Prolog; Seluk Beluk Kesepakatan

1.6K 64 8
                                    

Persahabatan yang terjalin lebih dari 10 tahun membuat mereka terlihat bak saudara kandung. Susah dan senang yang selalu dilalui bersama, baik hingga buruk yang tidak lagi menjadi rahasia bagi keempatnya.

Bermula dari Renata dan Hera yang bersahabat sejak duduk di bangku SMA, hingga keduanya sama-sama berpacaran. Kedua gadis itu mengenalkan pasangan mereka masing-masing, sampai akhirnya memutuskan untuk menjalin persahabatan. Bahkan mereka membangun rumah bersebelahan agar hubungan persahabatan mereka tidak terputus, dan berharap akan menyambung hingga anak cucu mereka.

Di saat-saat Minggu sore seperti ini, biasanya dua pasang suami-istri itu berkumpul di taman belakang rumah mereka. Terkadang anak-anak mereka ikut berkumpul, hanya untuk sekadar memakan cemilan buatan Renata dan Hera.

"Lo inget nggak sih dulu waktu masih zaman pacaran gue pernah nyeletuk mau jodohin anak kita?" tanya Hera.

Renata terkekeh seraya mengangguk. "Inget gue. Nggak ada absen lo bilang gitu terus."

"Nah, apa nggak mau direalisasikan aja?"

"Lo yakin anak kita mau?" Kali ini giliran suami dari Renata yang menyahut.

"Sejauh ini sih Jisan nurut-nurut aja sama daddy-nya," ujar Hera seraya melirik ke arah sang suami yang hanya tersenyum. "Lagian dulu juga lo setuju 'kan, No?"

"Asbun aja itu," ujar Noah. Pria itu tertawa melihat wajah datar Hera.

"Nggak ada salahnya sih kalau mau dicoba omongin," sahut Mahen.

Hera tersenyum mendengar sang suami berada di pihaknya. "Gimana?"

Noah menoleh ke arah Renata yang juga sedang menatapnya. Anggukan yang didapat dari istri cantiknya membuat ia menyetujui saran dari Hera.

"Nanti gue sama Renata coba omongin kalau Selena udah di Indonesia."

•••••

22 tahun silam, tepat lahirnya putri sulung dari pasangan Noah dan Renata. Selena Candramaya, gadis dengan wajah cantik yang diturunkan dari paras sang ibu, dan juga dilengkapi oleh senyuman menawan yang sangat mirip dengan ayahnya. Walaupun ia adalah seorang gadis, tapi pendiriannya begitu kuat. Pemikirannya juga terkadang lebih dewasa dari sepantarannya. Ia sendiri sadar, bahwa gelarnya dalam keluarga mungkin saja dijadikan panutan bagi adiknya.

Maka dari itu, dalam peroses pertumbuhannya, ia tumbuh menjadi sosok yang hampir sempurna. Ia tumbuh menjadi sosok yang terlihat siap dengan apapun yang akan terjadi ke depannya dalam pendidikan dan karir. Meskipun Renata atau Noah tidak pernah menuntutnya, tapi keinginan itu muncul dengan sendirinya.

"Terakhir... oke, beres juga," gumam Selena.

Seraya menghembuskan napasnya lega, gadis yang lahir di bulan November itu merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah menutup rapat koper yang akan ia bawa terbang ke kampung halamannya.

"Akhirnya pulang juga ke Indo. Kangen tinggal bareng Mama sama Baba, sama Rio juga," monolognya yang diakhiri dengan kekehan.

Selena memang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Australia sejak duduk di bangku SMP. Saat ditanya, ia hanya menjawab ingin tinggal bersama oma atau sang nenek.

Maka dengan berat hati Renata dan Noah melepas putri sulung mereka untuk mengejar pendidikannya. Bahkan Renata sempat tidak dapat tidur nyenyak selama tiga hari, karena dirinya begitu tidak rela tinggal berjauhan dengan putrinya yang kala itu masih sangat muda. Namun, kini putrinya sudah membuktikan bahwa kepergiannya tidak sia-sia, dan justru membuat kedua orang tuanya bangga.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang