berat. Menarik napas dalam dan melepasnya perlahan agar dadanya tak sesak. Jelas tak ada yang pernah baik-baik saja ketika akan meninggalkan yang dipunya.
Pun Yessa. Rumah ini mungkin sudah tak lagi nyaman untuk dirinya tinggali. Hangat yang dulu setia mendekap Yessa bahkan ketika baru menatap gerbangnya saja, menguap menyisakan dingin yang mengungkung atas kepala. Ia tumbuh dan besar di rumah ini, tapi di sini juga jiwanya dikoyak hingga menimbulkan luka yang mampu membuatnya mati rasa. Dia terlalu bodoh menyadari semua kejanggalan yang terjadi sejak dulu. Semua cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh papinya, ternyata benar-benar semu. Ocehan yang ia kirimkan ke Dira, benar-benar ia pikirkan sejak saat itu. Benar-benar ia cari tahu maksud dari semua yang telah lalu.
Ia sadar sebenarnya, ada peran sang Kakak yang selalu mengatakan bahwa papinya adalah hero yang akan melindunginya dari apapun. Papinya adalah pria penuh kelembutan dan kehangatan yang akan sayang pada dirinya sampai kapanpun. Dekapan sang Papi adalah dekapan terbaik untuk menguapkan resah gelisah tanpa tersisa sedikitpun. Dan papinya adalah segala-galanya.
Tidak, dia tidak akan menyalahkan atau marah kepada Dira yang sudah membentuk persona sang Papi begitu mengesankan di matanya. Yessa tidak akan memusuhi Dira. Kakaknya itu hanya berusaha membahagiakan dirinya. Kak Diranya hanya ingin ia merasakan kasih sayang seorang Ayah yang utuh, meski papinya melakukan itu semua mungkin bukan atas inisiatif sendiri, melainkan dorongan dan permintaan dari Dira. Dia tak berhak marah, justru terima kasih atas semua yang telah Dira lakukan. Kendati akhirnya ia tahu kebenarannya, setidaknya ia mengetahui hal itu setelah beranjak dewasa. Setelah pikiran dan hatinya mampu mengolah rasa sakit dengan bijaksana.
"Neng?"
Dia langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka saat panggilan Mak Bin menarik paksa kesadarannya.
Yessa menegak, menatap Mak Bin yang mendekat ke arahnya, "Mau makan malam sekarang atau nanti?" tanya wanita tua itu sambil mengusap kepalanya lembut.
"Papi sudah pulang, Mak?" Dia bertanya hanya untuk mengulur waktu yang ada. Dia tahu, papinya sudah ada di rumah sejak setengah jam yang lalu. Pak Rudi yang memberi tahu, sebelum supirnya itu beranjak untuk menjemput Dira. Hari ini, Pak Rudi lembur.
"Ada. Mau makan sama Bapak?"
Yessa terdiam sejenak. Sejak saat itu, memang dia selalu menghindari makan bersama, kendati Dira ada di meja makan. Dia memilih untuk menunggu meja itu kosong. Enggan berinteraksi yang hanya akan memunculkan sakit dan benci pada semua yang ada di sana.
"Boleh. Chika sekalian mau ada yang diomongin sama Papi nanti," jawabnya.
Dia beranjak, tapi sentuhan lembut Mak Bin pada lengan atasnya membuat dia menahan lagi tungkainya untuk terayun.
Mak Bin menatapnya sendu, "Pelan-pelan ya ngomong sama Bapak nanti. Kalau sekiranya ada perkataan Bapak yang bikin emosi Neng naik, udahin aja. Mak enggak mau lihat Neng nangis kaya waktu itu," ucap Mak Bin lembut.
Ucapan yang mampu membuat Yessa tersenyum. Hangat rasanya. Dia pun membalas usapan sang pengasuh dengan menggenggam dan mencium punggung tangan Mak Bin dalam. Dia amat sangat menghormati Mak Bin. Berkatnya ia bisa merasakan adanya kehadiran sosok Ibu. Wanita ini, sama seperti kakaknya, selalu mengusahakan kebahagiaan di hidupnya yang ternyata tak pernah diharapkan oleh sang Ayah.
Setidaknya, Yessa bisa tenang, jika pun nanti semua orang di dunia ini menjadi musuhnya atau tak menginginkan hadirnya, masih ada Dira dan Mak Bin yang mendekapnya. Memberikan cinta dan kasih yang ia butuhkan untuk sekadar menjadi alasan agar tidak membunuh diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cerita Singkat di Twitter
FanfictieSaking gapteknya, saya pusing pakai aplikasi nulis lain. Susah pakai Medium dan kalau di screenshot narasinya, sering kepanjangan. Jadi, nanti mungkin, setiap saya gabut dan buat AU di Twitter, narasinya saya taruh di sini. Enjoy ya kawan.