Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?
Happy reading!
•••••
Dini hari Noah dan Renata dibuat kelimpungan karena suhu tubuh Selena yang mendadak tinggi. Padahal keduanya akan kembali ke Indonesia besok. Mereka sudah berada di Australia selama seminggu, dalam rangka mengantarkan putri sulung mereka yang akan menetap di sana untuk melanjutkan pendidikan.
"Kayaknya kita nggak bisa pulang besok, Mas," ujar Renata.
"Ditunda dulu aja kepulangan kalian. Kasian Selena," sahut Dania–ibunya Noah.
Renata menatap Noah menanti keputusan sang suami. "Atau kamu mau pulang duluan? Nggak papa, nanti aku nyusul aja."
Pasalnya Noah tidak bisa meninggalkan perusahaan terlalu lama. Terlebih ia ada pertemuan penting lusa. Akan tetapi, keadaan putrinya lebih penting dari apapun saat ini.
"Ya udah kita tunda aja," ujar Noah.
"Beneran Mas?" tanya Renata.
"Iya, sayang. Selena lebih penting sekarang."
"Mommy udah telepon Dokter Yohan, mungkin sekarang lagi di jalan. Coba kamu kompres dulu aja, Ren, sambil nunggu," ujar Dania.
"Iya, Mom..."
Renata pun menuruti perkataan ibu mertuanya untuk mengompres dahi Selena, sembari menunggu dokter keluarga suaminya datang.
Tidak lama seorang dokter bernama Yohan itu benar datang. Namun, setelah diperiksa dan diberi obat suhu tubuh Selena belum juga menurun. Mereka akhirnya memutuskan untuk membawa Selena ke rumah sakit, sebelum remaja berusia 12 tahun itu mengigau dengan menggumamkan kata yang membuat mereka keheranan.
"Kenapa, Kak?" tanya Renata seraya mendekatkan telinganya ke bibir Selena.
"Jisan..." cicit Selena.
Renata mengerutkan dahinya saat mendengar nama anak dari tetangga sekaligus sahabatnya keluar dari mulut Selena. Ia menatap Noah dengan tatap bingung.
"Kenapa, Dek? Lena bilang apa?" tanya Noah.
"Manggil nama Jisan."
"Jisan siapa?" tanya Dania.
"Itu Mom, anaknya Hera sama Bang Mahen," jawab Noah.
Dania mengangguk saat mendengar nama kedua sahabat anaknya itu.
"Jisan..."
"Bangun dulu, Kak." Renata mencoba untuk membangun putrinya dulu.
Kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu perlahan terbuka. Tidak sepenuhnya terbuka karena rasa pusing yang masih mendera kepalanya.
"Baba..."
"Iya sayang?"
Renata beranjak dari duduknya, membiarkan sang suami menduduki tempatnya tadi. Bersandar pada kepala ranjang di samping Selena. Dibawanya tubuh sang putri ke dalam pelukan Noah. Saat sedang sakit, Selena memang sangat lengket dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALAH PAHAM [JiChen Story]
FanfictionGimana jadinya kalau kalian harus menikah karena kesalahpahaman? Apa kiranya yang akan kalian lakukan? Sama halnya dengan mereka; Selena dan Jisan yang harus terikat karena kesalahpahaman. Namun, kesalahpahaman yang dialami mereka beda dari yang lai...