Percobaan Pertama

590 50 5
                                    

Selena terpaksa menuruti permintaan sang ibu untuk pulang bersama Jisan. Ia ditentang keras saat memilih untuk naik taksi online. Ayah dan adiknya memang tidak dirawat inap, mereka diperbolehkan pulang setelah diobati. Karena mobil milik sang ayah rusak, Hera dan Mahen memberikan tumpangan kepada mereka. Namun, ia harus mengalah dan pulang bersama Jisan dengan motor pemuda itu karena tidak memungkinkan untuk ia ikut menaiki mobil.

"Makasih..."

"Hm?" Jisan meletakkan helmnya yang baru ia lepas ke atas motor seraya menatap Selena dengan alis terangkat.

"Makasih udah jadi ojek pribadi gue," ujar Selena lagi.

Gadis itu tersenyum mengejek yang terlihat mempesona ke arah Jisan, lalu beranjak membantu ayah dan adiknya untuk masuk ke dalam rumah.

Jisan ikut tersenyum melihat tingkah Selena yang menarik di matanya, tapi senyumannya sangat tipis, sampai tidak ada yang menyadarinya kecuali ia dan Tuhan saja. Oh, ternyata tidak. Ada orang lain juga yang menyadari senyuman dan tatapan Jisan terhadap putri sulung Noah.

Hera berjalan mendekati sang anak dengan senyumnya. "Selena cantik ya, Bang? Nurun dari Tante Rena banget," ucap Hera.

Jisan yang masih fokus memperhatikan Selena menjauh tanpa sadar mengangguk setuju dengan perkataan sang ibu. Lantas ia menoleh ke samping dan mendapati tatapan jahil dari ibunya.

"Apasih, Mi?" Ia turun dari kuda besinya. Langkahnya ia bawa masuk, meninggalkan sang ibu yang kini menertawainya.

"Babe? Ngapain ketawa sendirian di situ? Ayo masuk," ajak Mahen yang kembali keluar saat menyadari sang istri tertinggal di luar.

Hera meredakan tawanya dan berlari kecil ke arah Mahen yang langsung merangkul pinggangnya untuk masuk ke dalam rumah.

Sedangkan di kamar putra sulung mereka, Jisan merebahkan tubuhnya sejenak di atas kasur sebelum membersihkan diri. Ia memang tidak kembali ke tempat proyek sejak selesai mengantar Selena ke rumah sakit, karena permintaan sang ibu. Lumayan pikirnya, ia dapat beristirahat lebih awal.

Hawa dingin masuk ke dalam kamarnya melalui pintu balkon yang terbuka. Ia menoleh ke arah balkon. Terlihat awan menghitam, sepertinya akan turun hujan. Lantas ia berjalan ke arah balkon untuk menutup pintunya. Namun, pergerakannya terhenti saat melihat seseorang di kamar seberang. Meskipun sesekali terhalang oleh tirai pada pintu balkon yang tertiup angin, ia tahu pasti siapa orang itu. Bibirnya membentuk senyuman, seraya menumpukan lengannya pada pagar pembatas.

Sedangkan di seberang sana, Selena sedang melepas sweater yang seharian ini ia gunakan. Ia berniat untuk membersihkan diri setelahnya. Posisi gadis itu membelakangi balkon kamar, membuat ia tidak menyadari ada yang sedang memperhatikan gerak-geriknya.

Selena membalikkan tubuhnya saat merasa hawa dingin masuk dari arah belakang. Seketika ia menyesali keputusannya. Karena di seberang sana ada seorang pemuda yang sedang menatap ke arahnya, dengan tatapan yang sama terkejutnya.

"AAAAAA!!"

Gadis itu menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya berbalut bra dengan sweater yang sudah ia lepas. Dengan cepat tangannya menutup pintu yang terbuka. Begitupun dengan Jisan di seberang sana. Pemuda itu bersandar pada pintu yang sudah tertutup.

Sebenarnya Jisan sudah terkejut sedari Selena melepaskan pakaiannya, dan kesadarannya baru kembali setelah mendengar teriakan gadis itu. Ia tidak mengira Selena akan melepas pakaiannya dengan keadaan pintu balkon terbuka. Otaknya tidak dapat berpikir jernih setelah melihat punggung mulus Selena, dan saat gadis itu berbalik memperlihatkan... Oh astaga, ia harus mencuci otaknya sekarang. Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri dan menjernihkan pikirannya.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang