Hampir Bablas

549 45 4
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Happy reading!

•••••

Keesokan harinya, Selena sedang menyiram tanaman di halaman rumah dengan raut wajah yang lesu. Beberapa menit yang lalu, ia melihat Jisan mengendarai motor melewati rumahnya. Ia yakin pemuda itu pasti hendak pergi bekerja. Ia juga sempat melihat Jisan melirik ke arahnya, tapi hanya sebentar, lalu setelahnya melengos tanpa menoleh kembali. Itu lah yang membuat Selena lesu seketika.

Semalam Renata dan Noah datang ke kamarnya. Mereka meminta maaf kepada Selena karena sudah memaksakan kehendak sang anak, dan mengatakan bahwa rencana perjodohannya dengan Jisan benar-benar sudah dibatalkan. Namun, bukannya merasa senang, justru Selena terlihat murung setelahnya.

"Kak, jangan ngelamun."

Selena tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Renata. Ia mendongak dan melihat sang ibu bersama Hera baru saja pulang dari sesi berbelanja.

"Udahan aja nyiramnya. Tadi Mama beli bubur kacang ijo, ayo sarapan." Renata masuk ke dalam rumah setelah mengatakan itu dan berpamitan dengan Hera.

Bukannya ikut masuk ke dalam rumah, Selena justru menghampiri Hera yang hendak masuk ke halaman rumah wanita itu.

"Tante Hera," panggil Selena.

"Iya, kenapa Le?"

Hera masih menunggu Selena untuk berbicara. Gadis itu terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, membuat Hera tersenyum melihatnya.

"Kenapa sayang?" tanya lagi.

"Lena minta maaf soal kemarin. Udah nggak sopan sama Tante, sama Om Mahen juga," lirih Selena.

Wanita Gemini itu semakin tersenyum mendengar permintaan maaf Selena. Ia mengusap pundak gadis di hadapannya.

"Nggak papa, sayang. Om sama Tante paham kok kenapa kamu begitu. Pasti kamu juga kaget. Kita juga yang salah, udah rencanain pernikahan tanpa minta persetujuan kalian dulu. Tante minta maaf ya," jelas Hera.

Entah kenapa Selena justru semakin merasa bersalah setelah mendengar penuturan ibu dari Jisan itu. Selena dengan tiba-tiba memeluk tubuh Hera, yang dibalas dengan senang hati oleh wanita itu.

"Maafin Lena ya, Tante. Lena nggak bisa nurutin kemauan Tante..."

'Tante yang harusnya minta maaf, karena tetap ngelanjutin rencana ini tanpa sepengetahuan kalian,' batin Hera.

Hera mengangguk seraya mengelus rambut panjang Selena. Perlahan, Selena menjauhkan tubuh mereka kembali.

"Soal Jisan..."

Hera kembali tersenyum. Sepertinya ibu dari Jisan itu sangat murah senyum sekali. "Jisan nggak marah kok," ujarnya.

"Tapi tadi Jisan cuekin Lena," cicit Selena dengan raut wajah murungnya.

"Masa sih?" Hera terkekeh melihat anggukan semangat yang Selena berikan.

"Tadi Jisan liat Lena di sini, tapi dia nggak nyapa atau gangguin Lena kayak biasa," adu Selena.

"Mungkin Jisan buru-buru kali, ya. Soalnya tadi dia emang kesiangan. Nanti Tante marahin biar nggak cuekin kamu lagi."

"Nggak usah, Tan. Nanti biar Lena sendiri yang minta maaf sama Jisan," ujar Selena.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang