Singgah dan Bertolak

368 41 16
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Kalau ada salah pengetikan tolong tandai di kolom komentar, ya.

Happy reading!

•••••

"Emang harus malam ini banget kalian berangkatnya?" tanya Hera.

Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama, dan kini Manisha juga Alif hendak berpamitan karena akan berangkat ke Surabaya malam ini juga. Semua anggota keluarga–kecuali Alan yang sedang tidur di kamar Jisan dan Selena–berkumpul di ruang keluarga.

"Iya, Tan. Besok sore keluarga ibunya Mas Alif udah berangkat ke Sumatera, takut nggak keburu. Sedangkan aku sama Mas Alif nggak bisa ninggalin Alan sampai sejauh itu," jelas Manisha.

"Kalian bawa mobil sendiri, 'kan? Hati-hati, Lif, bawa mobilnya," sahut Mahen.

Alif menganggukkan kepalanya. "Iya, Om."

Pandangan Manisha terjatuh kepada Selena yang sejak tadi hanya memperhatikan mereka.

"Sel, kalau nanti Alan bangun dan nyariin aku, kamu vidcall aku aja ya. Tante Hera punya nomorku kok. Ini juga perlengkapannya Alan..."

Selena menerima tas berukuran sedang yang berisi perlengkapan Alan di dalamnya.

"Iya, Mbak. Nanti aku kabarin," ujar Selena.

Manisha melangkah mendekat ke arah Selena dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya, mengundang tatapan bingung dari yang lain.

"Mbak titip Alan ya, selama Mbak nggak ada," ujar Manisha pelan.

Selena yang juga merasa bingung pun membalas pelukan Manisha dengan canggung, sebelum akhirnya wanita itu mengurainya.

"Iya, Mbak. Mbak juga hati-hati di jalan. Semoga permasalahannya cepet selesai, supaya bisa cepet pulang terus kumpul lagi sama Alan," tutur Selena.

Setelah sesi berpamitan selesai, Manisha dan Alif benar-benar sudah pergi dari kediaman mereka. Namun, pikiran Selena justru menjadi tidak tenang. Ia mendadak merasa khawatir tanpa alasan.

Selena berdiri di balkon kamarnya dan Jisan. Padahal, rasa kantuknya sudah menyerang tadi, tapi kini ia tidak dapat memejamkan matanya sedikitpun. Saat sedang asik merenung, terasa ada lengan yang memeluknya dari belakang, tentu saja pelakunya adalah suaminya.

"Kamu marah sama aku?" tanya Jisan. Pria itu menumpukkan dagunya di pundak kanan Selena.

Selena menggelengkan kepalanya sebelum berbalik menghadap Jisan. "Aku nggak marah." Ditatapnya wajah Jisan dengan lembut, jemarinya mengelus lengan pria itu yang masih bertengger manis di pinggangnya.

"Terus kenapa di sini? Emangnya kamu belum ngantuk?" tanya Jisan.

"Aku cuma kepikiran Mbak Nisha..."

"Soal tadi?"

Tidak ada jawaban dari Selena, karena wanita itu pun tidak tahu rasa khawatir yang menderanya kini merujuk ke mana.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang