Episode 1 : Ini Aku...

11 0 0
                                    

Hari pertama di Indonesia dimulai dengan hiruk pikuk yang belum pernah dialami Venesya sebelumnya. Gadis berusia 11 tahun ini baru saja tiba dari Venesia, Italia, mengikuti ayahnya yang mendapat tugas baru di sebuah kota kecil di Indonesia. Pemandangan yang kontras dan bahasa yang asing membuatnya merasa seperti berada di dunia lain.

Sebelumnya
Pukul 05.30 Pagi
Di Rumah

Saat sarapan di rumah baru mereka, Venesya memperhatikan ayahnya yang tampak bersemangat dengan pekerjaan barunya. "Kamu akan baik-baik saja, Venesya. Ini adalah petualangan baru," katanya dengan senyuman hangat. Namun, di dalam hatinya, Venesya masih merasa canggung dan ragu.

Pukul 06.30 Pagi
Di Pagar Sekolah

Hari pertama di sekolah baru adalah tantangan terbesar. Venesya berjalan memasuki gerbang sekolah dengan hati berdebar. Meskipun ia mendapat sebuah tragedi yang ia sendiri tidak sangka-sangka. Venesya yang awalnya berpakaian rapi, tetapi ia dirudung oleh seseorang yang bernama Daniel. Namun, nasibnya diselamatkan oleh teman barunya yang bernama Syifa. Akan tetapi, ia mesti ke ruangan UKS untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara Daniel, ia sempat dibuat pingsan oleh Radit yang saat itu sudah lulus dari sekolah tersebut.

Venesya pun sudah sampai di UKS bersama dengan Syifa, dan dokter cilik yang ada di ruangan tersebut sudah mempersiapkan P3K untuk membantu Venesya dalam menyembuhkan lukanya.

"Apakah kamu berkelahi?" tanya siswi yang menggunakan baju dokter cilik,
"Hanya mengalami musibah saja" ucap Venesya,
"Kamu pasti siswi baru di sini ya?"
"Iya"
"Perkenalkan, namaku Dista. Kalau kamu?"
"Namaku Venesya, senang berkenalan denganmu"
"Senang berkenalan denganmu juga"
"Kamu sangat berbeda dengan anak-anak lain" ucap Dista
"Memangnya kenapa?" tanya Venesya yang kebingungan,
"Banyak gosip yang menimpamu loh, apalagi kamu anak pindahan dari negeri dan benua yang berbeda" jawab Dista dengan sedikit senyum,
"Biasa saja, aku memang lahir di Italia, tetapi Ayah dan Ibuku berasal dari Indonesia"
"Selamat datang di dunia ini, Venesya"
"Mengapa anda bisa mengatakan demikian?"
"Kamu akan merasakannya sendiri"

Dista dan Venesya mengalami banyak percakapan yang intens, bahkan mereka terkadang membahas hal-hal yang tidak biasa dibicarakan oleh anak seumuran mereka. Setelah memastikan Venesya sudah membaik, Dista juga memberikan obat nyeri yang di gunakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuhnya setelah dihajar oleh Daniel.

Di kelas, Venesya diperkenalkan oleh Guru Kelasnya dan kemudian ia duduk di bangku yang telah ditentukan, dan dirinya juga memperhatikan sekelilingnya. Para siswa lain memperhatikannya dengan rasa ingin tahu. Tidak lama kemudian, Syifa dengan senyum cerah duduk di sebelahnya. "Hai" sapanya ramah. "Apa kamu sudah sembuh, Venesya?"

Venesya mengangguk malu-malu. "Iya, aku sudah lebih mendingan"

Selama istirahat, Syifa mengajak Venesya berkeliling sekolah. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari makanan favorit hingga hobi. Venesya bercerita tentang kecintaannya pada filsafat, mata pelajaran yang selalu membuatnya berpikir lebih dalam tentang dunia. Syifa mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Filsafat itu apa?" tanya Syifa dengan rasa ingin tahu. "Aku belum pernah belajar tentang itu."

Venesya tersenyum. "Filsafat itu seperti bertanya dan mencari tahu tentang hal-hal besar dalam hidup, seperti mengapa kita ada di sini atau apa yang membuat sesuatu itu benar atau salah."

Mendengar penjelasan Venesya, mata Syifa berbinar. "Wah, kedengarannya menarik. Aku ingin tahu lebih banyak."

Di akhir hari, Venesya merasa sedikit lebih baik. Meskipun masih merasa asing, ia mulai melihat potensi pertemanan dan petualangan baru di negeri ini. Saat berjalan pulang, ia merasa lebih optimis. Saat malam tiba, Venesya merenungkan pengalamannya hari ini. Ia menuliskan dalam buku hariannya, "Hari pertama di negeri baru ini penuh tantangan, tapi juga penuh harapan. Syifa adalah teman pertama yang membuatku merasa diterima. Mungkin, petualangan ini tidak akan seburuk yang aku bayangkan."

The Little Philosopher : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang