Rencana Lain Tuhan

394 34 4
                                    

Sebelum lanjut, aku mau ngingetin lagi ya kalau buku ini berisi konten dewasa. Bukan cuma menyangkut sexualitas, tapi juga kata kasar dan sebagainya. Jadi, buat yang merasa nggak sesuai nih sama kalian. Bisa stop di sini, okay?

Siap dengan drama ini?? 🤭

Kalau ada salah pengetikan tolong tandai di kolom komentar, ya.

Happy reading!

•••••

"Selena belum sadar, jadi Lena belum tahu soal dia yang keguguran. Nanti kalau udah sadar, kamu bisa kasih pengertian pelan-pelan."

Jisan menganggukkan kepalanya setelah mendengar perkataan Noah. Ayah dan ibu mertuanya hendak kembali ke rumah, karena polisi memerlukan pernyataan dari mulut Renata sebagai saksi pertama yang melihat kondisi Selena.

"Kamu di sini sama Rio, nggak papa, ya? Mama udah hubungin orang tua kamu juga, mereka udah jalan ke Jakarta," tutur Renata.

"Iya, Ma. Nggak papa. Makasih, Ma, Ba."

Akhirnya Noah dan Renata pamit kepada Jisan dan juga Rio. Jisan mendudukkan tubuhnya di kursi dengan kepala yang ia sandarkan ke dinding. Matanya terpejam, masih tidak percaya dengan semua yang terjadi hari ini. Rio yang melihat itu pun berinisiatif untuk menghampiri kakak iparnya. Remaja itu menduduki kursi kosong di sebelah Jisan.

"Lo yang kuat ya, Bang. Mungkin gue nggak tau pasti rasanya gimana, tapi masih ada Kak Lena yang butuh lo," ucap Rio.

Jisan mengusap wajahnya sendiri sebelum menundukkan kepala. "Gue harus bilang apa sama Selena..." lirih Jisan.

Rio memeluk Jisan yang kembali meneteskan air mata. Rio juga tidak tahu harus mengatakan apa, karena ia lebih bingung dengan keadaan saat ini. Namun, ia dapat merasakan kesedihan yang mendalam dari keluarganya.

Rio mengusap matanya yang ikut berair sebelum berujar. "Semua pasti baik-baik aja, Bang." Hanya itu yang dapat Rio katakan.

"Lo nggak mau liat Kak Lena?" tanya Rio, setelah melepaskan pelukannya.

Jisan kembali menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu gue masuk dulu."

Rio membiarkan Jisan masuk ke dalam ruang inap kakaknya. Terlihat Selena terbaring dengan masih tidak sadarkan diri. Jisan mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di sisi ranjang. Digenggamnya tangan putih sang istri.

Jisan memberikan beberapa kecupan di punggung tangan Selena. Pria itu kemudian menempelkan punggung tangan Selena pada pipinya sendiri. Matanya kembali terpejam, menghalau air mata yang hendak menetes lagi.

"Ji..."

Kedua mata Jisan kembali terbuka sangat rungunya menangkap suara lembut Selena.

"Sayang, kamu udah sadar. Puji Tuhan..." Jisan mendekatkan wajahnya dengan wajah Selena. Dikecupnya setiap inci wajah cantik sang istri, membuat Selena tersenyum tipis karena perlakuan manis Jisan.

"Dede udah pergi, ya?" tanya Selena.

Jisan tidak menyangka Selena akan lebih dulu menanyakan perihal anak mereka.

"Iya 'kan, Ji? Dede udah nggak ada, 'kan?" tanya Selena lagi, dengan wajah yang sudah siap menangis.

"Sayang..."

SALAH PAHAM [JiChen Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang