Welcome, Selena!

759 59 3
                                    

Seorang gadis berpenampilan modis melangkahkan kakinya dengan percaya diri di bandara. Senyumnya tidak luntur sejak masih berada di dalam pesawat. Ia lepaskan kacamata hitam yang bertengger di hidung lancipnya, untuk melihat suasana kampung halaman yang selama ini ia rindukan. Sebenarnya ia sudah beberapa kali pulang ke Indonesia sebelum duduk di bangku perkuliahan. Namun, semenjak dirinya masuk ke universitas, ia belum pernah pulang kembali untuk menemui keluarganya. Dan kini, rasa rindunya akan terbayarkan, karena ia akan menetap di kampung halamannya, Indonesia.

"Welcome, Selena," monolognya dengan senyuman yang masih terpatri indah.

Selena mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan keluarganya. Ibunya bilang, ia akan dijemput oleh ayah, ibu, dan adiknya. Namun, netranya belum menangkap kehadiran mereka.

"Apa belum dateng, ya..." gumam Selena.

Gadis itu memilih untuk mendudukkan dirinya sejenak di cafe yang berada di bandara, mengistirahatkan tubuhnya setelah perjalanan yang cukup panjang. Setelah memesan minuman, ia mencoba untuk menghubungi sang ibu menggunakan ponsel genggam miliknya.

"Kok nggak diangkat? Mungkin masih di jalan."

Selena kembali meletakkan ponselnya ke atas meja dan menikmati minumannya. Ia memutuskan untuk menunggu keluarganya sebentar lagi.

•••••

Hari ini Jisan dikejutkan dengan kedua orang tuanya yang datang ke tempat proyek tanpa memberitahu terlebih dahulu.

"Abang!" panggil Hera.

Wanita itu berjalan mendekat ke arah sang anak bersama Mahen. Jisan yang melihat itu, menyuruh para pekerja kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.

"Kamu ditelepon kok nggak dijawab sih?"

"Ya 'kan aku lagi kerja, Mi," jawab Jisan. Pemuda itu menatap ke ayah dan ibunya secara bergantian. "Ini Mami sama Daddy ngapain ke sini?"

"Gara-gara Abang nggak jawab telepon makanya Mami sama Daddy ke sini."

"Emangnya ada apa, Mi?"

"Tante Rena, Om Noah, sama Rio kecelakaan. Makanya Mami sama Daddy mau ke rumah sakit sekarang," jawab Hera.

Jisan membelalakkan matanya mendengar keluarga tetangga sekaligus sahabat orang tuanya mengalami kecelakaan. "Kok bisa, Mi? Terus hubungannya sama Abang apa?" Mahen memijit pelipisnya mendengar perkataan sang istri yang terlalu berputar-putar.

"Gini, Bang. Hari ini anaknya Om Noah pulang ke Indonesia. Rencananya mereka mau jemput Selena di bandara, tapi karena kecelakaan yang nggak direncana, mereka minta tolong kamu buat jemput Selena," jelas Mahen.

"Kerjaan Abang gimana?"

"Nggak usah dipikirin dulu. Mending kamu berangkat sekarang, pasti Selena udah sampai," ujar Mahen.

Jisan mengangguk seraya menanggalkan topi dan rompi kerjanya. Ia mengeluarkan kunci motornya dari dalam saku celana. Namun, saat hendak berjalan menjauh, pemuda itu kembali menatap kedua orang tuanya.

"Kenapa?" tanya Hera.

"Abang nggak inget muka Selena..."

"Nanti Daddy kirimin foto sekaligus nomor teleponnya," tutur Mahen.

Pemuda itu kembali mengangguk, lalu berjalan menjauh mengabaikan tatapan dan senyuman jahil yang ibunya berikan. Ia menaiki motor miliknya yang masih terparkir. Setelah memakai helm, baru ia jalankan kuda besi miliknya membelah jalanan dengan kecepatan tinggi.

Jarak antara tempatnya bekerja dan bandara cukup jauh. Akan memakan banyak waktu jika Jisan mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Beberapa kali pemuda itu juga memotong jalan guna mempersingkat waktu.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang