Suatu sore setelah pulang sekolah, Venesya dan Syifa memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan Pojok Berpikir. Mereka merasa bahwa diskusi yang terjadi baru-baru ini di kelas dan kejadian-kejadian yang mereka alami memicu banyak pertanyaan di benak mereka. Salah satu pertanyaan yang terus mengusik pikiran mereka adalah tentang perbedaan antara pengetahuan subjektif dan objektif.
Setelah tiba di perpustakaan, mereka memilih duduk di dekat jendela besar yang menghadap ke taman. Sinar matahari sore yang hangat menyinari meja mereka, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman. Venesya membuka percakapan dengan nada penuh perenungan.
"Syifa, akhir-akhir ini aku merasa bingung. Semua yang kita alami, dari kejadian bullying sampai diskusi tentang baik dan buruk, membuatku bertanya-tanya. Apakah pengetahuan yang kita miliki itu benar-benar objektif? Atau semuanya hanya pandangan subjektif yang berbeda-beda bagi setiap orang?"
Syifa mengangguk setuju. "Aku juga merasakan hal yang sama, Venesya. Seperti saat kita membaca buku-buku filsafat atau berdiskusi tentang moralitas, semuanya tampak begitu rumit. Aku tidak yakin apakah yang kita anggap benar itu benar-benar universal atau hanya benar menurut sudut pandang kita saja."
Saat mereka tenggelam dalam percakapan itu, Pak Ahmad Averroes, pustakawan sekaligus mentor mereka di Pojok Berpikir, mendekat dan duduk bersama mereka. Melihat dua siswa ini terlihat begitu serius, Pak Ahmad merasa tertarik untuk ikut dalam diskusi.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Pak Ahmad sambil tersenyum.
Venesya menjawab, "Pak, kami sedang membahas tentang subjektivitas dan objektivitas. Kami ingin tahu, apakah pengetahuan yang kita pelajari benar-benar objektif? Atau semua itu hanya interpretasi subjektif kita saja?"
Pak Ahmad mengangguk paham dan mulai menjelaskan dengan bijak, "Pertanyaan yang kalian ajukan adalah inti dari banyak diskusi filsafat. Objektivitas adalah gagasan bahwa sesuatu itu benar terlepas dari siapa yang memandangnya. Sebaliknya, subjektivitas adalah ketika kebenaran itu tergantung pada perspektif individu. Keduanya penting, tetapi keduanya juga memiliki batasannya masing-masing."
"Jadi, Pak," Syifa menyela, "Bagaimana kita bisa tahu mana yang objektif dan mana yang subjektif?"
"Ini tidak selalu mudah," jawab Pak Ahmad sambil tersenyum. "Pengetahuan ilmiah, misalnya, sering dianggap objektif karena didasarkan pada pengamatan dan bukti yang dapat diverifikasi. Namun, ketika kita berbicara tentang nilai-nilai, keyakinan, atau interpretasi atas suatu kejadian, maka kita masuk ke ranah subjektivitas. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita harus menyeimbangkan antara keduanya."
Venesya merenung sejenak, "Jadi, bisa saja sesuatu yang kita anggap benar hanya benar bagi kita, tetapi belum tentu benar bagi orang lain?"
"Betul sekali," Pak Ahmad mengangguk. "Itulah mengapa penting untuk selalu terbuka terhadap perspektif lain dan terus mencari pemahaman yang lebih mendalam. Bahkan dalam ilmu pengetahuan, apa yang dianggap sebagai kebenaran objektif hari ini bisa saja berubah seiring dengan ditemukannya bukti-bukti baru."
Syifa menambahkan, "Lalu, bagaimana kita harus bersikap dalam menghadapi perbedaan perspektif ini, Pak?"
Pak Ahmad tersenyum bijaksana. "Yang terpenting adalah memiliki sikap rendah hati dalam menerima bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Di sinilah pentingnya dialog dan toleransi, dua hal yang kalian telah pelajari dalam berbagai konteks di sekolah."
Venesya dan Syifa merasa diskusi ini sangat membuka wawasan mereka. Mereka mulai menyadari bahwa dalam perjalanan mencari kebenaran, penting untuk tidak hanya berpegang pada satu sudut pandang, tetapi juga untuk memahami dan menghargai sudut pandang yang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/371183996-288-k605103.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher : Next Generation
Teen FictionVenesya, seorang gadis remaja berusia 11 tahun, pindah dari kota romantis Venesia, Italia ke sebuah kota kecil di Indonesia karena pekerjaan ayahnya. Awalnya, Venesya merasa canggung dan kesulitan beradaptasi dengan budaya dan lingkungan barunya. Na...