11. Sendiri Di Pesakitan

201 12 1
                                    

MENJELANG  tengah malam seharusnya tubuh yang lelah itu sudah berada di pembaringan ujung hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MENJELANG tengah malam seharusnya tubuh yang lelah itu sudah berada di pembaringan ujung hari. Dekapan selimut tebal, kasur nan empuk serta sejuknya ruangan ternyata tidak membuat Hera kemudian merasa kantuk. Hera sengaja membiarkan kamarnya bagai sebuah tempat persembunyian yang sukar di jangkau, sedikitpun cahaya sama sekali tak terlihat bahkan dari layar ponselnya. Sedangkan suara-suara yang jadi kawan, hanya samar terdengar lalu lalang kendaraan khas kota metopolitan melalui celah jendela pintu balkon apartementnya.

Barangkali Hera sudah merasa cukup hari ini. Setelah sekian hari dirinya bertarung dengan kabar soal Sabian, wanita yang cintanya tak pernah terbalaskan itu memilih merenung. Mematung, duduk tertunduk seraya menatap kosong pemandangan langit malam yang membentang.

Hera sakit. Kali ini benar, bukan hanya jiwanya saja yang berantakan. Tetapi tubuhnya pun bereaksi sama kala dirinya sungguh tak memiliki keinginan untuk berhenti dari segala pesakitan ini.

Sudah dua minggu semenjak pertemuan terakhinya dengan Sabian. Hera jelas merasa rindu yang teramat dalam. Meskipun secara sadar ia tahu kalau Sabian sama sekali tak peduli padanya, tapi dengan segala kegilaannya Hera secara suka rela melakukannya tanpa mengharap balasan. Baginya mencintai Sabian adalah salah satu cara untuk memperpanjang hidupnya tanpa obat-obatan.

DAFFA

Lo di mana sih Nek? Di hotel selalu nggak ada,

Gue samperin ke apart pun security bilang lo keluar kota.

Yang bener mana Heraaaaaaaaa...????

WOI HERA!!!

Chat gue jangan dibaca doang yee, sialan!!!

Udahan kenapa sih? Besok gue traktir nasi padang mau nggak?

Hera anjir, kerjaan gue di bengkel udah bikin gue stress. Lo jangan nambahin deh!

BUSET... beneran putus hubungan kah lo berdua?

OK! Akhirnya gue bisa hidup tenang.

Becanda, hehehe

CEGIL, Lo maunya gimana? Gue minta maaf deh kalau ada salah.

Ra, share lock! GUE JEMPUT YUKK !!!!

Tidak terhitung berapa bubble chat yang Daffa tinggalkan. Belum lagi panggilan telepon yang juga diabaikan. Hera dengan santainya membuka kemasan makanan cepat saji yang ia beli sepulang kerja. Suap demi suap perlahan masuk ke mulutnya, nasi sapi lada hitam itu jadi pengisi daya tubuhnya sebelum kemudian sekotak penuh obat-obatan yang dokter resepkan. Mau tidak mau, suka tak suka Hera mesti turuti demi setidaknya agar dirinya tak mudah ambruk seperti hari-hari kemarin.

Walaupun lidahnya hambar, dengan sisa-sisa tenaganya Hera akhirnya bisa menghabiskan separuh porsi. Dengan lesu, ia membuka blazer ungu tua yang membalut tubuhnya. Di letakannya kemudian persis di sisinya. Hera kembali menyandarkan punggungnya di ranjang. Membiarkan kulitnya bersentuhan langsung dengan lantai dingin kamar. Setelahnya ia meraba kaki jenjangnya, memijatnya ringan dan melepaskan stocking yang mulai membuatnya gerah.

Leave Out All The RestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang