Episode 21 : Kebaikan dan Kejahatan

1 0 0
                                    

Hari itu, suasana di kelas terasa berbeda. Pak Faisal, mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, memasuki ruangan dengan ekspresi serius. Ia membawa topik yang tidak biasa, tetapi sangat penting untuk dibahas: Kebaikan dan Kejahatan.

"Anak-anak," Pak Faisal memulai, "hari ini kita akan membahas tentang sesuatu yang sering kali sulit dibedakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu kebaikan dan kejahatan."

Para siswa tampak penasaran. Mereka mendengarkan dengan seksama, meskipun beberapa dari mereka merasa bingung dengan topik yang terdengar begitu mendalam.

"Di usia kalian sekarang," lanjut Pak Faisal, "kalian mungkin sudah sering mendengar tentang apa yang baik dan buruk. Tetapi, apakah kalian selalu bisa membedakan mana yang benar-benar baik dan mana yang sebenarnya buruk?"

Salah satu siswa, Ari, mengangkat tangan dan bertanya, "Pak, bagaimana kalau sesuatu terlihat baik, tapi ternyata itu menyakiti orang lain? Apa itu tetap disebut baik?"

Pak Faisal tersenyum tipis, "Itu pertanyaan yang sangat bagus, Ari. Memang, dalam kehidupan nyata, tidak selalu mudah untuk membedakan antara yang benar-benar baik dan yang hanya tampak baik. Kadang-kadang, kita melihat sesuatu yang tampaknya baik di permukaan, tapi jika kita lihat lebih dalam, ada konsekuensi yang tidak baik bagi orang lain."

Venesya, yang duduk di barisan depan, juga berpikir keras. Ia mengingat pengalaman-pengalaman di mana teman-temannya melakukan sesuatu yang terlihat menyenangkan, tetapi akhirnya menyakiti perasaan orang lain. Ia pernah melihat teman sekelasnya saling mengolok-olok dengan dalih bercanda, tapi ada beberapa yang tersakiti, meskipun tidak ada yang mengatakan apa-apa.

Syifa, yang duduk di sebelahnya, berbisik, "Ini sulit, ya? Terkadang kita berpikir melakukan sesuatu yang baik, tapi ternyata ada orang lain yang merasa terluka."

Pak Faisal melanjutkan, "Itulah kenapa kita perlu memahami bukan hanya apa yang tampak baik, tapi juga mempertimbangkan bagaimana tindakan kita memengaruhi orang lain. Misalnya, menolong teman adalah hal yang baik. Tapi, bagaimana jika dengan menolong teman tersebut, kita malah melanggar aturan atau menyakiti perasaan orang lain? Apakah itu tetap baik?"

Seluruh kelas terdiam, merenungkan kata-kata tersebut. Pak Faisal kemudian memutuskan untuk memberikan contoh nyata yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.

"Misalnya," Pak Faisal mulai lagi, "jika kalian melihat seseorang di-bully, dan kalian tidak melakukan apa-apa karena kalian tidak ingin terlibat masalah, apakah itu tindakan yang baik?"

Beberapa siswa menggelengkan kepala, sementara yang lain tampak berpikir keras.

"Atau sebaliknya," lanjut Pak Faisal, "bagaimana jika kalian mencoba melawan si pembully, tetapi dengan cara yang kasar dan penuh kemarahan? Apakah itu tindakan yang baik?"

Kali ini, lebih banyak siswa yang menggelengkan kepala, menunjukkan bahwa mereka mulai mengerti kompleksitas dari kebaikan dan kejahatan.

Venesya pun mengangkat tangannya, "Pak, mungkin kebaikan itu tidak hanya tentang apa yang kita lakukan, tapi juga bagaimana kita melakukannya. Kalau kita melakukan sesuatu dengan niat baik, tapi dengan cara yang salah, hasilnya tetap bisa buruk."

Pak Faisal tersenyum bangga mendengar jawaban tersebut. "Tepat sekali, Venesya. Kebaikan bukan hanya soal niat, tapi juga soal cara. Kita harus selalu berpikir dua kali sebelum bertindak, mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain, dan bertanya pada diri sendiri, 'Apakah ini benar-benar baik?'"

Seiring dengan berjalannya diskusi, para siswa mulai menyadari bahwa kebaikan dan kejahatan tidak selalu hitam dan putih. Ada banyak area abu-abu di antaranya, dan mereka harus bijaksana dalam membuat keputusan sehari-hari.

The Little Philosopher : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang