Kepergok Mama

671 48 11
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Happy reading!

•••••

Jisan tersenyum menikmati wajah menggemaskan Selena saat sedang tidur. Pagi ini ia bangun lebih dulu, tapi memilih untuk tidak beranjak, membiarkan Selena memeluk tubuhnya lebih lama. Ia takut mengganggu tidur sang gadis.

Benar, semalam ia tidur di kamar Selena. Tenang saja, mereka tidak melakukan apapun yang lebih dari sekadar bertukar saliva. Karena saat Jisan hendak mengambil alih, pemuda itu justru mendapati sang gadis tertidur. Ia tertawa pelan setiap mengingat kejadian semalam, karena baginya Selena terlihat sangat menggemaskan.

Kelopak mata mungil itu perlahan mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Samar-samar Selena melihat wajah seseorang yang sedang menatapnya. Saat penglihatannya sudah jelas, wajah Selena merona karena teringat kejadian semalam. Ia juga menjauhkan tangannya yang sejak semalam melingkar di pinggang Jisan. Matanya bergulir ke bawah, memeriksa pakaiannya.

"Gue nggak bablas kok, lo langsung tidur soalnya," ujar Jisan yang mengerti raut wajah Selena.

Diam-diam Selena menghembuskan napasnya lega. Gadis itu mendongak, menatap wajah Jisan yang masih tidak mengalihkan pandangannya. Jangan lupakan senyuman pemuda itu. Namun, tidak lama Selena mengalihkan pandangan seraya menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Mengundang kekehan dari mulut Jisan.

Selena malu, wajahnya pasti tidak enak dilihat saat ini. Ia melupakan fakta bahwa Jisan sudah pernah melihatnya juga saat bangun tidur.

"Kenapa ditutup?" tanya Jisan.

"Maluuu! Muka gue jelek banget pasti..." rengek Selena.

Jisan tersenyum mendengarnya. "Nggak, lo masih cantik kok. Lagian gue udah pernah liat lo bangun tidur."

"Oh iya..." gumam Selena setelah menyingkirkan tangan di wajahnya. Selena mendudukkan tubuhnya diikuti oleh Jisan. Ia mendadak bingung harus melakukan apa. Ia masih canggung karena kejadian semalam.

"Le," panggil Jisan.

"Hn?" Selena menatap Jisan dengan tatapan bertanya.

"Gue pengen tau sesuatu."

"Sesuatu apa?" tanya Selena.

"Soal perasaan lo."

Selena terdiam beberapa saat. Ia tidak pernah menduga Jisan akan bertanya perihal perasaannya. Apalagi dalam kondisi seperti ini, di saat keduanya baru saja bangun tidur.

"Apa yang pengen lo tau?" tanya Selena.

"Gue yakin lo nggak lupa gimana sikap lo ke gue dulu. Gue cuma pengen mastiin itu cuma cinta monyet aja atau bukan."

Selena tidak mengelak bahwa ia pernah menaruh rasa kepada Jisan. Awalnya ia juga berpikir itu sekadar cinta monyetnya saja. Sejak pertemuan keduanya kembali setelah bertahun-tahun berpisah, Selena merasa perasaan itu kembali, jauh lebih dalam. Namun, ia terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Jisan masih setia menanti jawaban Selena. Gadis itu sendiri masih bergelut dengan pikirannya sebelum kembali beradu tatap dengan Jisan.

"Gue emang suka sama lo dari dulu. Sempet ngira perasaan gue udah hilang, tapi setelah ketemu lo lagi ternyata semuanya masih sama, atau mungkin lebih..." Selena mengatakan rentetan kalimat itu sembari menahan malu.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang