33. Terhanyut Permainan

161 15 0
                                    

"IT'S funny when i realize that everyone arround us have a connection, ungkapan dunia ini sangat sempit ternyata memang benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"IT'S funny when i realize that everyone arround us have a connection, ungkapan dunia ini sangat sempit ternyata memang benar. Walaupun gue sadar kalau sebenarnya mungkin gue cuma figuran di antara kalian."

"No, you're not."

Janu melepas kacamata, meletakannya tepat di samping cangkir kopi yang perlahan dingin. Kepulan asapnya sudah menghilang, bersamaan dengan keramaian pengunjung di kafenya yang kini berubah sunyi seiring larutnya malam. 

Terlihat beberapa staffnya mulai bebenah setelah meminta izin Janu. Dan membiarkan satu table di sudut ruang tetap apa adanya karena tahu si pemilik kafe sedang menjamu tamu di saat jam operasionalnya sudah tutup.

"Gue emang nggak begitu kenal Hera. Tapi, i think semua orang di kerjaan gue tau seberapa besar keterlibatan Hera di kehidupan Sabian," ucap Kimmy yang sebagian hidupnya telah bercokol di bisnis otomotif.

Janu bersedekap, kemudian menatap lekat perempuan blasteran di hadapannya. "Itu yang jadi alasan lo mundur teratur sebelum melangkah maju, Kim?"

Kimmy menggeleng pelan. "Waktu gue bakalan terlalu banyak terbuang, Nu. Lagian, perasaan gue ke Sabian tuh nggak sedalam yang lo sangka kok. I just admire him, that's it. Gue bisa dengan gampang melupakan perasaan itu setelah kerjaan gue akhir-akhir ini seolah membunuh gue pelan-pelan."

"Why? Something happened?" kening Janu berkerut.

"Entahlah." Kimmy menopang dagunya. "Mungkin gue yang payah ini belum terbiasa handle cabang segede itu. I just tried everything by my self. Kalau sampai bokap tahu gue ngeluh, malu banget lah gue?" Kimmy bergidik ngeri.

"Mungkin gue nggak tahu banyak soal kerjaan lo, tapi gue tahu seberapa besar usaha lo sampai di titik ini.  So, gue yakin lo pasti bisa lewatin halangan apapun itu nanti dengan mudah."

"Thank you loh!" Kimmy tersenyum lebar, beringsut meneguk lemon tea yang sudah melelehkan seluruh es batu di dalamnya. "Tapi gue seneng loh liat lo yang sekarang."

"Hm..? Ada apa dengan gue yang sekarang?" badan Janu berputar, menghadap Kimmy lurus di sisi kanannya. Perempuan berkulit putih bersih itu masih menopang dagu.

"Gue selalu berdoa yang baik-baik buat temen gue yang satu ini." Lirik mata Kimmy mengarah intens ke Janu, "penyembuh sakit hati terbaik emang dengan menyibukkan diri dengan hal baru. Kayak gue contohnya, branch baru ini bikin gue beneran nggak bisa pulang ke rumah tepat waktu kayak dulu. Alhasil sebersitpun soal Sabian sampai nggak kepikiran lagi di kepala gue."

Kening Janu berkerut. "Ya terus?" 

"Ada Hera, Nu. Akhirnya cerita ngenes lo yang dulu-dulu beneran kelar dong?" Jari telunjuk Kimmy berayun, "jangan bilang selama ini lo nggak nyadar nih?"

"Ada atau nggak ada Hera, gue emang harus relain Dahlia." Janu lalu paham, ia tertunduk sekilas memperhatikan ujung sepatunya, kemudian kembali merapatkan badannya ke tepian meja. "Aneh banget dulu gue sempet nahan dia, padahal jelas-jelas dia udah nyerah duluan dan nggak mau lagi sama gue. Pada akhirnya sekeras apapun usaha gue buat ngeyakinin Lili, sekarang ada Sabian kan? Dia udah cukup tahu tetang apa yang harus dilakukan setelah cuma kekecewaan yang bisa gue kasih selama ini."

Leave Out All The RestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang