Episode 4 : Siapa Aku?

11 0 0
                                    

Hari itu, Venesya memperhatikan bahwa Syifa tampak lebih pendiam dari biasanya. Biasanya, Syifa adalah sosok yang ceria dan selalu bersemangat saat diskusi filsafat, tetapi hari ini ia tampak murung dan tidak fokus. Venesya merasa ada sesuatu yang mengganggu sahabatnya. Setelah jam pelajaran berakhir, Venesya mengajak Syifa ke taman sekolah untuk berbicara. "Syifa, aku perhatikan kamu tampak murung hari ini. Ada yang ingin kamu ceritakan?" tanya Venesya dengan lembut.

Syifa menghela napas panjang dan mengangguk. "Venesya, akhir-akhir ini aku merasa bingung dengan diriku sendiri. Aku merasa tidak tahu siapa aku sebenarnya dan apa yang seharusnya aku lakukan. Rasanya seperti aku kehilangan arah."

Venesya menatap sahabatnya dengan penuh empati. "Aku mengerti, Syifa. Kadang-kadang kita semua merasa seperti itu. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk kita berbicara tentang pertanyaan filsafat yang sangat mendasar: 'Siapa aku?'"

Syifa tersenyum tipis dan mengangguk setuju. "Ya, mungkin kita bisa mulai dari situ. Aku hanya merasa bahwa ada banyak tekanan dari berbagai pihak—orang tua, guru, teman-teman—semua orang memiliki harapan tentang siapa aku seharusnya menjadi."

Venesya merangkul bahu Syifa. "Mari kita duduk dan membahas ini lebih dalam. Terkadang, dengan merenungkan pertanyaan-pertanyaan besar, kita bisa menemukan sedikit pencerahan."

Mereka duduk di bangku taman, dan Venesya mulai berbicara. "Pertanyaan 'Siapa aku?' adalah salah satu pertanyaan paling mendasar dalam filsafat. Filsuf seperti Socrates, Plato, dan banyak lainnya telah mencoba menjawabnya. Ini adalah pertanyaan tentang identitas, esensi diri, dan makna hidup."

Syifa mengangguk. "Tapi bagaimana kita bisa menemukan jawabannya? Rasanya begitu rumit."

Venesya tersenyum. "Memang, ini tidak mudah. Salah satu cara untuk mulai menjawabnya adalah dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang berbeda dari diri kita: nilai-nilai, keyakinan, impian, dan hubungan kita dengan orang lain. Apa yang benar-benar penting bagi kamu, Syifa? Apa yang membuat kamu merasa hidup dan bersemangat?"

Syifa terdiam sejenak, merenungkan pertanyaan itu. "Aku selalu merasa senang ketika membantu orang lain dan membuat mereka bahagia. Itu adalah salah satu hal yang membuatku merasa berarti. Tapi, aku juga merasa ada harapan dan tekanan dari orang lain tentang apa yang harus kulakukan dalam hidup."

Venesya mengangguk. "Itu adalah langkah awal yang bagus, Syifa. Mengetahui apa yang membuatmu bahagia dan merasa berarti adalah bagian penting dari identitasmu. Tekanan dari luar memang bisa membuat kita bingung, tetapi yang terpenting adalah menemukan dan tetap setia pada apa yang benar-benar penting bagi kita."

Syifa mulai merasa sedikit lebih baik. "Terima kasih, Venesya. Aku merasa sedikit lebih jelas sekarang. Tapi, bagaimana cara kita tetap setia pada diri sendiri ketika ada begitu banyak harapan dari orang lain?"

Venesya berpikir sejenak sebelum menjawab. "Aku pikir, penting untuk memiliki batasan yang sehat dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Katakan pada mereka apa yang penting bagi kamu dan mengapa. Kita juga perlu memberi diri kita waktu untuk merenung dan mendengarkan hati nurani kita. Dan ingat, perjalanan menemukan diri sendiri adalah proses yang berkelanjutan."

Diskusi mereka terganggu oleh bel sekolah yang menandakan akhir istirahat. Namun, Syifa merasa lebih ringan dan sedikit lebih jelas tentang apa yang perlu dilakukan selanjutnya.

Malam itu, Syifa menulis di buku hariannya, "Hari ini aku belajar bahwa menemukan diri sendiri adalah perjalanan yang berkelanjutan. Aku merasa lebih tenang setelah berbicara dengan Venesya. Aku akan mencoba lebih mendengarkan hati nurani dan tetap setia pada apa yang benar-benar penting bagiku."

Sementara itu, Venesya juga merenungkan percakapan mereka. Di buku hariannya, ia menulis, "Hari ini adalah pengingat bahwa setiap orang memiliki perjalanan unik dalam menemukan diri mereka sendiri. Aku senang bisa membantu Syifa dan berharap bisa terus mendukungnya. Filsafat bukan hanya tentang teori-teori besar, tetapi juga tentang bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari."

The Little Philosopher : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang