Lima tahun berlalu seharusnya tidaklah sulit bagi seorang Sabian untuk mencari pengganti sang istri yang telah pergi mengkhianatinya begitu saja. Di usia yang hampir mendekati kepala empat, wajah tampannya masih bisa sesekali membius kaum hawa yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"INI semua lo yang siapin?"
Hera terbelalak ketika muncul dari balik pintu kamar. Janu terlihat sibuk bolak-balik mengeluarkan makanan dari microwave dan menatanya dengan apik di atas meja makan berkursi empat. Tidak seperti yang sudah diucapkan sebelumnya. Selepas Janu menjemput Hera dari bandara, rencana makan malamnya malah beralih agenda. Pria yang selalu irit berbicara itu malah memanuverkan mobil birunya langsung menuju apartement Hera seperti sekarang.
Tidak ada hal khusus. Janu hanya ingin Hera beristirahat dan tak harus bergumul di padatnya jalanan Ibu Kota yang selalu mengerikan ketika jam kerja usai. Pria jangkung itu pun berinisiatif mengisi penuh food bag berlogo cateringnya dan memboyongnya ke dapur kecil yang kini telah ia kuasai.
"Gue cuma bikin sup ayam sama jus. Selebihnya, anak-anak yang bikinin," sebut Janu tak lupa menyelipkan jasa staff nya yang selalu sigap membantu di akhir pekan yang padat ini.
Hera menyilangkan kaki setelah menarik salah satu kursi. Membaui semua masakan yang aromanya sontak membuat rasa laparnya bergejolak. "Ini pedes nggak?" tunjuknya pada wadah berisikan kentang balado.
"Nggak, terus semuanya juga sehat. Sengaja gue nggak kasih MSG. Lo mau makan yang mana dulu?" Janu melengos tanpa berbalik badan, satu tangannya membuka kabinet dapur. Mencari piring kemudian mengelapnya dengan tisu.
"Yang lo masak sendiri deh."
"Oke, hati-hati ya."
"Loh, emang?" alis Hera mengernyit. Rambut basah yang terjuntai itu sengaja digulung setengah kering sebelum makan.
"Nggak ada di menu. Ini resepnya khusus gue bikin buat orang yang baru aja melalui perjalanan panjang dan melelahkan."
"Lebay lo!"
Senyum puas terukir di wajah tampan itu. Janu menggulung lengan kaus panjangnya yang melekat pas di badan. Hari ini Hera melihat hal yang tak biasa. Kalau memang Janu meluncur dari kantor, entah kenapa pakaian yang ia kenakan malam ini agak berbeda. Lebih santai, tanpa kemeja maupun celana bahan.
"Habis ketemu client di luar, Nu?" tanya Hera kemudian.
"Kenapa?" Janu berbalik tanya berbarengan dengan suapan pertama sup ayam di mulutnya.
"Dandanan lo kayak mau ketemu cewek di dating apps."
Reflek. Janu terbatuk, "masa sih?" diteguklah segelas air itu karena tiba-tiba tenggorokannya sesak.
Hera hanya mengangguk santai, fokusnya penuh terarah pada semangkuk sup nikmat dengan sensasi hangat dari jahe yang memanjakan napsu makannya. "Abis ketemu Dahlia lo ya?"
"Pantes Sabian suka naik darah kalau ngadepin lo. Bisa banget asal nuduhnya." Ujar Janu menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "nanti lo protes kalau baju gue bau dapur. Cuma karena gue pake celana jeans dari kantor aja bisa bikin lo kepikiran jauh banget, Ra?"