Dira & Yessa: 10 (2) Pertimbangan

583 86 3
                                    

"Gila ya lo? Nyengir sendiri kaya kuda?!" seru Asa yang baru keluar dari minimarket setelah melihat Yessa tersenyum menatap ponselnya.

Yessa belum menjawab, dia meminum  terlebih dahulu air mineral yang dibelikan oleh Asa barusan. Badannya ia putar, mengikuti arah duduk Asa yang ada di seberang meja kecil tempatnya duduk.

"Itu kopi?" tanya Yessa yang sama sekali tak menanggapi pertanyaan Asa tadi. Dia rasa itu hanya teguran, bukan pertanyaan serius Asa yang ingin tahu penyebab dirinya tersenyum sendiri tadi.

"Iya. Mau? Americano," tawar Asa.

Yessa menggeleng, menolak kopi yang Asa sodorkan.

"Abis ini, balik aja, Sa. Capek," kata Yessa.

Asa menaikkan alisnya sebelah, heran mendengar pinta Yessa barusan. Seingatnya, kawannya ini enggan pulang cepat. Ada beberapa rencana main yang tadi disusunnya, agar bisa memiliki alasan pulang di atas jam enam. Pinta yang tiba-tiba ini, jelas membuat dirinya heran kepada Yessa.

"Abis chat siapa, sampai-sampai lo berubah pikiran secepat itu?" tanya Asa heran.

Ada senyum yang Yessa ukir di wajahnya. Dia menunduk, menatap layar ponselnya yang tidak menyala.

"Bang Vito,"

Asa hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar nama yang Yessa sebutkan. Meski tak lagi asing dengan nama itu, tapi ini cukup membuatnya terkejut.

"Wah parah kagak pernah cerita," Asa protes.

Yessa terkekeh sejenak, lantas mendorong kepala Asa pelan, "Nggak usah mikir aneh-aneh lo! Gue emang sering cerita-cerita sama dia. Kagak ada apa-apa gue sama dia,"

Asa berdecih, meremehkan pengakuan Yessa. Gestur-gestur mengejek dia berikan pada Yessa yang kini sudah tertawa.

"Jelek banget muka, lo!"

"Jelek banget bohong, lo!" balas Asa mengikuti ucapan Yessa.

"Emang nggak ada apa-apa. Nggak mungkin gue nggak cerita ke lo sama Kodok,"

"Halah, cerita yang kemarin aja, baru lo ceritain ke gue sama Kodok,"

Lagi-lagi Yessa mendorong kepala Asa pelan, "Beda lah, itu berita besar. Lo aja sampe nangis, haha," ejek Yessa diikuti tawa yang terdengar puas.

"Emang temen sialan! Lo juga nangis ya, sampe ingusan, cegukan, ngik-ngik gitu wuuuu," Asa tak mau kalah.

"Yeee si anjir! Jangan-jangan kemarin itu, di dalam hati, lo ngejekin gue yang lagi nangis? Wah parah sih, putus ajalah pertemanan kita ini. Sakit hati ini, aku ternyata tidak dihargai," Yessa sedikit mendramatisasi ucapannya barusan.

Asa yang melihat itu, langsung mengambil botol minum Yessa dan melayangkannya pada kepala Yessa.
Alih-alih marah karena kepalanya sakit terkena botol minum yang isinya masih lumayan banyak, Yessa justru tertawa.

"Wah parah mukulin anak yatim, dosa lo double, Asa. Bully gue, mukulin gue. Buset-buset, neraka paling kerak tempat lo nanti,"

"Iye! Ditemenin lo sama Kodok,"

"Idih?! Ke kamar mandi lo, minta temenin segala?"

Tawa Asa tiba-tiba pecah mendengar celetukan itu. Pun Yessa.

"Hahaha bangke banget jokes lo. Dah lah, emang kita kayanya harus putus hubungan teman deh, lo udah nggak jujur sama gue sama Kodok," ucap Asa mengikuti gaya Yessa tadi.

Giliran dia yang mendramatisasi ucapannya, mengikuti ucapan Yessa tadi.

"Gue harus jujur gimana lagi Ashafa Nata?"

Narasi Cerita Singkat di TwitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang