Episode 21.6 : Hukuman dan Disiplin

2 0 0
                                    

Pagi itu, Venesya dan Syifa berjalan menuju sekolah dengan perasaan biasa saja, namun suasana berubah begitu mereka memasuki gerbang sekolah. Mereka melihat seorang siswa kelas 4, Aditya, yang tampak putus asa dan lelah, sedang dipaksa oleh sekelompok siswa kelas 6 untuk membawa tas dan barang-barang mereka. Aditya, yang biasanya ceria, terlihat sangat murung dan tidak berdaya.

Venesya dan Syifa menghampiri kelompok itu, mencoba untuk menghentikan aksi perbudakan tersebut. "Kalian tidak boleh melakukan ini pada Aditya! Ini tidak adil!" seru Syifa dengan tegas.

Salah satu siswa kelas 6, yang tampaknya adalah pemimpin kelompok itu, hanya tertawa sinis. "Ini bukan urusan kalian. Kalian mau ikut campur? Siapa tahu, kalian bisa jadi 'pembantu' kami juga."

Venesya merasa marah, tetapi dia menyadari bahwa mereka tidak akan bisa melawan kelompok tersebut hanya dengan kata-kata. Mereka berdua terlalu sedikit, sementara siswa kelas 6 itu berkelompok dan tampak sangat dominan.

Setelah kejadian itu, Venesya dan Syifa merasa tak berdaya. Mereka tahu bahwa tindakan tersebut sangat salah, tetapi mereka juga sadar bahwa mereka membutuhkan bantuan. Mereka pun memutuskan untuk meminta saran dari Pak Ahmad Averroes di Pojok Berpikir.

Di Pojok Berpikir, mereka menemukan Pak Ahmad sedang merapikan buku-buku di rak. Venesya dan Syifa menceritakan apa yang terjadi kepada Pak Ahmad, berharap bisa mendapatkan solusi.

Pak Ahmad mendengarkan dengan seksama, kemudian dia berkata, "Tindakan seperti ini sangat tidak benar. Ini adalah bentuk dari penyalahgunaan kekuasaan dan dominasi yang tidak seharusnya terjadi di lingkungan sekolah. Saya ingin kalian memahami bahwa masalah ini bukan hanya soal fisik, tapi juga soal mental dan psikologis."

Pak Ahmad kemudian mengeluarkan sebuah buku dari rak, "Ini adalah Discipline and Punish karya Michel Foucault. Buku ini membahas tentang bagaimana kekuasaan dan disiplin bekerja dalam masyarakat. Foucault menjelaskan bahwa hukuman tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga melibatkan kontrol mental dan perilaku. Saya ingin kalian membaca dan memahami bagaimana konsep hukuman dan disiplin bekerja, agar kalian bisa melihat masalah ini dengan perspektif yang lebih luas."

Venesya dan Syifa menerima buku itu dengan rasa ingin tahu. Mereka tahu bahwa ini bukan buku yang mudah untuk dipahami, tetapi mereka juga menyadari bahwa mereka membutuhkan pengetahuan lebih dalam untuk menghadapi situasi seperti ini.

Mereka duduk di salah satu sudut Pojok Berpikir, membuka halaman pertama buku Foucault tersebut, dan mulai membaca. Venesya terkejut dengan pemikiran Foucault yang kompleks tentang kekuasaan, hukuman, dan bagaimana masyarakat menggunakan disiplin sebagai alat kontrol. Foucault menjelaskan bahwa hukuman bukan sekadar hukuman fisik, tetapi sebuah cara untuk mengontrol perilaku dan pikiran individu agar sesuai dengan norma-norma yang diinginkan oleh mereka yang memiliki kekuasaan.

Venesya dan Syifa mulai memahami bahwa apa yang terjadi pada Aditya bukan sekadar bullying biasa. Itu adalah bentuk dominasi dan kontrol yang mencoba menanamkan rasa takut dan ketundukan pada siswa yang lebih muda. Mereka sadar bahwa untuk melawan tindakan ini, mereka harus mencari cara untuk mengubah dinamika kekuasaan ini, bukan hanya menghentikan tindakan fisiknya.

Setelah membaca beberapa bab, mereka kembali berdiskusi dengan Pak Ahmad. "Jadi, hukuman itu lebih dari sekadar hukuman fisik, ya, Pak? Ini juga tentang bagaimana membuat orang merasa takut dan tunduk," kata Syifa dengan nada serius.

Pak Ahmad mengangguk. "Tepat sekali. Itulah yang ingin disampaikan Foucault. Dalam kasus kalian, hukuman yang dilakukan oleh siswa kelas 6 itu adalah cara mereka untuk menegaskan kekuasaan dan membuat siswa yang lebih muda merasa takut. Mereka menciptakan ketundukan melalui rasa takut akan hukuman."

The Little Philosopher : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang