Episode 5 : Apa Itu Kebahagiaan

4 0 0
                                    

Hari itu, suasana sekolah terasa lebih cerah dari biasanya. Setelah beberapa minggu penuh dengan diskusi serius tentang tantangan abad ke-21, Venesya dan teman-temannya memutuskan untuk mengadakan diskusi yang lebih ringan namun tetap mendalam. Mereka memilih topik "Kebahagiaan" sebagai tema diskusi mereka berikutnya.

Setelah jam pelajaran terakhir berakhir, Venesya, Syifa, Alif, Nisa, dan Anisa berkumpul di taman sekolah. Namun, kali ini ada seorang anggota baru yang bergabung dengan mereka, seorang siswi bernama Dista, yang dikenal sebagai "Dokter Cilik" di sekolah karena sering membantu di UKS (Unit Kesehatan Sekolah).

Dista adalah gadis ceria dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Ia selalu siap membantu teman-temannya yang membutuhkan pertolongan medis atau hanya sekadar ingin bercerita tentang masalah mereka. Hari ini, dia diundang oleh Venesya untuk bergabung dalam diskusi mereka tentang kebahagiaan.

Venesya membuka diskusi dengan sebuah pertanyaan, "Menurut kalian, apa itu kebahagiaan?"

Alif langsung menjawab, "Bagi aku, kebahagiaan adalah saat aku bisa bermain sepak bola dengan teman-temanku. Itu adalah momen di mana aku merasa bebas dan senang."

Nisa menambahkan, "Aku merasa bahagia ketika aku bisa menggambar dan melukis. Seni adalah cara aku mengekspresikan diri dan merasa tenang."

Anisa berbagi pandangannya, "Kebahagiaan bagi aku adalah saat aku bisa membantu orang lain. Melihat senyum di wajah mereka membuat aku merasa sangat bahagia."

Venesya tersenyum dan berkata, "Itu semua adalah contoh yang bagus. Bagaimana dengan kamu, Dista? Apa arti kebahagiaan bagi kamu?"

Dista berpikir sejenak sebelum menjawab, "Bagi aku, kebahagiaan adalah tentang keseimbangan. Keseimbangan antara melakukan hal-hal yang aku cintai dan membantu orang lain. Di UKS, aku merasa sangat bahagia saat bisa membantu teman-teman yang sakit atau hanya butuh seseorang untuk mendengarkan. Tapi, aku juga merasa bahagia saat menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman."

Syifa, yang selama ini merenungkan tentang identitas dan tekanan, bertanya, "Dista, bagaimana kamu bisa selalu terlihat bahagia dan ceria? Apakah ada rahasia tertentu?"

Dista tersenyum hangat. "Tidak ada rahasia khusus, Syifa. Aku hanya berusaha untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidupku dan selalu bersyukur. Tentu saja, ada saat-saat sulit, tapi aku selalu mencoba untuk melihat sisi baiknya dan mencari cara untuk mengatasinya."

Venesya mengangguk setuju. "Kebahagiaan memang sering kali datang dari dalam diri kita sendiri. Harari dalam bukunya juga menyebutkan bahwa kebahagiaan bukan hanya tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi juga tentang bagaimana kita merespons apa yang kita miliki."

Diskusi berlanjut dengan penuh kehangatan dan saling berbagi cerita tentang momen-momen bahagia dalam hidup mereka. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan bisa datang dari berbagai sumber dan bahwa setiap orang memiliki definisi kebahagiaan yang unik.

Setelah diskusi selesai, Dista mengundang teman-temannya untuk mengunjungi UKS. "Mari kita lihat UKS. Mungkin kita bisa menemukan cara untuk membuat tempat ini lebih nyaman dan menyenangkan bagi teman-teman yang datang ke sini."

Mereka semua setuju dan mengikuti Dista ke UKS. Sesampainya di sana, mereka melihat ruangan yang sederhana namun fungsional. Dista menunjukkan tempat-tempat di mana dia biasanya membantu teman-teman yang sakit atau terluka.

Nisa yang kreatif segera mendapat ide. "Bagaimana kalau kita menghias UKS dengan beberapa gambar dan lukisan? Kita bisa membuat ruangan ini lebih ceria dan mengundang."

Alif menambahkan, "Kita juga bisa menambahkan beberapa buku dan permainan untuk menghibur teman-teman yang sedang menunggu di sini."

Anisa, dengan semangat membantu, berkata, "Aku bisa mengumpulkan beberapa donasi untuk membeli perlengkapan medis tambahan yang mungkin diperlukan."

The Little Philosopher : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang