Gagal

407 42 5
                                    

Jisan dan Selena baru saja sampai di rumah mereka. Pada saat Jisan hendak masuk ke dalam rumahnya–setelah mengantarkan Selena–pemuda itu berpapasan dengan sang ayah dan mengajaknya untuk pergi ke rumah Selena. Sesuai dengan isi pesan yang ibunya kirimkan, Hera sedang berada di rumah Renata. Mahen membicarakan soal perusahaan bersama Noah, sesekali Jisan juga ikut menyahut. Namun, netranya mengedar, mencari kehadiran sosok lain. Ia tidak melihat Selena, mungkin gadis itu berada di kamarnya.

Tidak lama, seseorang yang ia cari terlihat menuruni tangga dengan keadaan yang lebih segar. Sepertinya Selena baru saja selesai mandi. Renata yang menyadari kehadiran putrinya, meminta gadis itu untuk duduk di sebelahnya.

"Rio ke mana, Ma?" tanya Selena, saat tidak mendapati sang adik sejak tadi.

"Diajak Surya keluar tadi, mau main mungkin."

Orang tua mereka saling bertukar lirikan seperti ragu untuk mengatakan sesuatu, dan itu tertangkap jelas di penglihatan Jisan.

"Kamu ke mana aja tadi, Kak?" tanya Noah.

"Ke mall aja," jawab Selena yang menyandarkan kepalanya di pundak Renata.

"Tapi tadi kamu cuma bawa boneka. Jisan nggak beliin kamu apa-apa?" Hera ikut bertanya.

Jisan mengalihkan pandangan ke arah sang ibu dengan tatapan protes. "Mi?" Selena yang melihat itupun terkekeh dan menengahi keduanya.

"Boneka yang Lena bawa tadi dari Jisan kok, Tan," jawab Selena.

"Takutnya, Lena cuma kamu jajanin air mineral. Secara kamu 'kan nggak pernah kencan," ujar Hera kepada putranya. Perkataan Hera mengundang tawa mereka semua, kecuali Jisan yang kini merengut.

"Seneng main sama Ji?" tanya Renata, sembari mengelus rambut panjang Selena.

Gadis itu menatap ke arah Jisan sejenak, sebelum kembali beralih menatap sang ibu. Ia mengangguk seraya tersenyum. "Seneng kok, Ma." Dua pasang suami-istri di sana ikut tersenyum mendengarnya.

"Lena mau jadi anak Tante juga, nggak?" tawar Hera.

Selena menatap bingung ke arah Hera, begitupun dengan Jisan. "Maksudnya, Tan?" tanya Selena.

"Begini, Le. Om sama Tante udah ngomongin ini sama orang tua kamu." Mahen mengambil alih topik pembicaraan. Pria itu menatap ke arah Noah sejenak, lalu kembali melanjutkan perkataannya setelah mendapatkan anggukan. "Kita berniat mau menjodohkan kamu sama Jisan," lanjut Mahen.

Hening.

Tidak ada respon apapun dari Selena untuk sementara waktu. Jisan juga hanya menatap sang ayah dengan raut terkejut. Ia paham sekarang kenapa mereka berkumpul di sini.

"Nggak, Om. Om Mahen bercanda." Selena merespon dengan kekehan yang dipaksakan. Gadis itu sudah tidak bersandar lagi di pundak sang ibu.

"Om Mahen nggak bercanda Ka–"

"Kenapa, Ba? Aku udah bilang nggak mau. Waktu itu Baba bilang cuma tanya, tapi kenapa rencananya masih aja lanjut?" Saat Noah berusaha menjelaskan, Selena lebih dulu memotong.

"Dengerin omongan Baba dulu, nggak baik motong omongan orang tua," tegur Renata.

Selena menatap kecewa ke arah sang ibu. Lantas ia mengalihkan pandangannya ke arah Jisan yang sedang menunduk. Karena merasa diperhatikan, pemuda itu pun kemudian mendongak. Netra keduanya bertemu. Entah kenapa Jisan merasa bersalah melihat sepasang obsidian Selena yang memerah.

"Mama sama Baba udah percaya banget sama Jisan, karena kalian udah sama-sama dari kecil. Ini demi kebaikan kamu," ujar Noah.

"Aku nggak bisa." Selena langsung beranjak setelah mengatakan itu.

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang