Dua minggu menjelang Ulangan Akhir Semester, suasana di sekolah Venesya dan Syifa semakin serius. Setiap pelajaran diisi dengan ringkasan materi dan pembahasan soal-soal penting. Salah satu mata pelajaran yang cukup membuat para siswa kelas 6 berpikir keras adalah Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Materi yang mencakup bab-bab penting mulai dari Surah Adh-Dhuha hingga sejarah hidup para sahabat Nabi seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, membuat semua siswa perlu mempersiapkan diri dengan matang.
Hari itu, pelajaran Agama Islam berlangsung di kelas Venesya dan Syifa. Pak Ahmad Averroes, guru agama mereka yang dikenal ramah namun tegas, memulai pelajaran dengan suara yang lembut tapi penuh wibawa.
"Anak-anak, hari ini kita akan mereview kembali materi yang sudah kita pelajari untuk menghadapi Ulangan Akhir Semester. Kalian harus benar-benar memahami setiap bab, karena semuanya akan diuji nanti."
Para siswa, termasuk Venesya dan Syifa, mendengarkan dengan serius. Mereka tahu bahwa pelajaran agama bukan hanya soal hafalan, tetapi juga tentang pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pak Ahmad Averroes pun membuka materi dari BAB 1: Surah Adh-Dhuha.
"Siapa yang masih ingat tentang Surah Adh-Dhuha?" tanya Pak Ahmad Averroes sambil menatap para siswa. "Apa makna dari surah ini dan apa hikmah yang bisa kita ambil?"
Venesya mengangkat tangan dan menjawab dengan suara tenang, "Surah Adh-Dhuha adalah salah satu surah Makkiyah yang turun sebagai penghibur kepada Nabi Muhammad ketika beliau merasa sedih karena wahyu sempat terhenti. Surah ini mengajarkan kita bahwa Allah selalu bersama kita, terutama di saat-saat sulit. Dia tidak pernah meninggalkan kita."
Pak Ahmad Averroes tersenyum bangga. "Betul, Venesya. Surah ini juga mengingatkan kita agar selalu bersyukur dan tidak berputus asa meskipun dalam kesulitan."
Setelah itu, pembahasan berlanjut ke BAB 2: Asmaul Husna, yang membahas beberapa nama-nama Allah yang mulia.
"Al-Ghaffar, Al-Afuww, Al-Wahid, dan As-Samad," sebut Pak Ahmad Averroes, "Apa yang kalian tahu tentang makna dari nama-nama Allah ini?"
Syifa kali ini mengangkat tangannya. "Al-Ghaffar artinya Yang Maha Pengampun. Allah mengampuni dosa hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Al-Afuww artinya Yang Maha Pemaaf, artinya Allah memaafkan dosa-dosa kita dan melupakan kesalahan kita jika kita benar-benar memohon ampunan."
"Benar sekali, Syifa," jawab Pak Ahmad Averroes dengan nada puas. "Al-Wahid artinya Yang Maha Esa, satu-satunya yang berhak disembah, dan As-Samad artinya tempat bergantung segala sesuatu. Nama-nama Allah ini menunjukkan betapa besar kasih sayang dan kekuatan-Nya kepada kita sebagai hamba."
Para siswa mulai menulis catatan lebih dalam tentang Asmaul Husna tersebut, memahami bahwa nama-nama Allah bukan hanya untuk dihafal, tapi juga harus diresapi dan dijadikan pedoman hidup.
Setelah itu, Pak Ahmad Averroes melanjutkan ke BAB 3: Hidup Damai dan Saling Memaafkan.
"Hidup damai adalah tujuan kita sebagai umat manusia. Apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari, terutama di sekolah?" tanya Pak Ahmad Averroes sambil menatap seluruh siswa.
Venesya berpikir sejenak, mengingat kejadian-kejadian di sekolah di mana ia sering menyaksikan atau bahkan terlibat dalam menyelesaikan konflik antara teman-temannya.
"Kita harus belajar untuk saling memahami dan memaafkan, Pak Ahmad ," kata Venesya pelan. "Kalau ada teman yang berbuat salah, kita harus memberi kesempatan padanya untuk memperbaiki diri, bukan langsung menghakimi. Kita juga harus menghindari konflik dan tidak memperbesar masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher : Next Generation
Fiksi RemajaVenesya, seorang gadis remaja berusia 11 tahun, pindah dari kota romantis Venesia, Italia ke sebuah kota kecil di Indonesia karena pekerjaan ayahnya. Awalnya, Venesya merasa canggung dan kesulitan beradaptasi dengan budaya dan lingkungan barunya. Na...