Venesya dan Syifa, setelah berjam-jam membahas filsafat kejujuran dengan Pak Faisal, merasa segar dan bersemangat. Mereka berjalan melewati taman sekolah saat mereka melihat seorang siswi duduk sendirian di bawah pohon besar, dengan buku gambar di pangkuannya. Gadis itu bernama Salma, seorang siswi yang selalu tampak tenang dan menyendiri.
"Siapa itu?" tanya Venesya dengan rasa ingin tahu.
"Itu Salma," jawab Syifa. "Dia sering terlihat menggambar sendirian di taman. Sepertinya dia menikmati waktu sendiri."
Merasa tertarik, Venesya dan Syifa memutuskan untuk mendekati Salma. "Hai, Salma," sapa Venesya dengan ramah. "Boleh kami duduk bersamamu?"
Salma mengangkat kepalanya dari buku gambar dan tersenyum tipis. "Tentu, silakan."
Venesya dan Syifa duduk di sampingnya dan melihat gambar-gambar indah yang telah dia buat. Ada pemandangan alam, potret wajah, dan sketsa abstrak yang penuh dengan ekspresi. "Kamu sangat berbakat, Salma," kata Syifa dengan kagum. "Apa yang menginspirasimu untuk menggambar?"
Salma tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. "Aku merasa tenang saat menggambar. Ini adalah cara aku menenangkan pikiran dan mengungkapkan perasaanku."
Venesya, yang sangat tertarik dengan filsafat, bertanya, "Apakah kamu pernah mendengar tentang Marcus Aurelius? Dia adalah seorang filsuf Romawi yang menulis tentang ketenangan dan kedamaian batin dalam bukunya 'Meditations'."
Salma mengangguk. "Ya, aku pernah mendengar tentang dia. Aku suka membaca 'Meditations'. Buku itu membantuku menemukan ketenangan dalam diriku sendiri."
Venesya dan Syifa saling bertukar pandang, lalu Syifa berkata, "Bisakah kamu ceritakan lebih banyak tentang bagaimana 'Meditations' mempengaruhimu?"
Salma menutup buku gambarnya dan mulai bercerita. "Marcus Aurelius mengajarkan bahwa ketenangan datang dari dalam diri kita sendiri. Dia percaya bahwa kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di luar, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita meresponsnya. Ketika aku merasa cemas atau terganggu, aku mencoba mengingat kata-katanya dan fokus pada pernapasan dan pikiranku."
Venesya merasa terinspirasi oleh kata-kata Salma. "Itu luar biasa, Salma. Aku pikir, kita semua bisa belajar dari ajaran Marcus Aurelius. Terutama di dunia yang penuh dengan distraksi dan kekhawatiran."
Syifa menambahkan, "Ya, menemukan ketenangan dalam diri sendiri bisa sangat membantu. Aku merasa bahwa menggambar adalah cara yang baik untuk mencapai itu. Apa yang biasanya kamu pikirkan saat menggambar?"
Salma tersenyum lagi, kali ini dengan mata yang lebih bercahaya. "Aku fokus pada detail dan proses. Setiap goresan adalah bagian dari keseluruhan gambar. Ini seperti meditasi, di mana aku benar-benar hadir dalam setiap momen. Aku tidak memikirkan masa lalu atau masa depan, hanya saat ini."
Venesya mengangguk dengan penuh pengertian. "Itu sangat indah, Salma. Aku pikir kita semua bisa belajar banyak dari caramu menemukan ketenangan. Mungkin kita bisa mencoba menggambar bersama-sama suatu saat."
Salma mengangguk setuju. "Aku akan sangat senang. Ketenangan adalah sesuatu yang bisa kita bagi dan pelajari bersama."
Hari itu, Venesya dan Syifa belajar pelajaran berharga tentang ketenangan dan kedamaian batin dari Salma dan ajaran Marcus Aurelius. Mereka menyadari bahwa ketenangan adalah sesuatu yang bisa dicapai melalui praktik dan kesadaran diri, serta pentingnya memiliki waktu untuk diri sendiri.
Setelah percakapan yang mendalam dengan Salma, Venesya merasa terinspirasi. Ia mengusulkan ide untuk menggambar bersama di tempat yang indah dan tenang.
"Kamu tahu," kata Venesya, "ada aliran sungai kecil di depan sekolah. Bagaimana kalau kita pergi ke sana dan menggambar sambil membayangkan sifat air? Aku rasa itu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Philosopher : Next Generation
Roman pour AdolescentsVenesya, seorang gadis remaja berusia 11 tahun, pindah dari kota romantis Venesia, Italia ke sebuah kota kecil di Indonesia karena pekerjaan ayahnya. Awalnya, Venesya merasa canggung dan kesulitan beradaptasi dengan budaya dan lingkungan barunya. Na...