Pagi itu, Selena yang masih tertidur harus terusik karena sinar mentari yang mencuri celah melalui pintu balkon. Akan tetapi, setelahnya kembali terhalang karena tubuh seseorang. Ia menggosok kedua netranya sebelum mengerjapkannya beberapa kali, guna memperjelas penglihatannya.
Selena mengerutkan keningnya dengan mata yang hampir terpejam kembali. "Baba?" Dapat ia dengar suara kekehan orang itu, tapi tidak mirip dengan suara ayahnya.
"Bangun dulu, buka matanya dulu, baru ngomong."
Dengan spontan Selena membuka matanya lebar dan mendudukkan tubuhnya setelah menyadari siapa pemilik suara itu. Dan benar saja, ia melihat Jisan berdiri di sisi ranjangnya seraya tersenyum.
"Lo?! Ngapain lo di kamar gue?! Pasti lo mau berbuat asusila 'kan? Nggak sopan banget masuk kamar perempuan! Biar gue laporin baba. Baba! Bab–humph!"
Jisan membekap mulut mungil Selena sebelum suara gadis itu akan mengundang perhatian orang-orang.
"Gue nggak mau ngapa-ngapain, astaga. Justru gue disuruh baba lo buat bangunin anak perawannya." Jisan melepaskan telapak tangannya dari mulut Selena setelah memastikan gadis itu tidak kembali berteriak. "Jam berapa ini, Neng?" sindir Jisan.
"Ck, gue tuh cape tau nggak. Makanya bangun siang..." sahut Selena, dengan nada lirih di akhir kalimatnya.
"Ya udah mandi sana biar seger."
Selena melirik sinis ke arah Jisan. "Ya lo juga keluar sana," usir Selena. Bukannya menurut untuk keluar dari dalam kamar, pemuda itu malah mendudukkan tubuhnya di atas kasur milik Selena. "Ngapain malah duduk sih?!"
"Gue masih pengen duduk, lo mandi aja sana," tutur Jisan santai.
"Keluar nggak! Keluar Ji!" Selena mendorong-dorong tubuh pemuda itu, tapi sepertinya sia-sia karena tenaga mereka tidak sebanding. Buktinya pemuda itu tidak tergeser sedikitpun.
"Kenapa sih emangnya? Lagian kemarin gue udah liat–"
Bugh!
Belum sempat melanjutkan perkataannya, Selena sudah lebih dulu memukul belakang kepalanya menggunakan bantal.
"Sekali lagi lo nyinggung hal itu, gue nggak akan segan tendang lo dari sini," ancam Selena.
Sembari meringis, Jisan membawa tubuh jangkungnya berdiri. "Iya, iya, gue keluar nih," ujar Jisan.
Sebelum benar-benar melangkah keluar, Jisan menyempatkan diri untuk mengusak rambut singa milik Selena. Kemudian ia segera berlari keluar dari kamar sebelum mendapatkan serangan kedua. Ia terkekeh saat mendengar teriakan dari kamar Selena. Pagi-pagi ia sudah mendapatkan KDRT (Kekerasan Dalam Rukun Tetangga).
Setelah menyelesaikan mandinya, Selena turun ke bawah untuk sarapan. Ia pikir pemuda yang pagi-pagi mengganggunya tadi sudah pergi, nyatanya manusia satu itu masih betah berada di rumahnya.
"Kakak? Kenapa pakai celana itu sih? Itu celananya pendek banget."
Selena menghentikan langkahnya saat sang ibu menghadang jalannya. Ia menunduk untuk melihat penampilannya yang menurut ia sendiri aman. Karena ia hanya memakai kaus kebesaran dengan bawahan celana jeans pendek sebatas pertengahan paha. Lagi pula ia hanya akan berdiam diri di rumah. Jisan sendiri yang sudah sadar sejak tadi sempat mengira gadis itu tidak memakai bawahan, karena ukuran kausnya yang oversize dan celananya yang kelewat pendek.
"Kenapa sih, Ma? Aman aja kok, 'kan aku udah biasa pakai ini," ujar Selena.
"Tapi itu ada Jisan, emangnya kamu nggak malu?" bisik Renata, dengan suara yang masih sangat terdengar keras. Selena melirik ke arah pemuda itu yang masih bersikap acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH PAHAM [JiChen Story]
FanfictionGimana jadinya kalau kalian harus menikah karena kesalahpahaman? Apa kiranya yang akan kalian lakukan? Sama halnya dengan mereka; Selena dan Jisan yang harus terikat karena kesalahpahaman. Namun, kesalahpahaman yang dialami mereka beda dari yang lai...