22. Patner Baru

269 19 1
                                    

"TERIMAKASIH Pak Janu, jujur kami jadi sangat terbantu dengan penawarannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TERIMAKASIH Pak Janu, jujur kami jadi sangat terbantu dengan penawarannya. Semoga berita baik ini menjadi awal dari kerjasama yang nantinya akan berumur panjang."

"Saya cuma pemeran pembantu, Bu. Tim Ibu dan tim saya yang sesungguhnya sudah berkerja keras."

"Oh ya Pak. Kalau suatu saat perusahaan Pak Janu membutuhkan jasa kami, boleh hubungi tim saya kapan saja ya. Saya pasti kasih angka coorporate rate."

"Begitu ya? Boleh, kirim saja portofolionya ke staff saya. Kalau begitu, saya pamit."

Sebagai penutup, Janu lantas menyalami seorang wanita berusia tiga puluh tahunan itu dengan ramah. Ia dan dua orang staff yang kerap membantu lancarnya nota kesepahaman pun lekas meninggalkan ruangan rapat berdiding kaca tebal yang letaknya di daerah Benhil Jakarta Pusat. Setelah kurang lebih satu bulan saling tarik ulur, akhirnya perusahaan periklanan itu memutuskan mantap memakai jasa Janu dan tim nya untuk mempermudah banyaknya agenda dalam waktu setahun ke depan.

Kantor cabang yang lebih mirip gudang dan masih tergolong baru itu kebetulan belum memiliki gedung yang mumpuni untuk melakukan pertemuan besar. Hanya ruko hook tua dua lantai berukuran sedang. Karyawannya pun mungkin tidak lebih dari lima belas orang. Tumpukan berkas tak beraturan bisa Janu jumpai di seantero lantai. Terlihat sangat berjejalan, dindingnya pun hampir tertutup oleh berbagai macam cetakan poster brand yang sepertinya menjadi client setianya. Dengan meja-meja bersekat kubikal yang penuh sesak, Janu paham kalau akhirnya perusaan ini menyewa salah satu gedung serba guna miliknya di daerah Tanah Abang untuk keperluan meeting bulanan.

"Besok saya izin langsung balik ke sini lagi ya Pak. Buat make sure berapa hal yang perlu diselesaikan demi kelancaraan acara minggu depan." Salah satu staff  berkata sambil mengekori Janu yang berjalan terburu-buru.

Pengusaha muda itu mengangguk percaya, "oke, atur aja. Kalian ke sini bawa mobil kan?" tanya Janu kemudian.

"Bawa kok Pak, ini kita mau langsung balik ke kantor atau makan siang dulu?"

Headlamp Mazda CX5 biru yang sedang Janu punggungi berkedip. Secara tidak terduga ia memasuki mobil, membuka kaca jendela dan berkata, "nanti kalau mau pada balik ke kantor, jangan lupa makan siang dulu. Ini udah jam satu lewat."

"Loh, Pak Janu sendiri gimana?" staff muda berambut cepak itu bertanya dengan sirat khawatir. Satu yang lainnya tak kalah terkejut karena setelah sekian lama, baru kali ini mereka melihat atasannya yang terkenal tenang itu nampak bergelagat gelisah.

"Gampang. Thank you buat bantuannya hari ini ya." Janu lalu pergi setelah memasrahkan kartu kredit pribadi pada staffnya sebagai ungkapan terimakasih.

Menerobos jalanan Ibu Kota yang tidak pernah lengang, setelah satu jam berlalu akhirnya Janu memarkirkan mobilnya di basement gedung yang dulu kerap ia kunjungi. Tidak banyak yang berubah selain lapisan cat pada pilar-pilarnya yang semakin cerah karena pemeliharaan rutin. Mobil-mobil mewah pun berjejer rapi berkat petugas vallet yang cekatan. 

Leave Out All The RestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang